Baru dua kali, udah jatoh.

Waktu mungut bola, harga diriku ikutan jatoh.

"Gak bisa anjir!" Tawa kak cal puas; abis ini tamat aku dikatain. "Mana, katanya bisa?!"

"Kan aku bilang gak sekarang!" elakku, tentu gak mau kalah.

"Kapan?! Nunggu jerapah lehernya pendek?!" Ia kembali menoyor kepalaku. "Kalah lu, anjir. Sini, mana eskrimnya?"

"Eh, nggak, kan yang kanan tadi bisa!" elakku lagi. "Tadi kan janjinya kalo yang kanan gak bisa, baru eskrim!"

"Enggak, gua ngga bilang gitu." Gelengnya. "Gua bilang kalo sampe gak bisa juggling, lo traktir gua eskrim! Kan lo tadi kiri gak bisa, hayo?"

"Bisa! Dua kali, kan, tadi!"

"Dua kali mah nyundul anjir, mana ada juggling dua kali!" Kak cal balik mengelak. "Bodoamat njir, mana eskrimnya?"

"Ih, mana ada kayak gitu!" Ambekku. "Yang kecil aja ya, kak, tapi. Uangku gak cukup, kalo yang gede."

Iya, eskrim disini cuma ada baskin robbins; kalo bawa kak Mali kesini sih, gak apa apa. Kalo bawa kak Cal? Aku yang dirampok.

"Ayo, Ka." senyumnya tanpa dosa. "Kok diem aja?"

"Ih, ayo." Anggukku lemas, yang akhirnya pergi ke tempat es krim juga, disusul kak Cal yang akhirnya malah berjalan lebih cepat didepanku.

Nasib.

***

"Nyender mulu lu kayak gorengan. Geseran kek, ini bekas biji kucing nih sebelah gua, ah. Masih luas juga lu sebelah sana."

"Mepet kak, aku diujung. Kakak itu masih luas banget disebelah, ih, kenapa mepet kesini, sih?"

"Yaudah, ganti bangku aja, yuk?"

"Ganti kemana?" Aku menatap kak Cal bingung; bangku taman yang lain penuh semua, cuma ini satu satunya yang kosong-- dan dia malah duduk mepet banget ke aku, padahal sebelahnya kosong melompong.

"Mana aja."

"Penuh, kak."

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Yaudah ngga usah pindah."

Aku mengangguk acuh, padahal dia yang ngajakin pindah. Tapi, yaudahlah.

"Jangan digigit Ka, ntar cepet abis."

Akhirnya, kami beli eskrim yang double scoop, belinya nambah pake uang kak Cal; karena kak Cal tukang makan juga, dan gak yakin single scoop aja cukup buat kita berdua.

"Ka,"

"Hm?"

"Lu makan yang bawah aja napa?"

"Emang kenapa?"

"Yang atas kan punya gua."

"Katanya tadi kakak yang rasa coklat, aku yang cookies and cream?" Tanyaku, bingung. "Harusnya aku yang atas, kak."

"Kan gantian."

Lah, kapan dia bilang?

"Ngga gantian." Aku mengerutkan dahi. "Kakak ngga bilang."

"Tadi bilang."

"Kapan?"

"Barusan."

"Dih," gerutuku; membuatnya tertawa begitu aja, kemudian menjilat sebagian eskrim bagian bawah. Nah, kan, katanya dia yang atas?

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now