Bab 9

178 21 3
                                    

Seorang remaja laki-laki dengan seragam putih abu-abunya berjalan santai di koridor bersama dengan guru yang akan menjadi wali kelasnya di SMA Harapan.

Tas yang disampirkan di bahu kanannya, juga tangan yang dimasukkan ke saku celananya. Membuat beberapa siswi yang ia lewati memekik tertahan ditambah hidung mancung serta rahang kokoh yang ia miliki, membuat dirinya semakin terlihat sempurna.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapa bu Dini ketika masuk ke kelas bersama dengan murid baru yang akan menjadi bagian dari kelas XI Ips 1 ini.

"Pagi bu!"

"Hari ini kalian kedatangan teman baru, silahkan perkenalkan diri kamu," titah bu Dini kepada murid baru itu.

Lelaki itu tersenyum "Nama gue Angkasa, semoga kita bisa berteman dengan baik."

"Baik Angkasa, kamu bisa duduk dengan Roni."

Roni yang merasa terpanggil mengangkat tangan.

"Gue Roni," ucap Roni ketika Angkasa duduk disampingnya.

Angkasa hanya mengangguk kemudian fokus kearah bu Dini yang mulai menjelaskan.

***

"Halo!" Sapa Vania kemudian duduk di depan Jordi diikuti Ara dan Rere.

Jordi hanya tersenyum melihat Vania yang hari ini tampak sangat bahagia, entah karena apa.

"Reina engga ikut?" Tanya Alden.

"Ikut, dia lagi beli siomay."

"Katanya ada anak baru di kelas kalian, bener?" Tanya Rere sambil menyuap mi ayamnya.

"Iya, namanya Angkasa," jawab Roni.

"Yang mana orangnya?"

Roni melihat kearah pintu kantin, dan kebetulan Angkasa ada disana.

"Angkasa! Sini Kas." Panggil Roni membuat yang dipanggil berjalan kearahnya.

"Lo pada disini?" Tanyanya ketika sampai di meja Alden dkk.

Alden mengangguk "Lo diajakin malah kabur kemana tau."

Angkasa terkekeh "Gue ngambil seragam di koperasi," jawabnya sambil duduk di samping Roni.

Rere yang pertama kali sadar keberadaan Angkasa menatap Angkasa tidak percaya. Ia menyenggol lengan Ara yang sedang fokus makan.

"Apa si, Re?" Tanyanya, Rere hanya menunjuk Angkasa dengan dagunya.

Ara mengikuti arah pandang Rere, dan seketika ia menghentikan aktivitas makannya menatap tak percaya ke arah Angkasa.

"Lo berdua kenapa?" Tanya Roni.

Vania yang sedang asik berbicara dengan Jordi, melihat kearah Ara dan Rere. Ia menatap bingung kemudian mengikuti arah pandang kedua temannya.

Vania tersentak. Satu nama yang ia ingat ketika melihat Angkasa "Rein..." Belum sempat nama Reina selesai ia ucapkan, suara jatuhnya piring membuat seisi kantin melihat ke arah Reina yang berdiri dengan mata berkaca-kaca melihat kearah Angkasa.

Alden yang panik langsung bangkit dan menghampiri Reina "Lo kenapa?"

"Langit," ucapnya membuat Alden menatap bingung.

Angkasa yang mendengar nama yang keluar dari mulut Reina tersenyum tipis. Ia bangkit kemudian berhenti di depan Reina menatap gadis itu.

"Langit... Kamu Langit," ucap Reina lagi.

Angkasa menjulurkan tangan di hadapan Reina "Angkasa."

Reina mejamkan mata membuat beberapa bulir air mata keluar. Tidak ia tidak mungkin salah di depannya ini Langit.

ReinAlden (end)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora