05. Meet The Dearest.

14 2 0
                                    


***

"Lo jalan sama Yochelle?" Tanya Tiffany dengan tatapan menyelidik.

Jeffrey masih diam.

Diam-diam ia juga menghujani Nic dengan tatapan kesalnya.

Nic mengerti akan ketegangan yang terjadi disekitarnya. Ia akhirnya berusaha mencairkan suasana, "Katanya ada project baru?" Tanyanya sekedar basa-basi.


David yang juga mengerti pun segera mengangguk, "iya rencananya kalau Edward mau."

Nic mencebik, "sia-sia gak sih gue kuliah jauh-jauh di Paris kalau harus saingan sama dia lagi?" Tanyanya.

Tiba-tiba Jeffrey terkekeh pelan, "ya coba lah, buktiin kalau lo gak akan kalah lagi supaya ilmu yang lo dapat dari Paris ga sia-sia." Sindir Jeffrey.

Nic spontan tertawa, "ya ayok aja, gue gak takut kok."

***

"Kamu mau jalan gak?" Tanya Kak Jeffrey yang membuat alisku terangkat, bingung.

Ini aku diajak jalan? Kencan? Atau gimana?

Kak Jeffrey yang mengerti tatapan tanyaku akhirnya menggeleng cepat.

"Gak seperti yang kamu pikirin, Chel." Jelasnya yang sukses membuatku bernafas lega.

Enggak. Tapi okelah, anggap aja aku kelewatan percaya diri.

"Kakak mau nemenin aku ke tempat Papa dan Mama?" Tanyaku ragu, namun ternyata reaksi yang ia berikan berbeda dengan bayanganku.

Kak Jeffrey langsung mengangguk, "ayok, habis ini kita beli bunga dulu," ajaknya semangat, "gak enak dong kalau berkunjung tapi gak bawa apa-apa."

Bibirnya tersungging dengan lebar, membuat diriku kembali tertarik kepada yang lalu-lalu.

***

"Pa, Ma." Sapaku kepada sepasang suami-istri yang kini ada dihadapanku.

Perlahan jemariku bergerak meletakkan rangkaian bunga yang telah Kak Jeffrey beli.

Iya. Dia ngotot mau bayar bunganya, padahal aku udah kekeuh mau bayar sendiri tapi dia langsung bayar dan narik aku pergi, mana kembaliannya gak diambil.

Aku meliriknya sekilas, "makasih," gumamku yang sepertinya masih terdengar olehnya karena langsung ia balas dengan senyum.

"It's okay." Balasnya dengan senyum lebar.

Tak lama Kak Jeffrey ikut berjongkok disebelahku dan mengusap gundukan tanah yang ada dihadapannya.

"Don't worry, sir. I'll take care of your daughter." Ucapnya seraya memandang nisan milik Papa, "i'll always protect your daughter from this cruel world, i promise you, Ma'am," kini matanya tertuju pada nisan milik Mama.

Aku spontan menyenggol lengan Kak Jeffrey, "apa sih, Kak?" Protesku, "jangan janji-janji gitu deh ke Papa sama Mama."

Ia menoleh, menatapku dengan mata penuh tanya.

"Aku gak suka," jelasku, "aku gak mau Kakak menjanjikan hal yang gak pasti."

Kak Jeffrey tertawa, kini jemarinya sudah mengenggam milikku yang terasa sangat mungil didalam genggamannya.

"Aku tau," balasnya, "tapi seenggaknya izinkan aku berusaha."





"Tolong kasih aku kesempatan, Chel."

***

"Vid."

David Lee yang merasa namanya dipanggil pun menoleh.

"Kenapa?" Tanya David pada sosok dihadapannya yang masih terfokus pada ponselnya.

"Kata Tiff, lo ngerekomendasiin ini ke gue?" Tanya Edward seraya menunjukan laman yang memuat salah satu cerita yang pernah direkomendasikan untuknya.

Mata David membulat bingung, namu  setelahnya mengangguk cepat.

"Lo dapet darimana nih, Ed?" Tanya David bingung.

Iya, jelas bingung. Pasalnya Edward sudah menolak naskah tersebut mentah-mentah beberapa hari lalu, tapi kini ia justru memperlihatkan artikel terkait cerita tersebut.

"Fans gue. Kata mereka ceritanya bagus dan karakternya kelihatan cocok buat gue," jawab Edward yang langsung dibalas senyum sumringah oleh David.

"Eh, bukan berarti gue fix mau in!" Jelasnya saat menyadari tatapan penuh harap yang tengah David layangkan untuknya.

Seketika semangat David meredup, "yaudah lo pikirin aja dulu, Ed." Balasnya bete dan sukses mengundang tawa Edward.

"Ya ilah, Vid. Bukan berarti gue langsung nolak juga," tambahnya, "ini gue lagi baca-baca kok, ya walau gue awalnya ga begitu suka judulnya."

"Iya, makanya lo pertimbangin aja dulu." Balas David, "baca baik-baik sampai selesai, siapa tau lo tertarik."


"Pokoknya kita bakal tetep usaha supaya lo bisa comeback drama tahun ini, ya paling enggak satu judul." Ucap David.

"Jadi tolong jangan dipersulit ya, Ed. Karena semua fans lo juga udah neror agensi. Tiff udah stres, gue juga demikian, lebih-lebih lagi crew lainnya--termasuk penerbitannya Kak Jeff."

***

Aku kaget. Kaget pake banget. Bukan. Kali ini bukan karena Rochelle.

Tapi karena ada email yang tiba-tiba muncul ditempatku.

Tanpa pikir panjang, jemariku langsung bergerak untuk menghubungi Rochelle.

"HAN, AKU DI EMAIL PENERBIT!" Pekikku semangat.

"Oh? Selamat, Chen..."

Seketika senyumku luntur, berganti dengan wajah cemas bercampur khawatir setelah mendengar suara lemas Rochelle.

"Kamu kenapa?!"

"Engga kok," dusta Rochelle, "aku tutup ya, Chen." Pamitnya sebelum memutus sambungan secara sepihak.

Aku dengan segera berusaha menghubungi Rochelle lagi, namun nihil. Ponsel gadis itu telah di non-aktifkan.

Dengan cepat jemariku mencoba mencari seseorang yang kira-kira tau kondisi Rochelle dan bisa dihubungi sampai akhirnya ada satu pesan masuk.

From : xxxxx

Michael kecelakaan, Rochelle syok berat.
Kamu bisa kesini? Alamat rumah sakitnya di Jl.******

xxxxx share a location.

***

12 Januari 2019.
Yochelle_tiar

BEHIND : The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang