" Jangan! Ini uang saya!tolong!!"
Terdengar suara anak kecil. Rana menoleh pada gang sepi menuju pemukiman warga. Di sana ada 4 pria dewasa tengah memalak pengamen tadi. Astaga tega sekali. Rana segera berlari menyeberang jalan. Tanpa memperdulikan jika dirinya hampir tertabrak sebuah motor. Untung pengendara itu segera mengerem motornya. Dengan umpatan fasih yang keluar dari mulutnya.

Lelaki itu turun dari motornya lalu mengikuti perempuan yang tadi hendak menyelakakan dirinya.

" Heh! Lepasin bocah itu!"
Terdengar teriakan Rana. Lelaki itu terdiam di ujung gang. Terdengar lagi kekejian dari ke empat pria berbadan besar itu.

Rana segera menyembunyikan anak itu di belakang tubuhnya.

" Wah, ada pahlawan kesiangan nih"
Ujar preman itu.

" Cantik lagi"

" Hai cantik kami akan melepaskan anak itu asal kan kau mau ikut dengan kami"
Ujar satunya lagi, dengan kepala pelontos dan badan Segede Hulk.

"Oke!" Jawab Rana. Ia membungkuk lalu berbisik pada anak itu.

" Kamu nggak apa kan?" Anak itu mengangguk.
"Cepat lari ke arah warga. Minta tolong panggil polisi. Kakak akan mencoba melawan mereka"

"Tapi kak.."

" Sssttt udah percaya sama kakak. Sekarang lari!"
Tegas Rana. Anak itu berlari memasuki gang dan menghilang. Setelah anak itu hilang, Rana tersenyum miring menatap preman itu.

" Ayo cantik ikut Kami"
Kata preman berambut gondrong dengan codet di wajahnya. Rana menepis tangan preman itu lalu mematahkan tangannya.

" Aaarrggghh!!"
Teriak preman itu. Teman temannya yang terkejut segera sadar dan mencoba melawan Rana. Rana yang bertubuh mungil dengan gesit melawan, menendang dan menonjok para preman itu. Bahkan si plontos tadi di banting oleh Rana hingga tidak berkutik lagi entah pingsan atau mati. Muka mereka sudah tidak berbentuk lagi.

" Ampun... Ampun maafkan kami"
Ujar salah satu pernah yang masih sadar.

" Ampun? Sampah masyarakat seperti kalian nggak pantas di beri ampun"
Ujar Rana. Ia meludah karena mulutnya terasa anyir. Akibat darah di ujung bibirnya.

Terdengar banyak langkah kaki mendekat. Rana terkejut saat seseorang menarik tangannya dan mengajaknya berlari. Ia mendongak menatap wajah Dom yang datar.

Dengan gerak cepat Dom segera menunggangi motornya mengkode Rana agar segera naik. Rana pun mengerti. Mereka pun meninggalkan lokasi.

🍁🍁

"Sshhh pelan-pelan dong!"
Desis Rana. Saat ini Dom dan Rana tengah berada di depan supermarket dekat ex sirkuit balap yang sudah tidak terpakai.

Dom tengah mengobati luka Rana.

" Hm, masih ada yang luka lagi?"
Tanya Dom. Rana menggeleng saja. Padahal perut sebelah kanannya terasa sakit. Tadi sempat kena tendangan. Masa iya dia ngaku. Ntar malah si Dom ambil kesempatan. Big No!

" Kaca mata Lo mana?"
Tanya Dom. Ia membereskan obat merah dan alkohol lalu memasukkannya kedalam tas kecil yang di bawanya.

" Nggak pake. Males kalo sekolah aja. BTW thanks udah bantu. Lo mau kemana?"

" Balap"

" Gue ikut. Beli helm dulu"
Ujar Rana tak terbantahkan. Dom hanya diam. Saat Rana menyuruhnya membayar helm yang di beli gadis itu. Tak main-main helmnya aja seharga 5 juta. Bagi anak sekolah seperti ya itu sudah termasuk mahal. Bisa tekor lama-lama dirinya.

Sesampainya di sirkuit. Yang Rana lihat adalah sepasang muda-mudi duduk bergerombol di atas motor mereka.

