"Kalian kayak orang pacaran putus nyambung; kadang akur, kadang baku hantam. Persis mali sama ben."

Gue menoleh; duh, si bapak bangun.

"Sesuka papa aja, lah." Gue mengedikkan bahu. "Lewi gimana, pa? Udah mendingan?"

"Dari tadi pagi tidur. Bangun cuma setengah jam." Papa mengusap rambut lewi, tersenyum miris menatapnya. "Kaka mana, Jack? Lewi nyariin terus."

"Kaka..." gue menghela nafas; kasih tau ngga ya? Bapake kan comel, ntar dia kelepasan ke lewi, gimana? "Kaka dirumah."

Iya, gue ngga mau nyari mati.

"Dirumah?" Papa mengernyitkan dahi. "Kaka? Dirumah?"

"Dirumah." Angguk gue, berusaha sekuat mungkin meyakinkan papa, kalo Kaka emang dirumah.

"Rumah temennya?"

Yaelah, pa. 'Iya' aja kenapa, sih?

"Rumah siapa, kek." Sergah gue. "Nanya mulu sih, pa?"

"Ya... Papa ngga yakin aja, dia bisa diem dirumah." Papa balik mengedikkan bahu. "Kamu tau sendiri, adekmu yang itu hipernya gimana."

"Mm hmm." Angguk gue; dalam hati lega bukan main doi berhenti nanyain Kaka.

"Papa?"

Gue menoleh, begitu juga dengan papa; jelas karena doi yang dimaksud.

Mata gue membelalak tiba tiba, ketika menemukan logo adidas besar di TV.
"Eh, itu! Itu dia!"

"Apaan?!" Tanya papa, ikut panik.

"Itu! Itu Ka—"

Salah iklan; ini adidas futsal ternyata. Tentu bintangnya bukan Kaka.

"Apa, Jack?" Tanya papa; air mukanya masih panik.

Abis ini, gue pasti digibeng.

"Eng..." gue menggaruk kepala, keki. "Nggak, itu... Merek baru..."

"Konyol!" Tukas papa; menyentil kuping gue keras keras.

"Duh!" Gerutu gue. "Putus, pa!"

"Masih untung kamu ngga papa tempeleng!" Gertaknya. "Jangan macem macem, ah!"

"Iya, ampun." Cicit gue, menjauh dari papa. Masih mau idup, tentu saja.

"Apa, lew? Tadi kenapa manggil papa?" Tanya papa; gue gak ambil peduli, karena masih nungguin iklannya Kaka. Ini waktu prime time kan?

"Uh..."

"Kamen rider kemana?" Gumam gue, mencari cari channel TV yang ada acara itu. Perasaan kemaren di channel ini?

"Aku—"

"Kemana, ya?" Gue menoleh pada papa dan Lewi, berharap dapat jawaban dari sana.

"Apanya kemana?" Tanya papa. "Kenapa, tadi, lew?"

Muka lewi tiba tiba memerah, entah kenapa.
"Aku..."

"—mau minta tolong." Lirihnya. "Bantu aku ke kamar mandi?"

Gue lantas buang muka; orang malu ngapain malah lu liatin, goblok?

Sejak sakit kepalanya yang terparah waktu itu, Lewi seperti mobil bobrok yang nggak diisi bensin seumur hidup; gak punya tenaga buat ngapa ngapain. Buat bangun aja ngga bisa; makanya kalo mau ke toilet harus dibantu.

Dan dia pasti malu ngomong depan gue.

Terus gue liatin lagi tadi; makin jadi.

Goblok.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now