Sudah waktu pulang sekolah, sinar matahari semakin redup, sudah tenggelam di balik gedung-gedung tinggi. Aku berjalan di trotoar bersama Jesslyn. Kami sedang menuju halte bus terdekat.

Semuanya normal hingga tak berapa lama aku merasakan ada yang aneh. Seperti ada orang yang mengikuti, atau ini hanya perasaanku saja ya?

Saat aku berjalan seperti ada yang memperhatikan gerak-gerikku. Aku menoleh kebelakang, hanya ada beberapa orang, tapi ada satu laki-laki bertopi dan bermasker yang berdiri sambil menatap lurus ke arah kami. Aku sempat melihat matanya, dan benar saja ia sedang menatap kami. Aku merinding dan segera berjalan mendekati Jess. Perasaanku tidak enak.

"Kenapa kau?" Jess bertanya karena aku tiba-tiba bergerak mendekatinya.

"Tidak. Hanya ingin cepat sampai di halte saja." Aku tersenyum kaku.

Saat sampai di rumah pun aku masih merasakan hal yang sama. Ini membuatku tidak nyaman. Aku sempat memeriksa ke luar jendela.

Aku seperti beku saat melihat orang aneh yang kurasa orang yang sama tengah berdiri di bawah lampu jalanan dan menatap ke arah rumahku.

Aku segera menutup semua gorden di rumah lalu duduk di sofa.

"Kau kenapa?" Jess bertanya saat melihatku duduk diam di depan TV.

"Jess, apa kau merasa ada yang sedang mengawasi kita?"

"Tidak. Kau pasti berkhayal lagi Jo."

"Tidak. Aku merasa tidak nyaman... sepertinya ada psycho yang mengincarku. Apa yang harus kulakukan? Cobalah lihat ke depan." Aku memeluk bantal sambil menggigit jari.

"Terserah padamu."

"Jess... aku tidak bohong. Coba lihat sana."

"Lakukan apa yang kau ingin lakukan. Aku akan ke kamar."Jess pergi ke kamarnya setelah mengambil beberapa cemilan dari kulkas.

Kini tinggal aku sendiri di ruang tamu. Mom sudah tidur duluan, Mom terlihat kelelahan setelah bekerja.

Aku menyalakan TV agar tidak terlalu sepi.

"Ha!" Aku berteriak menjauhkan remote karena melihat hantu.

Aku segera mengambil remote yang terjatuh dan mematikan TV dengan mata yang masih tertutup. Film horor sialan.

Aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Aku menghidupkan lampu dan segera mengunci jendela. Aku sudah berbaring di tempat tidur tapi mataku sulit sekali terpejam.

Tok tok tok....

Sepertinya aku mendengar sesuatu.

Tok... tok...

Aku bersembunyi di balik selimut.

Kini, jendela kamarku seperti di ketok sesuatu. Itu tidak mungkin manusia karena kamarku berada di lantai 2.

Aku mengucapkan semua doa yang kutahu selama hidupku. Semoga bukan hantu.

Aku bernapas lega. Setelah beberapa lama, suara itu tidak terdengar lagi.

Tapi tak berapa lama, masalah baru muncul.

Sial. Aku ingin ke kamar mandi. Ouh... kenapa harus di saat yang seperti ini sih?

Aku membuka selimut. Aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi.

Aku keluar dengan cepat. Berlari tapi dengan hati-hati agar tidak membangunkan orang rumah.

Setelah keluar dari toilet akhirnya aku bisa bernapas lega.

Aku kembali berjalan ke kamar.

Tapi tunggu dulu.

Aku terdiam sebentar.

Suara itu lagi. Kali ini terdengar ketukan di pintu depan.

Aku menelan ludah.

Lebih baik aku segera ke kamar. Entah itu orang iseng atau apa intinya itu membuatku takut.

Seperti ada bayangan hitam yang berkeliaran di belakangku.

Saat aku berbalik, aku melihat seseorang yang tinggi dengan jaket menutupi kepalanya dan juga memakai masker.

Aku mundur dengan kaki gemetar.

Matanya tajam dengan warna merah tua yang indah.

"Akkhhh...." aku meringis kesakitan. Leherku panas, sangat panas. "Akhhh sakit...."























TBC































1000 Years (New Version) | End ✓ Where stories live. Discover now