14. Kunjungan Dini Hari.

11 2 0
                                    

***

Hari ini, tepatnya tanggal 28 Februari 2019.

Kelanjutan dari kisah cinta mereka akhirnya mulai ditayangkan.

Kisah dari mereka yang dulu sering kamu-dan-aku tiru.

Dan di hari ini juga, aku memutuskan untuk menyaksikan kisah dari dua insan yang katanya hubungannya tengah diuji pada seri kedua ini.

Malam ini, aku memutuskan untuk menyaksikannya tanpamu. Hanya aku, dan kesunyianku dalam khalayak ramai itu.

Sekali lagi, Aku, seorang diri, tanpa dirimu.

Namun masih ditemani oleh bayang-bayangmu.

Dan ya, memang betul.

Semua berakhir menyedihkan, seperti kamu dan aku kala itu.

Sama-sama berakhir secara sepihak.

Namun ada satu yang berbeda.

Hubungan mereka diakhiri dengan pamit, sedangkan engkau pergi meninggalkan sejuta tanya yang harus aku tampung seorang diri dalam pahit.

***

Lagi dan lagi, ada aja yang mengejutkan dalam hidupku.


Tepat di jam tiga subuh, ada seseorang yang tiba-tiba buka pintu apartemenku.

Dan ternyata orang itu adalah Calvin Kim.

Setelah masuk dan menyadari kehadiranku, Kak Calvin nyengir lebar.

"Untung aku belum sempat menerbangkan pasukan panci," omelku yang ditanggapi kekehan pelan olehnya.

"Kakak udah ngetuk setengah jam ya, Chel," protesnya.

Ya, iya. Aku emang sempat dengar suara ketukan-ketukan halus yang ia maksudkan itu.

Tapi, siapa yang gak horor sih? Subuh-subuh buta gini ada yang ngetuk pintu. Jelas dan pasti aku cuekin lah. Aku juga takut kali.

"Harusnya kakak nelpon aku," sahutku seraya meletakkan gelas berisi air mineral dihadapannya.

"Ponselku hilang, baru aja beberapa hari lalu."

Perkataan Kak Calvin barusan langsung membuatku melongo.

"Kok bisa?"

Ia menggeleng, "gak tau, tiba-tiba turun dari TJ udah lenyap."

Aku langsung tersenyun kecut.

"Ya udah jelas dicopet itu mah, Kak!" Balasku kesal.

Sedangkan oknum yang ada dihadapanku itu malah tertawa.






"Terus sekarang kakak gimana? Mama sama Papa ngehubungin kakak gimana?" Tanyaku.

Gak lama Kak Calvin tersenyum lebar dan dengan segera ia mengeluarkan ponsel barunya dari dalam saku, memamerkan benda pipih berwarna hitam itu padaku.

BEHIND : The TruthWhere stories live. Discover now