"Sampe bisa?" tudingku.

"Sampe ngga?"

"Jawab dulu, sampe bisa?"

"Ngga mau. Jawab gua dulu, sampe ngga?"

Ih, malah nanya balik.

"Pokoknya, sampe bisa?" Aku gak mau kalah, kali ini kembali menatapnya yakin.

"Sampe gak bisa?" Kak Cal juga ternyata gak mau kalah; ia balik menatapku tajam. "Pokoknya, liat aja sampe gak bisa. Sampe lo gak bisa, traktir gua eskrim."

"Liat aja sampe bisa." Ujarku, sok sinis; berusaha mengikuti gaya bicara kak Cal, kemudian mencoba juggling dengan kaki kanan; kalo kaki kiri nanti kemakan omongan dia.

"Iya, iya, iya!" Goda kak Cal, sembari aku melakukan juggling. Ia menjawil hidungku, menyentil dahiku, bahkan noel noel pipiku; gak ada habisnya.

Awas aja sampe bolanya lepas.

"Kak, diem!" Perintahku; jugglingku jadi berantakan, gara gara kak Cal godain terus! "Kakak, jangan megang megang, ih!"

"Punya idung pesek banget." Lagi lagi, ia menjawil hidungku, membuat jugglingku jadi makin berantakan. "Yaelah, ini pipi apa bola bowling?"

"Ka, milih pipi segede pantat, apa pantat segede pipi?"

Yaelah, Kak.

"Pantat segede pipi." Jawabku, masih berusaha tetap fokus pada bola; jangan sampe kemakan omongan kak Cal...

"Kenapa pantat segede pipi?"

"Kalo pipi segede pantat, ntar serem." Jawabku seadanya. "Kalo kakak, milih mana?"

"Dua duanya."

"Wow." Anggukku singkat, masih mati matian mempertahankan bola supaya nggak lepas dari kaki. Emang kak Cal tuh ada aja triknya, biar kita gagal. Aku udah tau.

"Ka, mau eskrim gak?"

Kan, liatin aja.

"Nggak, masih pagi." gelengku, membuahkan toyoran di kepalaku darinya; untung bolanya gak lepas.

"Masih pagi pala lu!" Ia tertawa. "Jam berapa, woy, sekarang?!"

"Hehe." Tawaku balik. "Jam 3 lewat, kali."

"Nih, udah ya, bisa aku!" Ujarku, tersenyum bangga lantaran gak kemakan omongan kak Cal. Yaelah, emang dia doang yang bisa?

"Kaki kiri dong. Kaki kanan mah nenek nenek kursi roda juga bisa." decaknya, yang pasti gondok karena aku gak kemakan omongannya.

"Bener, ya, bisa?" tanyaku, mengambil ancang ancang berjalan; mendekati nenek nenek yang duduk di kursi roda dengan cucunya di pangkuannya, gak jauh dari kita. "Samperin nih, minta ajarin?"

"Jangan, gila!" kak Cal lantas menarik tanganku keras keras. "Bikin gua malu lu ntar, anjir."

"Katanya bisa?" Tanyaku, kembali menatap nenek nenek tersebut. Mati, balik diliatin.

"Lu dulu, coba, gua mau liat." sergah kak cal, mengalihkan perhatianku dari nenek nenek tersebut. "Kan tadi gua udah, sekarang giliran lu."

"Aku bisa, cuma gak sekarang." cengirku. Iya, jujur, sebenernya aku emang gak bisa kalo juggling pake kaki kiri. Susah, coi.

"Bilang aja gak bisa."

"Aku bisa!"

"Mana?"

"Nih," Mau gak mau, bisa gak bisa, akhirnya aku melakukan itu; juggling dengan kaki kiri.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now