[ f l a s h b a c k ]

628 74 17
                                    

Menikah. Satu kata yang sudah sering didengar, diucapkan, bahkan dilakukan oleh banyak orang. Terdengar sederhana, tapi nyatanya tidak.

Ketika kita siap menikah, maka kita juga siap untuk berkomitmen. Tidak siap berkomitmen? Mundur, pernikahan bukan untuk kalian yang takut dengan komitmen.

Menikah itu menyatukan pikiran dalam dua kepala yang berbeda, keluarga yang berbeda, kebiasaan yang juga berbeda—semuanya, menjadi satu kata jamak yaitu kita. Bukan lagi satu suku kata bermakna tunggal, aku dan kamu.

Ketika kita siap menikah, maka ada banyak hal yang harus kita lewati bersama. Ada banyak cobaan yang harus dilewati, beragam cara dimana kesetiaan dan kesabaran itu diuji, kesulitan dihadapi, dan sebuah senyuman saja patut untuk selalu disyukuri.

"Aku mencintaimu dengan sederhana." —jangan pernah percaya jika ada seseorang yang berkata seperti itu. Mencintai itu tidak pernah sederhana. Jatuh cinta saja, melibatkan banyak sekali senyawa kimia dalam tubuh kita yang sangat rumit prosesnya, bagaimana bisa itu masih disebut sederhana?

Hanya rumah makan padang yang sederhana. Cinta? Tentu tidak.

—Dan menikah juga bukan selalu perkara tentang dua manusia saling mencintai.

Ada yang menikah hanya karena ingin membahagiakan orang tua, ada pula yang menikah karena sebuah keharusan.

Bagian ini, kalian akan melihat (atau lebih tepatnya membaca?) bagaimana pasangan-pasangan ini memutuskan untuk menikah, membangun rumah tangga, dan perjuangan mereka di masa lalu demi sebuah masa depan yang menjanjikan.

Siap?

to be continue

[Parenting Ship] One Way to YouWhere stories live. Discover now