"Kalo mereka ngapa ngapain kamu, bilang aku aja." Lirihnya, menatapku singkat.

"Emang kamu berani?" Ledekku. "Dulu aja kamu dibully anak kelas 1, aku yang belain."

"Kan aku udah gede sekarang." Sungutnya. "Kata ibuku, kalo aku udah gede, aku harus bisa jagain orang lain."

"Iya deh, apa katamu aja." Tawaku, lantas menyikutnya. "Call of duty, yuk?"

"Mancing aja." Tolaknya. "Aku gak bisa main tembak tembakan."

"Dih," aku mengernyitkan dahi. "Katanya tadi laki! Ayo!"

"Gak mau! Kalo mancing, aku mau."

"Ih, ayo."

"Gak mau, ah. Kenapa gak mancing aja?"

"Kenapa gak tembak tembakan aja?"

"Karena aku gak bisa." Gelengnya.

"Aku juga ngga bisa mancing." Gelengku, menatapnya. "Terus, gimana dong?"

"Cerita hantu!" Senyumku, tiba tiba teringat sesuatu. "Ayo, ash!"

"Uh..." air mukanya nampak ragu, namun akhirnya mengangguk. "Yaudah, deh."

"Di kamarku, ya?" Tanyaku, yang langsung menggandeng tangannya; berlari menuju kamar tidurku. "Ayo!"

"Ka—"

"Ayo!" Aku menarik tangannya, lantas masuk ke kamarku; menggelapkan lampu, menutup badan kita berdia dengan selimut, kemudian menyalakan senter.

"Aku duluan." Ujarku.

"Ka—"

"Ssh," gelengku. "Jadi, kak Cal pernah cerita ke aku, kalo di deket apartemennya waktu dia kuliah semester pertama, dia pernah liat orang gantung diri diatas perutnya waktu dia tidur."

"Terus, ternyata emang beneran ada orang bunuh diri." Lanjutku. "Dia gentayangan!"

"Ka, udah..." gelengnya, kali ini menutup telinga. "Serem..."

"Kan kamu yang tadi mau?" Aku mengernyitkan dahi. "Gantian deh, kamu yang cerita."

"Itu gak serem tau." Sergahku. "Kak cal marah, lebih serem."

"Ng-hng..." ia menggeleng. "Nggak mau lanjut..."

"Oke..." anggukku. "Ya jangan nangis, Ash."

Ngga, dia ngga nangis; aku cuma godain aja, biar nangis beneran.

Ngga deng, jahat banget ya ampun.

"Aku ngga nangis." Elaknya. "Uh, ka?"

"Hm?"

"Temenin aku ke kamarku, yuk?"

"Hah?" Tanyaku. "Kamu takut?"

Ia menggeleng pelan; pandangannya jatuh ke bawah.
"Ng-nggak..."

"Kamu takut, kan?" Tudingku. "Ashton takut, ashton takut!"

"Aku ngga takut!" Serunya, kemudian menyibakkan selimut; berjalan ke arah pintu kamar.

"Ash!" Seruku, yang tau dia sebenernya takut bukan main. Aku takut dia mimpi buruk nanti malam; disini kan ngga ada mamanya. Bisa mati aku diaduin, kalo sampe dia mimpi buruk. "Ash, mau kemana?!"

"Kamar!" Ambeknya.

Duh, Kaka, sih...

"Temenin aku!" Aku lantas berdiri dihadapannya; menghadangnya, agar ia tidak pergi. "Aku takut!"

Ia terdiam.
"Kamu... Takut?"

"Aku takut!" Anggukku mantap, berusaha meyakinkan dia, kalo aku takut. "Iya, aku takut."

Ia mengerutkan dahinya, terlihat nggak yakin.
"Kamu—"

"Udah, pokoknya aku takut!" Aku kembali menarik tangannya menuju kamarku. "Kamu hari ini tidur sama aku aja, nanti cecillia aku suruh pindah kamar!"

Cecillia adalah teman kamarku, mulai tadi pagi. Padahal, aku maunya sama Ashton, tapi itu ternyata diundi. Bukan tangan hoki, emang.

"Oke..." angguknya, yang ikut aja denganku.

Duh, kalo sampe Ashton tidur bareng aku, dia harus dengerin aku ngigo, deh...

Semoga nanti ngigonya ngga aneh aneh, deh.

***

"Kaka?"

Aku mengerjapkan mata perlahan; ashton tiba tiba udah disampingku, gak tau gimana caranya dia naik ke tempat tidurku di atas.

Oh iya, kan ada tangga...

Iya, disini tempat tidur kami bertingkat.

"Apa?" Tanyaku, mengucek mata. "Geseran ah, sempit banget."

"A-Aku..." matanya merah, kayaknya dia habis nangis. "Aku boleh tidur sama kamu?"

"Kan daritadi juga tidur sama aku." Parauku. "Ini jam 2, Ash. Tidur lagi sana, ah."

"Aku takut!" Ujarnya, nadanya meninggi. "Aku takut ketemu setan!"

Aku mengedipkan mata berulang kali; aku ngga mimpi, kan?

Baru kali ini aku liat Ashton panik bukan main.

"Yaudah." Anggukku. "Yaudah, sini. Aku geseran."

Ia berbaring di sebelahku; tapi aku yakin, dia ngga tidur.

"Tidur aja, Ash." Bisikku. "You'll be fine. Setannya takut sama aku."

"B-Boong..."

"Aku suka masukin setan kedalem botol sama kak Cal, tenang aja."

"S-Serius, Ka?"

"Mm hmm." Aku memberikan selimutku padanya. "Setan takut sama selimut, nih."

"T-Tapi nanti kamu dimakan setan?"

"Ngga." Gelengku; ngga bisa buka mata saking ngantuknya. "Aku kan pawangnya. Udah, tenang aja."

"Jangan pergi ya, Ka?"

"Hm."

"Serius..."

"Iya." Anggukku. "Udah, tidur."

Suara Ashton ngga terdengar lagi; semoga aja dia tidur, karena besok kita harus bangun pagi, buat latihan pertama.

***

wOYYYY GUA HAMPIR GILAAAA ANJJJ LO PERNAH NGGA SI NGERASA SALJUR CUMA GARA GARA BBRP MATKUL? SUMPAH MATI GUA MAU CURHAT NIH YA, JADI CERITANYA DIJURUSAN GUA KAN ADA MATKUL BISNISNYA YA, NAH ITU TUH TIAP KALI DOSENNYA NGOMONG YA, TIAP KALI, ITU BENER BENER RASANYA OTAK GUA NYATU SAMA PANKREAS; JIGA DIGIBENG ANGIN BADAG TP NGGA MASUK ANGIN GT IBARATNYA MAH, UDAH BERGUNA BUAT IDUP ITU ILMU, TAPI DOSENNYA CUMA BERASA CUAP2 ANJ GUANYA NGGA NANGKEP APA2. PENGEN NYANTET DIRI SENDIRI RASANYAA WIYYY

HARUS DIAPAIN YE BIAR MASUK OMONGANNYA?

Besok matkul dia lagi... Untung cmn presentasi njir.

Yaudahsi, gitu aja...

Selamat berandai2 liburan kalian semua,

—krn sama, gua juga, hehe.

Mwah,
-bru

Kakak • lrhDär berättelser lever. Upptäck nu