Episode 01

93 27 14
                                    


*Orlan Kembali*
.
.
.
.
......~•°♥°•~.......

Namaku Elian Hemswarth, sekarang aku mau berangkat sekolah tapi sudah disuguhi pemandangan kedua orangtuaku yang selalu bermesraan. Aku iri dengan kemesraan yang mereka lakukan, bagaimana mama dan papa selalu bisa tersenyum dengan sayang.

Setelah melihat kemesraan kedua orang tuaku yang membuatku merasa iri, akhirnya aku telah sampai di sekolah dan bertemu dengan teman-teman sekelaku. Aku hampir lupa tentang Orlan, bagaimana keadaannya setelah kejadian semalam itu aku sangat mengacuhkannya.

Aku sadar apa yang aku lakukan tadi malam, karena aku sudah dibatas emosiku karena Orlan yang keras kepala dengan semua nasehat yang aku berikan. Biasanya dia tak senekat itu, dia selalu menuruti apa yang aku katakan. Tapi sihir apa yang bisa merubahnya, aku tidak tahu. Pusing kalau memikirkan anak itu.

"Elian, kenapa pagi-pagi sudah muram. Serem tahu, hehehe." Aku tau siapa yang bilang itu, dia pasti Ned Olesch teman sekelas sekaligus sebangkuku. Dia kemudian duduk di meja sambil mengambil snack yang di bawanya.

"Baru datang Ned?" Tanyaku malas.

"Ehh, kamu saja yang terlalu rajin datang pagi, maaf ya aku tak serajin kamu!" Jawab Ned duduk disampingku sambil membuka snack yang baru saja diambilnya, lalu memakannya dengan lahap.

"Kau kenapa? Apa karena Orlan lagi?" tanya Ned padaku, entak sejak kapan dia memperhatikanku.

Biasanya dia tidak perduli dengan urusan orang lain termasuk aku teman dekatnya sendiri. Kalau di pikir-pikir aku memang selalu memikirkan Orlan akhir-akhir ini. Sifatnya yang berubah membuatku sedih dan kecewa, tapi aku harus apa lagi. Orlan adalah temanku sejak kecil sampai sekarang, kita selalu bersama.

Selalu berbagi canda tawa, kebahagiaan, bahkan apa pun kami selalu berbagi kecuali kekasih tentunya. Kami sangat dekat karena keluargaku dan keluarga Orlan adalah sahabat dekat, mau tak mau kita harus dekat juga.

"Hei, ditanya kok malah diem?" Tanya Ned yang membuatku kaget karena sedari tadi aku tidak sadar jika  sedang melamun.

"Hehehe...maaf! Soalnya tadi lagi kepikiran sesuatu." Jawabku bingung.

"kata Keyle, Orlan tidak masuk lagi, ini sudah kelima kali lho Orlan tidak masuk. Sebenarnya apa sih masalahnya sampai kamu juga menanggung bebannya?" Tanya Ned lagi ingin tahu.

Entahlah aku juga tidak tahu apa masalahnya, soalnya Orlan itu tipe orang yang kalau punya masalah selalu ditanggung sendiri, dia seperti tidak pernah percaya padaku sahabat sejak kecil. Sebenarnya aku tahu itu jika Orlan sedang menyembunyikan sesuatu, namun aku tak mau mengganggu privasi orang apa lagi sahabatku sendiri. Orlan tipe orang yang ceria, humoris, nakal, mudah sekali bergaul, dan baik juga. Namun dia tertutup kalau punya masalah, sekecil apapun itu masalahnya.

"Entahlah aku juga tak tau." Hanya jawaban itu lah yang bisa aku ucapkan, walau aku begitu dekat dengan Orlan namun sampai sekarang pun aku tak bisa memahaminya.

"Apa yang harus aku lakukan ya? Aku benar-benar sahabat yang tidak berguna." Kataku, entah begitu saja keluar dari mulutku.

"Belikan dia makanan kemudian datangi dia. Semenjak kalian marahan waktu itu kalian semakin terlihat seperti musuh bukan sahabat lagi. Jangan egois, egois hanya akan membuatmu semakin masuk ke dalam jurang kebencian." Jawab Ned yang bijak, tumben nih anak bijak sekali orangnya. Biasanya juga makanan yang selalu dipikirkannya.

Apa aku yang sebenarnya terlalu egois. Apa aku yang selalu ingin menang dari Orlan? Apakah aku yang harus selalu dipatuhi? Mungkin aku benar-benar egois. Kalau begitu aku akan kerumahnya setelah pulang sekolah nanti untuk meminta maaf atas keegoisanku.

Flower From The Hell[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang