Part 11

295 20 5
                                    

Setelah kejadian di taman tadi, kami pun kembali ke kelas masing-masing. Namun saat aku hendak ke kelas, tiba-tiba aku melihat Cayla sedang menelpon seseorang. Raut wajahnya terlihat sangatlah serius. Bahkan ia terlihat seperti orang yang sedang marah-marah. Karena aku penasaran, aku-pun bergegas mengampiri dia. Namun aku tidak ingin bertemu dengannya, Hanya saja ingin menguping pembicaraannya.

“Mamah, Cayla gak mau tahu pecat Ayah Daniel sekarang juga!” Bentak Cayla kepada Ibunya lewat telpon.

“Aku gak mau tau, mau posisi dia itu sebagai staff penting atau bukan,, yang pasti itu adalah perusahan mamah kan? Kalau mamah mau melihat Cayla bahagia, sekarang juga pecat Ayahnya Daniel.” Serunya lagi.

Cayla pun langsung menutup telponnya. Wajahnya terlihat sangatlah kesal. Entah apa yang membuatnya tega memecat ayahnya Daniel. Aku yang tidak mengerti permasalahan mereka hanya harus menelan mentah-mentah informasi yang ku dapat.

Aku pun segera pergi meninggalkannya, mungkin Informasi ini bisa berguna untuk Andini. Pikirku. “Ah sial, Pasti Daniel sudah memberitahunya lebih dulu.” Gerutuk diriku. Dia kan sudah berjanji dengan Andini akan menjelaskan semuanya. Setelah itu aku pun kembali ke kelas, sampai bel pulang pun berbunyi.

“Varoo!!” Panggil Via dengan kencang dari bangkunya.

Aku menoleh ke arahnya sembari memasukan buku-buku pelajaran ke dalam tas.

“Ada apa lagi via? Kamu ini selalu saja memanggilku, macam ibuku saja.” Sahutku.

“Varo, Anterin aku pergi ke Toko buku yu…. Pleaseee!” Pintanya sambil menggelayuti salah satu tanganku.

Aku rasanya sulit untuk menolak ajakan Via kali ini. Dia sepertinya sangat ingin sekali aku temani ke toko buku.

“Memangnya kamu mau beli apa?” Tanyaku kembali.

“Aku mau beli buku gambar beserta perlengkapannya Varo…”

“Eh” Aku pun terkejut. Sejak kapan Via punya hoby menggambar.

“Kenapa?” Via kembali bertanya, tat kala melihatku terkejut seperti itu.

“Tumben sekali kamu suka gambar? ada angin apa?”

“Emang varo engga tau? bulan depan kan sekolah kita bakal ngadain Event menggambar dan, hadiahnya itu pergi ke Jepang loh!” Serunya.

“Semoga kamu menang Via” Doaku.

Via pun tersenyum lebar, Doaku untuknya mungkin akan menjadi sebuah penyemangat baginya. Semoga saja.

Kami pun segera berjalan keluar kelas, menuruni anak tangga yang cukup banyak dan mataku harus kembali di kejutkan dengan pemandangan yang tidak biasa. Cayla, aku melihatnya sedang menarik tangan Daniel dengan kencang. Wajah mereka berdua begitu serius, Namun aku tidak melihat Andini di situ. Kemana dia?

Aku dan Via pun bergegas menuruni tangga dengan cepat.

“Vi, cepat dong itu lihat deh ngapain si Cayla narik-narik Daniel?” Tanyaku.

Via pun menuruni tangga dengan tertartih-tatih.

“Varoo,,, jangan cepat-cepat dong. kamu kepo banget sih sama masalah orang, sebel deh!” Rengeknya dengan wajah yang memelas.

Aku tidak menggubris omongan Via dan terus mengikuti Daniel dan juga Cayla. Aku memang orang yang penasaran, jika sudah masuk ke dalam masalah orang, tak heran jika aku akan terus mencari tahu sampai semua pertanyaan yang ada di benakku dapat terjawabkan.

Sementara itu Cayla langsung membawa Daniel ke toilet, dan terlihat mereka berdua seperti bertengkar. Saat itu juga tiba-tiba aku melihat Andini, dia baru saja keluar dari kamar mandi. Andini pun langsung di kejutkan dengan pertengkaran Cayla dan juga Daniel. Aku yang makin penasaran segera menghampiri mereka semua.

Dia, Andini [SELESAI √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang