Kebahagiaan di Lautan Jendela Dunia

Start from the beginning
                                    

"Aaach.. aaagh.. aah.. aah.." Teriak Joy sesak dan kesakitan di gencet badan gorilla si Buldog.

Dan si Dablo ikut-ikut teriak. "DIAM LO, JOY! gue jadi nafsu, hahaha." Memang kalau didengarkan, suara si Joy saat itu seperti cewek-cewek sipit sedang 'digituin' 3(Aduh, malu! Ini akibat Dablo yang sering dengan cuek menonton 'begituan', aku jadi terbawa tahu hal seperti ini, asik!), dan Dablo yang sering nonton 'begituan' 4(Mengapa aku memakai kata gitu dan tanda petik? Karena tulisanku ini bukan cerita bokep, ingat itu! Ah, aku salah bicara.) versi Tiongkok atau Jepang jadi paranoid.

Tapi karena mereka berdua kurang waras. Setelah kejadian tersebut, si Joy jadi sering merayu Dablo dan akhirnya percakapan mereka menjadi seperti ini.

"Hai, Dablo. Kita maen jorok, yuk?" Joy merayu dengan nada mendesah yang membuat mual.

"Main jorok itu apa? Nginjek-nginjek e'e, ya? Hehe. Tapi enggak mau ah, takut."

"Jangan gitu, dong! Takut, sakit, jijik itu pertamanya aja, kok." Joy berkata dengan polos yang busuk.

"Jangan! Aku enggak mau. Pantat kamu hitam." Seolah dipaksa Dablo memalingkan mukanya.

"Bisa dikasih tipp-ex kok kalau kamu pengen yang putih."

"Dasar homo." Kataku memotong percakapan mereka yang terdengar mulai sangat menjijikan.

"Aih-aih! Fus, kamu merusak latihan teater orang aja."

"Apaan tuh? Teater macam apa kayak gini!"

"Oh, kamu iri ya, fus?" Celetuk Dablo.

"Kita mainnya memang kayak gini. Banyak dengan sentuhan dan belaian kasih sayang. Kamu mainnya kasar. Sering gaul sama Abang dan Buldog yang lebih besar, sih." Tambah Joy yang masih sok-sok berperan entah jadi siapa.

"Apa?" Buldog yang lagi main komputer merasa dipanggil.

Sudah. Aku tak kuat lagi menulis percakapan tentang ini. Ya, Joy tetaplah Joy, kalau bukan Joy, ya bukan Joy ̶ ̶ Tulisan apa ini! Erick Joy adalah nama lengkapnya dulu sebelum berubah. Dia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak-kakaknya sudah menikah, dan adik bungsunya laki-laki yang sekarang masih SMP. Ayahnya merupakan Tionghoa tulen yang punya TOSERBA di pinggir rumahnya. Aku tak tahu mengapa ayahnya Joy itu jatuh cinta sama wanita Sunda asli yang menurutku jelek! Oh, maafkan aku mamanya Joy. Aku ingin sekali mengejek sesuatu mengenai Joy. Oke, kita ulangi. Menurutku mamanya itu cantik. Ya, kalian tahu kan bagaimana rupawannya orang Sunda atau Mojang Priangan, seperti aku dan kecuali Abang yang ditakdirkan memiliki wajah penjahat walau dia merupakan suku Sunda asli. Mamanya Joy, seperti kebanyakan wanita yang sudah menikah, lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Masakan mamanya Joy enak banget. Apalagi lalap-lalapnya, beuh! 5(Lho! Bukannya lalap-lalapan itu sayuran yang enggak diapa-apain! Apa aku salah, ya?)

Aku baru tahu begitu ke rumahnya, bahwa sifat konyol Joy itu merupakan turunan dari orang tuanya. Pernah kami menginap di rumah Joy. Kami melihat ayahnya Joy pagi-pagi sedang siul-siulin burung yang lagi nangkring dalam kandang di atas kepalanya. Tapi setelah dekat, kami menjadi aneh karena ayahnya Joy itu bersiul ke arah bawah dan tangannya sedang masuk ke dalam sarung yang dipakainya.

"Beh, lagi ngapain? Burungnya di atas, Beh." Tanya Joy.

Tanpa melihat dan terus memandang ke arah bawah, ayahnya Joy menjawab. "Yang bawah ikut nyaut juga, hehe keren, ya?" Tuhan! Keluarga ini gila, kataku dalam hati.

Namun, di balik sifat gila, ejekan-ejekan maut, sikap nyeleneh, kesenangannya melawan guru serta sifat tidak normal dan biadab lain. Muncul sifat yang menurutku aneh berada dalam jiwa rusak seperti dia. Percaya atau tidak, Joy itu orangnya enggak terbawa arus. Ketika kita merokok atau bahkan mabuk dia tak pernah mencoba, nyicip juga tidak sama sekali. Aneh, kan? Bisa dibilang itu sekaligus salah satu keunikannya.

Nafas NufusWhere stories live. Discover now