"Kok bisa—"

"Ashton? Kaka? Lagi ngapain kalian? Masuk!"

Kami menoleh; guru bahasa ada disana.

Mati kita.

"Saya..." Gumam Ashton, berjalan takut takut kearah mr. tom. "Saya tadi marah sama kaka, terus tasnya saya siram sampah, jadi sekarang dia gak bisa masuk kelas..."

Aku membulatkan mata. Ini si bodoh, ngapain?!

"Dia marah sama aku, gara gara aku lempar kacamata renangnya ke net voli!" Sergahku, yang akhirnya ikutan ada-ada-aja.

Ashton gantian menatapku, membulatkan matanya.

"Kalian berdua masuk, cepet. Gak ada tas gak apa apa, ayo." Tukas mr. tom, yang untung baik; coba kalo ngga. Mungkin kami disuruh nguras air kolam pake idung.

"Ayo." Tegasnya lagi. "Mau masuk apa mau lari di lapangan?"

Kami berebut masuk ke dalam kelas; daripada suruh lari?

Yang penting, mr. tom percaya,

Dan ash gak kelewat bego; kalo sampe ketauan dia boong, bisa makin kacau kan?

***

"Tuh, kan. Males ah gua kalo lu udah nangis nangisan."

Ashton menatapku keki.
"Udah kubilang apa, jangan nangis."

"Tapi aku disiram pake sampah." Aduku. "Kakak kan gak pernah disiram pake sampah!"

"Yailah, Ka. Baru disiram pake sampah aja nangis. Belom juga diapa apain lu...."

"Kok kakak malah doain gitu, sih?!" Amukku. "tas aku jadi bau deh sekarang..."

"Udah ah cengeng banget lu."

Bener bener ya, punya kakak gini banget.

"Yaudah, gini dah," tukasnya. "—mana pacar lu? Sini, suruh dia dengerin juga."

Pacar?

Aku menatap Ashton.
"Pacar aku siapa?"

Ash mengedikkan bahu, memasang ekspresi yang tidak kalah bingung denganku.
"Gak tau. Aku kali?"

Aku menggeleng cepat cepat. Gila kali ashton?!
"Nggak, lah! Gila kamu!"

"Kenapa?!" Sahutnya, tapi terlihat amat bingung. "Kamu bilang kamu temen aku?!"

"Temen sama pacar kan beda!" Elakku. Aduh, ashton! Kamu gak pernah main sama orang gede, deh! "Kamu bukan pacar aku!"

"Sama!" Bantahnya balik. Ah, batu kan! "Aku pacar kamu!"

"Ih!" Geramku. "Yaudah deh, terserah! Kak, ini pacar aku udah disini, nih!"

"Gini," tukas kak Cal. "Catet, nih, buruan."

"Catet," aku lantas mengambil buku catatan di meja, entah milik siapa. Pinjem dulu ya. "Apa kak?"

"Operasi balas dendam kaka."

"Oke." Aku menaruh telfonnya di meja, lantas menulis apa yang dikatakannya. "Operasi balas dendam kaka. Udah, kak."

"Satu,"

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now