sepuluh ㅡ sumida river, asakusa.

4.4K 1K 283
                                    

//

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

//

sayup-sayup, felix mendengar suara gemuruh air saling bertabrakan dan mengalir.

melirik kaca, ia mendapati mereka berhenti di pinggiran sungai sumida yang mengalir sepanjang tokyo.

tangisnya pecah ketika ia membalas pelukan changbin, kali ini lebih lama.

dan felix tertidur.

diliriknya changbin yang turut terlelap dengan wajah tertutup, bergantian dengan jam analog yang terpampang di mobil.

pukul 5:17.

ia terkekeh kecil, lantas tersenyum sendiri.

seo changbin berhasil.

dalam semalam.

berhasil mengubah pikirannya.

meraba dadanya sendiri, felix bisa rasakan detak jantungnya yang tak beraturan.

padahal dia hanya memandangi changbin yang bernapas kecil dengan ekspresi lugu. tidak lebih.

pengaruh sayang sekuat itu, ya?

"take a picture, it will last longer."

felix terkesiap kaget.

kupluk ditarik, changbin menampakkan wajah bantal dan cengiran lebar.

"pagi, felix."

"faklah," umpat felix. "bikin kaget aja sih, kak. kasih warning dong kalo mau melek?!"

changbin tertawa. "gue berhasil nih, gak mau kasih piala?"

"apaan?!"

"gak jadi deh, kan udah dikasih hati sama lo."

"diem elah masih pagi juga," sungut felix. "kita ketiduran di pinggir sungai gini gak disangka mesum kan, ya?"

"gak, lah. kan mobilnya gak goyaㅡ"

"IYA UDAH DIEM."

gelakan changbin membuat felix merengut.

changbin menguap, lalu melempar badan ke jok mobil. "ngantuk, lix."

"aku aja yang nyetir, kakak tidur."

"cie pake aku-kakak cie."

"mobilnya kujeburin sungai mau gak."

changbin terkekeh. dengan sedikit perdebatan kecil, permintaan felix tadi disetujui changbin.

yang lebih tua kini meringkuk lagi, dengan tubuh berlapis mantel tebal dan kupluk kepala yang digunakan untuk menutupi nyaris separuh wajahnya.

ada dengkur napas halus dan separuh bibir changbin terbuka, ekspresi paling polos yang felix tau.

changbin lebih seperti penjaga villa alih-alih murid student exchange di bidang arsitektur berakademis bagus.

felix tersenyum, mengusap pipi changbin sejenak sebelum mengemudi kembali.

bermodalkan google maps dan lagu dari playlist yang diputar, mobil berjalan lancar.

felix terlalu banyak berpikir sejak kehadiran changbin di kehidupannya.

tentang perasaannya.

perdebatannya.

masalah mentalnya.

semuanya berkecamuk, menakut-nakuti hilangnya changbin dari sisinya.

maka felix memilih jauh lebih dulu sebelum dijauhi changbin.

tapi felix mungkin kadang perlu mengikuti kata hati; karena changbin serius, changbin peduli, changbin tidak ingin pergi.

felix seharusnya peka lebih awal.

changbin memberi dunianya warna-warni ketika nyaris seluruh orang membiarkannya terjebak dalam kelabu.

changbin tau cara melihat indahnya felix ketika bahkan, felix sendiri tidak mampu menemukannya.

changbin memilihnya lagi dan lagi, meski ia berulang kali membuatnya jatuh bangun tersandung kerikil.

changbin yang ada disana.

changbin yang selalu menetap.

seharusnya, felix tau.

lagu felix mati mendadak ketika ada sederet notifikasi masuk. notifikasi whatsapp.

felix mengernyit, berhenti di tempat khusus parkir. ia mengetikkan petunjuk arah, mengunduhnya untuk dibuka secara offline, lantas mematikan sambungan data.

pesan itu dibiarkan tidak terbaca.

"felix?" panggil changbin pelan.

"lah, belom tidur?" felix mengernyit. "kenapa kak?"

"what are we?"

"ehm," felix menggumam panjang, sok berpikir. "human?"

"jadi selama ini gue pikir lo malaikat, ternyata bener?"

"no shit," cibir felix.

changbin tertawa, tersenyum kecil, "does boyfriend sounds cool?"

"ini lo nembak gue?"

"gak, cuci piring," ujar changbin datar.

"garing," celetuk felix. "but boyfriend sounds great."

lantas tangan changbin bersarang di pinggangnya, memeluk layaknya guling dengan posisi tidur di mobil paling tidak enak yang pernah felix lihat.

"gue bisa panggil 'sayang' dong, sekarang. memantuuul," racau changbin, lalu menguap sebelum terlelap lagi.

felix tertawa, menoleh melihat pesan yang masih menumpuk, lalu beralih menatap changbin.

Mama
Felix sayang, mama mau flight ke Jepang sekarang. Kamu gak lupa kalo bakal ketemu calon tunangan kamu lusa nanti kan?

Mama
Nanti mama temenin kok, kamu gak usah takut ya. Tunggu mama, oke?

sekali saja, sekali saja.

felix ingin bahagia.

- finish -

YEAY KELAAAAR YEAY FELIX MAU DIJODOHIN YEAY WKWK

btw aku mau tanyaaa!! chapter fav kalian chapter berapa? kenapa?? tolong jawab yaa!!

((aku suka chapter kedua karena, "you have all the stars and galaxies inside the pair of dazzling eyes you own. i love astronomy." dari changbin wkwk))

see you soon di chapter epilog yang akan ku-publish nanti malem!✨

counting stars.Where stories live. Discover now