17. Rencana Gila

44.2K 4K 21
                                    

"Joey. Kau kenapa honey? Joey!"

Aku membuka mata.

"Kenapa kau berteriak, honey? Apa yang terjadi?"

Aku kini tengah berjongkok di ruang tamu dengan tangan masih memegangi leherku.

"Mom." Aku langsung memeluknya.

"Jangan seperti honey, kau membuatku khawatir."

"Mom... tad-tadi Mom... aku melihat seseorang disini." Aku berkata dengan tubuh gemetar. "Dia... dia ada sangat dekat dengan ku, Mom. Aku takut...."

"Paling kau hanya bermimpi saja Jo." Jess berkata datar.

"Mimpi? Aku bahkan belum tidur Jess! Tidak.... ini bukan mimpi," ujarku yakin. "Mom tadi leherku terasa sakit. Sakit seperti ditusuk besi yang panas."

"Iya honey. Mom antar ke kamarmu ya."

"Mom percaya tidak?"

"Iya percaya." Mom menatapku dengan sedih. "Sekarang kau istirahat dulu ya."

"Jo takut, Mom."










***











Sejak kejadian tadi malam tekad ku sudah bulat. Sepertinya aku memang harus melakukan itu.

Jam istirahat kedua. Setelah jam pelajaran Sastra aku menghubungi beberapa orang dan mengajaknya bertemu di perpustakaan.

Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan mereka.

"Joey. Ada apa kau mengumpulkan kami?"

"Ada masalah Jo?"

Kami duduk di pojok perpustakaan. Di depanku ada Erin, Mary, dan di sampingku ada Nelo. Aku tidak mengajak Jess, kalau dia tahu apa yang ingin ku lakukan pasti dia tidak  mengijinkan.

"Begini teman-teman, aku punya satu permintaan."

"Apa?" tanya Nelo santai.

"Uhh... tolong Jo. Kumohon jangan yang berhubungan dengan hal itu." Erin memohon.

"Hal apa?" Mary bertanya bingung.

Aku menarik napas. "Kalian bantu aku menyelediki soal vampir."

"Joey... kau masih tidak meng-"

"Rin, dengarkan aku dulu."

"Sepertinya kali ini aku tidak bisa Joey," ujad Mary cepat.

"Tunggu Mary. Kalian harus dengarkan aku dulu."

"Jess dimana? Kau tidak mengajaknya karena kau tahu dia tidak mengijinkan kan?"

"Dengarkan dulu," kataku keras. "Tunggu."

Mereka akhirnya mau diam.

"Kemarin malam ada orang yang mengikutiku. Aku merasa tidak asing dengannya."

"Bagaimana kalau itu imajinasimu?" Erin berpendapat.

"Bukan. Awalnya aku juga berpikir seperti itu tapi kemudian aku sadar kalau memang ada seseorang yang mengawasiku. Dia nyata."

"Terus apa hubungannya dengan vampir, Joey?" tanya Mary tidak paham.

"Itulah masalahnya. Kurasa dia bukan orang. Dia vampir."

"Baiklah, sepertinya aku harus ke toilet." Erin angkat tangan lalu berjalan pergi.

"Kalian tidak percaya padaku?" Aku bertanya kecewa. "Kalian bahkan tidak bertanya kenapa aku bisa menyimpulkan dia vampir. Apa kalian menganggap aku sebodoh itu?" Aku duduk di kursi dengan perasaan kecewa.

"Ssstt...." Seorang siswa berkacamata di sebelah kami terlihat terganggu.

"Maaf," kata Nelo sopan padanya.

"Baiklah Jo. Sebaiknya kita dengarkan Joey dulu," usul Nelo. "Sebenarnya aku juga tertarik dengan isu vampir ini."

"Kau serius, Nelo?" bisik Mary ragu.

Nelo duduk di sampingku. "Kau pasti punya alasan yang kuat kan. Aku akan dengarkan," ujar Nelo sambil tersenyum.

"Terima kasih Nelo."

Erin dan Mary kembali duduk di tempatnya.

Aku mulai bercerita kalau orang yang kulihat kemarin memiliki mata yang mirip dengan rekaman cctv vampir di TV waktu itu, mereka sama-sama memiliki mata merah yang unik. Kuyakin ini bukan kebetulan belaka.

"Tapi ini berbahaya Jo. Kita tidak tahu apa yang bisa terjadi kalau kita melakukan hal ini," ujar Erin.

"Kau benar. Tapi kita tidak akan melawan vampir, kita hanya menyelidiki apakah mereka benar-benar ada atau tidak. Aku penasaran dengan orang yang mengikutiku kemarin, dia sepertinya ingin bicara denganku tapi tidak di lakukan. Matanya...."  aku terdiam memikirkan orang aneh kemarin. "Matanya penuh misteri."

"Kita bisa mencobanya." Nelo berpendapat. "Maksudku, kita akan susun rencana dan selidiki mereka menggunakan otak kita. Kalau kita bisa membuktikan mereka benar-benar ada mungkin kita akan jadi terkenal dan pemerintah akan memberikan kita uang."

"Logis sekali Nelo," kata Mary. "Tapi aku tetap takut. Aku tidak mau melakukan hal itu."

"Kita akan melakukan ini bersama-sama. Kalau ada bahaya yang kita temukan kita tidak akan meneruskannya. Iya kan Jo?"

"Tentu. Kalain mau kan?" Aku memohon. "Aku tidak bisa melakukan hal ini sendiri makanya aku memanggil kalian."

"Aku akan bantu." Nelo yang pertama menjawab.

"Terima kasih. Mary? Kau mau?"

"Aku sebenarnya takut tapi demi kau, Jo. Baiklah. Tapi jangan melakukan hal yang berbahaya."

"Pasti Mary."

"Erin?"

Erin mengembuskan napas panjang. "Aku tidak yakin. Tapi ayo kita lakukan."

"Benarkah? Yes. Kalau begitu kita mulai penyelidikan kita besok. Tapi kita perlu tempat untuk berdiskusi...."

"Ke rumahku saja."

"Ha serius?"




















TBC

1000 Years (New Version) | End ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang