BAB 6

211 44 12
                                    



 Reina dan Alden tiba di sekolah bersamaan dengan bunyi bel yang menggema diantero sekolah.

"Makasih ya, Al. kalo engga ada lo gue pasti telat."

Alden mengangguk "Itu kan tugas gue."

"Tugas?"

"Ada disaat lo butuh."

Reina tersenyum. Senyum yang membuat Alden sadar betapa cantik gadis di hadapannya ini.

"Ayok ke kelas!" Ajak Reina sambil melangkah.

Aldenpun ikut melangkahkan kaki di sebelah Reina.

"Tunggu. Kok lo ngikutin gue?" Tanya Reina sambil menghentikan langkahnya.

"Gue anter lo sampai kelas."

"Al, gue bukan anak TK. Gue tahu kelas gue dimana."

Alden mengambil tangan Reina "Tapi lo gatau apa yang akan terjadi kalau lo jalan sendirian." Setelah mengatakan itu Alden menarik Reina melanjutkan langkahnya.

Reina hanya diam, entahlah tubuhnya seakan menerima semua yang dilakukan Alden.

"Belajar yang benar sana," ucap Alden ketika tiba di depan kelas Reina.

"Lo juga. Jangan bolos."

Alden tersenyum "Nanti istirahat ke kantin sama gue ya?"

Reina diam "Tapi Al—"

"Kita hadapin dunia bareng-bareng."

Reina merasa tenang mendengar perkataan Alden. Ia tersenyum kemudian mengangguk.

"Hei! Ngapain kalian masih disini?!"

"Eh pak Cecep, apa kabar pak?" Sapa Alden.

"Alden. Kelasmu bukan disini."

"Iya, saya tahu pak."

"Lalu ngapain kamu disini? Cepat ke kelas."

"Saya abis nganterin bidadari pak. Katanya dia mau belajar sama bapak."

"Kamu ini. Mana ada bidadari disini."

"Ini pak, buktinya." Jawab Alden kemudian menunjuk Reina

"Ish, Alden apaan si," ucap Reina

"Kamu ini ada-ada saja, sudah sana ke kelas."

Alden kemudian pamit dengan pak Cecep.

"Sampai nanti Rain," ucapnya sebelum akhirnya benar-benar pergi.

---

"Lo berangkat sama Alden, Rein?" Tanya Vania mengabaikan pak Cecep yang sedang menjelaskan rumus di depan.

Reina hanya mengangguk sambil terus mencatat dibukunya.

"Lo udah jadian?"

Reina menggeleng "Dia bukan Langit, Van. Lo tau sendiri hati gue cuma buat Langit."

"Rein, sampai kapan lo mau kaya gini? Berharap sama Langit yang jelas-jelas udah engga ada."

Reina berhenti mencatat, pandangannya tertunduk "Gue gatau Van."

"Gue ngerasa beda ketika di dekat Alden, gue ngerasa dia bisa ngembaliin perasaan gue yang dibawa Langit. Tapi, gue tetep gabisa lupain Langit."

Vania menghela napas, ia menatap pak Cecep yang ternyata tertidur setelah memberikan tugas "Rein, Langit pernah ada bukan untuk lo lupain. Lo engga harus lupain dia, cukup lo taruh dia di dalam hati. Kenang dia tanpa harus mengganggu orang baru yang ingin masuk."

ReinAlden (end)Where stories live. Discover now