Episode 12

27 17 10
                                    

*IBLIS ITU MENODAIKU*

.......***......

Aku sudah berlari dengan ngos-ngosan menuju ke perpustakaan. Aku lupa jika aku punya janji dengan Rhein bertemu di depan perpustakaan. Ini sudah jam 3 lebih. Rhein bilang harus secepatnya pulang karena dia tidak boleh pulang telat oleh ayahnya. Bagaimana ini, apa dia akan pulang duluan. Aku sudah sangat merepotkannya. Jika aku tidak bisa bertemu dengannya sekarang, mungkin besok aku akan mengambilnya di rumahnya.

"Rhein!" Panggilku dengan ngos-ngosan. Ternyata dia masih di sana menungguku. Ternyata Rhein menungguku bersama temannya.

"Kak Elian lama sekali." Tukasnya terlihat kesal karena lama menungguku.

"Maafkan Aku Rhein, aku lupa jika ada janji denganmu. Terimakasih sudah mengingatkanku." Aku meminta maaf karena telat datang, jika dia tidak memberiku pesan untuk mengingatkan jianjian kita aku pasti tidak akan datang karena lupa.

"Tidak apa-apa kak, ini bukunya." Tukasnya memberikan buku itu padaku sambil tersenyum manis. Sudah aku duga Rhein dia memang anak yang baik, dia tidak akan mudah marah karena hal kecil seperti ini. Aku sangat berterimakasih karena dia mau membantuku.

"Terimakasih! Terimakasih banyak kau telah membantuku. Aku pasti sangat merepotkanmu." Seruku berterimaksih karena dia telah membantuku mendapatkan buku yang aku cari.

"Tidak juga kak. Aku sunggu senang bisa membantu kak Elian." Tukasnya tersenyum ramah.

"Dari mana kau mendapatkan buku itu Rhein." Tanya temannya Rhein yang tinggi dan berambut pirang itu. Dia nampak terkejut Rhein mendapatkan buku ini. Sebenarnya buku apa ini sampai banyak yang terlihat ketakutan ketika melihatnya.

"Dari pak tua, memang Kenapa?" Timpal Rhein dengan polos. Dia seakan tidak perduli bagaimana dia bisa mendapatkan buku ini. Walau aku tahu jika Rhein mencurinya dari pak tua. Setidaknya aku akan mengembalikan buku ini segera karena aku hanya meminjamnya sebentar.

"Tidak apa-apa, lupakan saja. Baunya harum." Jawab temanya Rhein tidak ingin membahas buku ini lagi. Dia juga menajamkan penciumannya. Mengatakan mencium bau harum. Aku bingung kenapa dia berkata seperti itu.

"Hei aku belum mandi dan ketiakku bau!" Ucap Rhein mengendus mencari asal bau harum yang dimaksud temannya.

"Bukan kau, tapi dia!" Timpal temannya Rhein menunjuk ke arahku. Dia mengatakan aku bau wangi. Aku juga melakukan hal sama dengan Rhein menciumi diriku sendiri apakah bauku masih harum. Tapi tetap saja bau khas keringat sepanjang pagi masih menempel di badanku. Kenapa temannya Rhein berkata aneh seperti itu.

"Hei! Kak Elian selalu rapi dan wangi." Puji Rhein yang menbuatku malu. Aku jarang sekali dipuji.

"Tidak juga kok!" Timpalku mengelak jika aku bukan orang yang rapi dan wangi.

"Lupakan saja dia kak! Dia memang suka menggoda. Kak Elian ini temanku yang aku ceritakan kemarin, namanya Steffan. Benarkan kataku, matanya jelalatan dan suka menggoda." Seru Rhein mengenalkan temannya yang tinggi itu ke padaku. Sampai aku tahu jika orang yang namanya Steffan yang dulu Rhein ceritakan adalah dia. Steffan yang pintar namun mesum yang menjadi guru les privat Rhein.

"Hahaha tidak juga. Dia anak yang terlihat ramah." Jawabku sekenanya. Karena memang dia terlihat ramah tidak ada ekpresi cabul dan mencurigakan. Walaupun kata-katanya aneh untuk sekedar menggoda.

Flower From The Hell[TAMAT]Where stories live. Discover now