Motor Dom berhenti di depan gerombolan teman-temannya. Mereka melihat Rana dengan kening berkerut. Saat ini Rana menggunakan masker hitam dan helm tanpa di lepas. Apalagi rambutnya di sembunyikan dalam helm.

"Hei! Bro! Bawa siapa Lo?"
Tanya salah seorang yang ada di gerombolan itu. Kalau Rana tidak salah namanya Ramon, dia salah satu anak rekan bisnis ayahnya. Bisa gawat kalau Ramon mengenali dirinya.

" Sepupu gue"
Jawab Dom sekenanya. Dan Rana tidak mempermasalahkan hal itu.

Mata Rana mengarah pada seorang cowok yang hanya diam saja saat ada cabe yang bergelantungan di tangannya. Dia Rey dan Megan.

Tak lama ada seorang yang mendekat.

" Ada yang mau ikut? Kali ini taruhannya mobil bro"
Ujar orang itu.

" Serius Lo?Ram?"
Pekik Baim, dia teman sekelas Rana juga.

Rana mulai tertarik. Kalau dia menang, dia tidak pernah naik angkot lagi kan kalau ke sekolah? Lumayan.

Rana menarik lengan Dom lalu berbisik.

" Gue mau ikutan"
Dom terkejut. Ia menatap ragu pada Rana.

" Tapi kan Lo nggak bawa motor"
Ujar Dom. Teman-temannya mulai tertarik.

Rana menunjuk motor yang tengah di duduki Rey. Yang artinya ia akan memakai motor Rey.

" Tapi.."

"Kenapa bro?"
Tanya orang bernama Ram tadi.

" Ini, dia mau ikut balapan. Tapi kan motor gue belum di setting. Dia pengen paket motor Lo. Gimana bro?"
Tanya Dom pada Rey. Rey hanya mengangguk lalu beranjak. Rana tersenyum sumringah.

" Oke. Lo ikut gue bawa motor Lo"
Kata Ram lagi.

" Thanks!"
Baiknya pada Rey. Tubuh Rey mematung. Matanya melotot tajam. Ia hendak mencekal tangan Rana namun di tahan oleh Dom. Ia menggeleng. Melarang Rey. Rey menepis tangan Dom dan Megan yang tengah bergelayut di lengannya. Ia berlari mendekati Rana. Namun di tahan oleh teman-temannya. Karena Rana sudah berada di sirkuit bersama pembalap lain.

Wajah Rey menjadi pias. Ia menyeret Dom ke tempat sepi.

" Kenapa dia bisa ada di sini?"
Tanya Rey tanpa basa-basi. Rahangnya mengeras.

" Dia yang ngotot pengen ikut. Tenang aja. Dia lebih tangguh dari yang Lo kira"
Jawab Dom. Ia segera pergi mendekat ke sirkuit.

Rana tengah mengecek motor milik Rey. Setelah di rasa baik-baik saja. Ia segera mengesahkan motornya di ikuti pembalap lain. Mereka menunggu lady Scott melepas sapu tangannya.

1

2

3

Rana mengeras motornya agar melesat cepat. 1 pembalap

2 pembalap

3 pembalap
Berhasil di lewati Rana. Ada seorang pembalap tangguh yang sejak tadi mengikutinya. Terkadang Rana di depan terkadang orang itu di depan. Saat ini orang itu sudah menyalakan Nos. Dan Rana masih bisa mengimbanginya. Saat di belokan terakhir Rana menyamai pembalap itu lalu mengacungkan jari tengahanya. Rana menyalakan Nos dan... Finish. Ia memenangkan balapan malam ini.

Rana turun dari motornya. Ia mendekat ke arah Dom. Belum sempat mendekat tubuhnya sudah di rengkuh oleh Rey.

" Bodoh! Lo bisa celaka. Gue kira Lo nggak akan bisa ngalahin Prabu"
Racau Rey. Rana yang bingung hanya bisa diam.

" I'm okey rey."
Entah kenapa pelukan Rey terasa nyaman bagi Rana.

🍁🍁🍁

Picture. Kirana K. Rollan

Bad NerdWhere stories live. Discover now