Dua - Mencoba Menerima

Start from the beginning
                                    

"Iya, walaikumsalam. Hati-hati ya" Ucap Mamanya sambil menatap gadis ceria yang selalu membuatnya bangga menjadi seorang ibu.

Kali ini Nita berangkat ke Kampus dengan naik bus kota, karena dia sudah putus dari Rimba dan sudah tidak mungkin juga untuk berangkat kuliah bersama. Setelah sampai di Kampus, Nita mulai berbaur dengan teman satu gengnya, Naura, Cindy, Tyas, dan Metha, Bayu, Ilham.

"Ta, kenapa tuh mata? Kaya abis disengat tawon gitu bengkaknya!" Ucap Tyas saat pertama kali melihat Nita di hadapannya.

"Semalem gue abis nonton drama korea, sedih banget ceritanya sampe bikin gue nangis. Eh pas bangun malah bengkak mata gue." Ucap Nita lagi-lagi berusaha menutupi kesedihannya.

"Ah bohong lo, pasti abis berantem ya sama Rimba? Ngaku deh!" Potong Metha yang sudah tahu kalau sahabatnya yang satu ini pasti berbohong.

"Udah deh, lo tuh ga pinter bohong. Ga usah sok-sokan tegar depan kita, cerita aja." Tyas langsung menimpali.

"Iya gue gapapa, masih baik-baik aja sama Rimba. Kalau ada apa-apa gue pasti cerita kok ke kalian, yuk ah masuk kelas!" Dalih Nita berusaha meyakinkan sahabat-sahabatnya kalau dia baik-baik saja.

"Bener ya, awas loh kalau kenapa-kenapa. Kita yang paling pertama akan maju kalau lo disakitin sama dia" Ucap Ilham sambil merangkul Nita dan berakhir dengan cubitan di perutnya.

"Khawatir sih khawatir tapi ga usah rangkul-rangkul juga kali!" Canda Nita sambil berusaha lepas dari rangkulan Ilham yang sedang kesakitan akibat cubitan di perutnya.

Terima kasih Tuhan, Engkau memberiku sahabat-sahabat yang sangat baik dan selalu bersedia menemaniku. Aku pasti bisa melewati semua ini, iya aku yakin. Batin Nita sambil memandangi wajah sahabat-sahabatnya yang dia kenal dari awal kuliah.


***

Sudah 3 hari setelah Rimba memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Nita, dan sudah 3 hari juga Nita berusaha keras untuk bangkit dari kesedihan yang seakan begitu erat memeluknya. Sulit rasanya mulai membiasakan diri untuk tidak peduli pada Rimba yang dulu selalu ada menemani aktivitasnya. Namun disatu sisi, Nita juga enggan untuk menghubungi Rimba duluan karena gengsi.

"Masa iya gue yang hubungin duluan, gengsi." Ucap Nita sambil berkali-kali melihat layar ponselnya yang dia harap tiba-tiba muncul pesan dari Rimba.

Nita menghabiskan waktunya dengan berangkat kuliah, lalu menonton drama korea favoritnya setiap pulang kuliah. Nita berharap hal itu bisa membuat hatinya merasa lebih baik dan untuk mengalihkan konsentrasinya pada kesedihan yang sedang dia alami.

 Tapi nihil, dia tetap saja menangis setiap malam setiap kali teringat semua kenangan yang mereka lewati bersama. Bagaimana dulu awal mereka bertemu, dan bagaimana gigihnya perjuangan Rimba untuk mendekati Renita yang dikenal sebagai wanita yang susah untuk didekati karena jutek dan keras.

Nita mulai tidak nafsu makan, dan mulai sering begadang. Karena setiap makan, perutnya akan langsung mual dan tidak menerima untuk diisi.

"Ma, kayanya asam lambungku kumat." Ucap Nita pada Mamanya yang sedang menonton televisi.

"Tuh kan, apa Mama bilang. Jangan suka telat makan, kamu tuh punya sakit lambung. Pola makannya dijaga." Omelan khas ibu-ibu saat anaknya mengeluh sakit.

"Iya-iya, orang lagi sakit malah diomelin. Papa pulang kapan Ma? Kaka mau dianter berobat" Ucap Nita mulai kesal karena diomeli Mamanya.

"Sebentar lagi juga pulang, tunggu aja ya. Nanti langsung berobat. Kamu kenapa Ka, akhir-akhir ini kok mukanya sedih terus kaya engga punya semangat hidup gitu. Dan Rimba juga kemana Ka, kok ga pernah ke sini lagi?" Cecar Mama pada Nita.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LUKAWhere stories live. Discover now