5. Rasa Yang Terpendam

33 2 0
                                    

Lelaki bertubuh proporsional tempo hari berhasil membuat Rania terpesona bukan hanya karena wajahnya yang tampan melainkan juga sikapnya yang ramah dan baik hati. Ada hal yang membuat gadis kelahiran Balikpapan itu menjadi penasaran, yaitu ia belum tahu nama lelaki yang bersebelahan meja dengannya saat dikantin jurusan fisika.

"Aku harus cari tau siapa nama laki-laki itu. Harus tau juga dia jurusan dan prodi apa," sahutnya dalam hati sambil menatap dirinya di dalam cermin yang berada dipintu lemarinya.

"Kali aja dia sama kayak aku, cuman numpang makan di kantin orang," dia cekikikan sendiri melihat lagaknya di dalam cermin bak pemain sinetron. "Tapi aku tanya sama siapa yah, kan gak mungkin sama Meyra," katanya dalam hati, jari telunjuk tangan kanannya ditempatkan di pipi sebelah kanan sambil ditopang oleh tangan kirinya. Ia kembali menatap ke dalam cermin sambil berpikir.

Anak yang banyak tingkah itu langsung bergegas mengambil kerudung warna hitam yang senada dengan roknya, tidak lupa juga tas sampingnya yang terisi dengan alat tulis untuk mencatat materi kuliahnya. Ia mulai melangkahkan kaki keluar kosnya berharap sahabat yang kosnya juga berhadapan dengannya itu tak menyadari kalau ia telah lebih dulu berangkat ke kampus.

"Aku tidak boleh ketahuan sama Meyra kalau sengaja ke kampus lebih awal untuk mencari informasi tentang lelaki itu," sambil jalan, Rania memikirkan siapa orang yang bisa dia tempati untuk bertanya mengenai orang itu.

Ketika sampai di kampus, ia tidak langsung ke jurusannya. Dengan sepatu ketsnya ia melangkahkan kaki ke depan jurusan fisika. Kebetulan ada tempat duduk yang kosong, tanpa pikir panjang ia mendudukkan dirinya dikursi itu sebelum ada yang mengambilnya karena saat itu suasana cukup ramai.

"Rania, ngapain di sini?" tanya Meta teman satu fakultasnya itu.

"Hm, tidak lagi ngapa-ngapain, cuman numpang duduk aja," jawab cewek tomboy itu dengan terbata-bata.

"Terus Meyra mana?" tanyanya lagi mengenai keberadaan sahabatnya yang biasanya mereka kemana-mana selalu berdua. Wajar jika teman sejurusan Meyra itu menanyakan karena sangat jarang mereka berpisah apalagi saat itu ia berada di jurusan fisika bukan biologi yang merupakan jurusannya.

"Ada kok. Di kosan hehe," sambil senyum-senyum Rania menjawab. Tiba-tiba terlintas dipikirannya cara untuk dapat info tentang lelaki itu. Sepertinya Meta orang yang tepat.

"Oh iya Ta, aku pernah liat laki-laki di sini, itu pertama kali aku liat dia," perempuan yang mengagumi lelaki itu mulai bercerita. "Tapi aku tidak tau namanya siapa," sambungnya mencoba mengulik info dari teman sepengaderannya itu.

"Duh, siapa ya? Ciri-cirinya coba kayak gimana?" tanya Meta.

"Orangnya sih lumayan tinggi tapi gak terlalu gemuk juga, proporsional deh pokoknya. Hmm gimana yah," jawab Rania.

"Wajahnya gimana? Ganteng? Kulitnya putih?" tanya Meta lagi.

"Iya benar. Aku sih cuman dengar temannya bilang suf," kata Rania memberi clue lagi pada temannya.

"Oh sepertinya aku sudah tau deh orang yang kamu maksud. Tapi hari ini aku belum liat dia," akhirnya dia tau orang yang dimaksud.

"Namanya siapa?" tanya balik Rania dengan semangat yang saat itu memakai baju bernuansa merah jambu.

"Yusuf," jawabnya singkat. "Eh, memangnya kenapa? Suka ya?" goda temannya yang berhasil membuatnya tersipu malu.

"Ah tidak, cuman penasaran aja kok," dia tidak mengakui perasaannya. "Kak Yusuf mahasiswa jurusan fisika ya?" tanyanya lagi penasaran.

"Iya, seprodi juga sama aku dan Meyra. Dia sudah semester tujuh, kayaknya sih sudah hampir selesai," jawab Meta.

Saat sedang asik bercerita dengan Meta, tiba-tiba Meyra datang. Dilihatnya dari kejauhan ia melangkahkan kaki mendekati mereka yang sedang duduk. Terpaksa obrolan mereka berdua dihentikan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pilihan RaniaWhere stories live. Discover now