Part 10

320 28 18
                                    

Alvaro POV

Aku terus mengejar Andini, ia semakin jauh melangkah dan sampai akhirnya aku melihatnya mengarah ke taman sekolah.

“Andini tunggu…!”

Aku terus memanggilnya, entah iya mendengar panggilan ku atau tidak. Yang pasti aku selalu ingin di dekatnya saat ini,dimana perasaannya sedang terpuruk.

Setelah sampai di taman, aku melihat Andini duduk di dekat kolam kecil yang di dalamnya berisi ikan koki berwarna warni, ini memang taman sekolah yang nyaman untuk tempat menyendiri dan mencurahkan semua isi hati. Pikirku.

Aku segera mengampiri Andini yang sedari tadi sudah melempari batu-batu kecil ke arah kolam tersebut.

“Ehh,, kamu jangan seperti itu Andini, ikan itu akan ke sakitan jika kau terus memukulnya dengan batu” Ujarku sambil memegang lengan andini yang sudah siap melempar batu lagi ke arah kolam.

Kemudian ia menoleh ke arahku. Matanya memerah, dan tak berapa lama ia mengeluarkan air matanya.

“Andini kau kenapa menangis?” Tanyaku lagi.

Ia tidak menjawab pertanyaanku, kemudian ia malah langsung bangun dari tempatnya dan secara tiba-tiba, memeluk erat tubuhku.

"Eh" Aku terkejut.

Suara tangisannya yang terdengar secara jelas di telingaku membuat ku semakin ingin memeluknya. Dagunya yang menempel di bahu ku, membuat jantungku semakin berdetak tak karuan.

Apa yang harus aku lakukan, sebenarnya aku sangat shock dengan apa yang telah di lakukan Andini. Kenapa dia bisa jadi se agresif ini? Aku masih dengan kebingungan dan berusaha tenang menerima pelukan yang sangat hangat darinya.

Tanganku yang tadinya melebar kini mulai berani menyentuh Rambutnya. Aku mengelus pelan kepala andini. Aku rasa ia menerima juga pelukanku.

Andini terus memelukku erat sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk kembali berbicara.

“Andini, aku rasa kamu harus bicara baik-baik padanya.” Ujarku

Andini tidak menjawab ucapanku, sampai akhirnya tiba-tiba ada seseorang yang berteriak memanggil nama Andini. Suaranya terdengar begitu jelas, sampai akhirnya Andini melepas pelukannya.

“Andini” Suara itu semakin kencang.

Ternyata itu Daniel, apakah dia melihat aku dan andini berpelukan, celaka! ini sama saja aku membangunkan seekor macan dari tidurnya. Pikirku.

Daniel pun berlari menghampiri kita. Sesampainya di hadapanku, wajahnya berubah Drastis.  tatapannya menjadi tajam, dan sangat mengerikan untuk seorang atlet lari.

“Hei,,,, kenapa kau disini? bersama pacarku?” Tanya Daniel kepadaku dengan nada bicara yang datar tapi cukup menyakitkan bagiku.

“Aku? (sambil menunjuk diriku sendiri.) Aku hanya menemaninya, kenapa?” Jawabku.

Tatapannya semakin tajam dan juga dingin, aku rasa ia sangat tidak suka dengan kehadiranku yang mengusik hubungannya. Aku tidak peduli itu, tujuanku saat ini hanya untuk menjaga Andini, tidak ada maksud lain. Walaupun rasa ini ada untuknya.

“Pergi sana, aku yang akan menemaninya.” Bentak Daniel kepadaku.

Aku hanya terdiam kala Daniel terus-menerus memojokanku di depan Andini. Kalau bukan karena ada Andini, rasanya sudah ingin ku bunuh manusia satu ini

“Beraninya kamu Daniel mengusir Varo, seharusnya kamu yang pergi dari sini.” Seru Andini.

Mendengar ucapan Andini, membuatku terkejut bukan kepalang, kenapa dia bisa manjadi dingin seperti itu kepada pacarnya sendiri. Antara senang dan sedih. Aku tidak bisa menggambarkan suasana hatiku saat ini.

“Andini, kamu marah denganku? aku bisa jelaskan semuanya…. aku telah putus dengan Cayla aku telah korbankan semuanya demi kamu… Ayolah Andini maafkan aku….” Daniel momohon kepadanya.

Lagi, lagi dan lagi aku melihat pertengkaran antara keduanya. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, jika aku ikut bicara , aku salah. jika aku diam saja rasanya aku menjadi seseorang yang tidak berguna. Sepertinya sedikit memberi solusi bisa membuat mereka berdamai. Pikirku.

Entah kenapa walau di hatiku ada nama Andini namun, aku tidak bisa melihat dirinya sedih. Aku berusaha melawan egoku dengan tidak mencari keuntungan dari Kejadian ini. Ya, sebenarnya aku bisa saja mendapatkan hati Andini saat ini juga, Namun aku percaya Andini masih mencintai Daniel.

“Apakah aku bisa percaya kepada mu lagi niel?” Tanya andini.

Mendengar permohonan Daniel kepadanya, sepertinya Hati Andini mulai luluh kembali. Daniel diam seribu bahasa. Entah apa yang sedang di pikirkannya sampai tidak bisa menjawab pertanyaan Andini yang satu ini.

“Aku hanya butuh kesempatan 1 kali lagi untuk memperbaiki ini semua. Sekali lagi aku minta maaf, karena aku belum bisa menjelaskan dengan sejujurnya.” Ucap Daniel sambil memegang kedua bahu Andini.

Mereka saling menatap dengan tatapan penuh ikatan. Ikatan Cinta dan Ikatan Rasa. Mereka terlihat begitu bahagia. Apakah aku masih punya kesempatan? Setelah lama mereka diam dengan tatapan, akhirnya andini kembali berbicara.

“Aku akan memberikan kamu kesempatan 1 kali lagi niel, tapi dengan syarat, beritahu aku apa alasan kamu menduakan ku?”

Kemudian Daniel tersenyum simpul, “Itu pasti,, aku akan jelaskan semuanya kepadamu”

Aku yang berdiri di belakang Andini, hanya bisa melihat bahwa Andini masih mencinta Daniel. Hatiku sangat sakit tat kala mereka saling berpelukan di hadapanku. Mungkinkah ini awal dari kandasnya Cinta yang aku miliki.

Andini pun memeluk Daniel dengan penuh kasih sayang, begitu pula sebaliknya. Setelah beberapa dekit berpelukan Andini menoleh ke arahku.

“Eh, Varo maaf… Aku jadi mendiamkanmu begini” Ucapnya

“Tidak apa-apa Andini, kamu sudah terlihat sangat bahagia sekarang. aku senang melihatnya.” Jawabku.

Aku berbicara dengannya sambil tersenyum, yang sebenarnya aku paksakan. Aku tidak ingin rasa sakit hatiku terlihat olehnya. Cukup aku yang memendam rasa ini, walau sakit dan pedih rasanya.

“Ah, benarkah? Kau ini (Sambil menepuk pelan pundak ku)”

Sementara itu aku melihat Daniel masih sama seperti Daniel yang kemarin. Ia masih melihatku sebagai saingannya. Semua terlihat dari pancaran matanya yang selalu tajam tat kala melihat ku dengan Andini. Entah ia tahu atau tidak jika aku menyukai pacarnya, Namun yang pasti niatku adalah untuk melindungi dan menjaganya meski dia bukan milik ku.

To be Continued.....

Dia, Andini [SELESAI √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang