10. Team Work

3.5K 281 48
                                    

"Roy, tariknya pelan-pelan!"

"Sabar Jim. Bentar lagi. Sempit nih!"

"Aaaah, aaah... Sakit Roy.."

"Bentar ya. Tahan. Gue tarik lagi. 1...2...3..."

"Aah! Sakit Roy! Tahan tahan, jangan tarik dulu nanti lecet!"

"Uh! Nyangkut Jim. Ambil lotion di laci gue deh biar licin." 

Jimmy mengulurkan tangannya ke kanan, membuka laci, lantas memberikan lotion pada Roy yang sedang duduk di depannya. Mereka berhadap-hadapan. Roy menuangkan lotion ke tangannya lalu menggosok ke bagian Jimmy yang sempit.

"Nah gini kan udah bisa ditarik cincinnya. Lu sih pake acara dipake udah tau cincinnya kecil. Nyangkut kan di jari!" 

"Yeh, nanti pacar gue marah Roy kalo gue gak pake cincin ini." 

"Iya deh yang punya pacar anak cheerleader."

"Uh... Nyeri. Untung lepas. Makasih ya Roy."

"Tapi nanti si Cecil gak marah emang cincinnya gak dipake?"

"Ehehe. Nanti ini gue gombalin dia, sayang, aku jadiin kalung ini biar kamu selalu jadi bagian dari hati aku dan hari-hariku."

"Idih gombal."

"Biarin. Kan cewek seneng digombalin?"

"Jelek Jim kalo lu gombal." Roy menatap geli Jimmy yang lebih kurus darinya namun tetap tampan.

"Udah ada info nih dari Cecil. Kata anak-anak cheerleaders target di kelas 2."

"Kelas 2?" 

"Iya. Bukan anak OSIS sih. Kelas 2 IPA 4." Jimmy menjelaskan lebih rinci.

"Mana orangnya?" 

"Nih." Jimmy menyerahkan smartphonenya.

"Kirim Jim."

"Ashiyaaap." Jimmy mengirim foto target ke whatsapp Roy.

"Den. Target ditemukan." Ketiknya.

***

"Ini dia. Udah gue duga, cuman gue gak punya bukti. Kita harus cari bukti lain sekarang. Ini masih kurang." Fero menghembuskan napasnya keras.

"Iya sih. Tapi gimana?" Denata menatap foto itu. Foto sang target sedang mengintai Neratha yang sedang berjalan di lapangan basket bersama Renata.

"Nah. Itu dia muncul buat nyebarin gosip apa gimana?" Renata bingung.

"Iya, kayaknya dia mau nangkap momen-momen yang pas." Denata menduga-duga.

"Pas? Maksudnya tiap Neratha lagi berduaan aja sama orang?" Fero bertanya memastikan.

"Nah itu dia. Gue punya rencana. Tapi kita butuh bantuan banyak orang."

***

"Tha!" Denata mengejar Neratha yang sedang berjalan di koridor asrama.

"Dena??" yang disapa tersenyum manis, tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Kamu mau kemana?" Denata menggenggam kedua tangan Neratha.

"Perpus. Mau ikut?"

"Ayo." Mereka berjalan menuju perpustakaan.

"Den?"

"Nanti aja ngomongnya. Ada yang harus kita selesain tapi bukan sekarang."

"Bukan. Itu tali sepatu kamu lepas. Nanti keinjek." 

Nuansa Rasa PadamuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin