tujuh ㅡ shibuya crossing, shibuya.

3.9K 1K 178
                                    

//

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

//

genggaman changbin hanya lepas ketika pesanan ramen datang.

changbin masih menggandeng felix hingga mereka keluar omoide yokocho, bahkan sekarang ketika mereka kembali mobil dan meninggalkan kawasan shinjuku.

felix tidak tau ahlinya changbin berkendara dengan satu tangan.

"felix."

"iya kak?"

changbin menghela napas. mata terfokus pada jalan, tapi cengkramannya di tangan felix mengerat.

ia melirik felix, dibalas felix dengan tatapan yang sama.

maka changbin mengalihkan pandangan, bertanya, "gue boleh berharap gak kalo ini tandanya lo bakal nerima gue?"

"gue udah bilang, jangan berharap sama gue."

felix menoleh pada kaca jendela.

rintik salju nampak lebih menarik dua kali lipat akibat ia tak ingin melihat changbin.

"hampir jam dua pagi, udah empat jam. lo gak minat berubah pikiran?"

minat, kak. "enggak."

"lo gak nolak gue, lix." tangan changbin keluar kantong, bersama dengan tangan felix.

diacungkan agak tinggi, sejajar dengan poni.

felix menarik tangannya buru-buru, kembali masuk kantong mantel sendiri, lantas mendengus. "dan gue gak nerima lo juga."

"lo bales genggaman gue."

"genggaman, bukan perasaan." tangan kosong felix dikibas-kibaskan di depan wajah. "abisnya dingin."

"gue cuma punya kurang dari empat jam buat bikin lo berubah pikiran," ujar changbin. "berapa kemungkinan gue berhasil?"

"0,99%."

"great, that's a lot."

"itu kurang dari satu persen," sambung felix.

"gak ada yang bilang itu lebih dari satu persen."

"gak banyak."

"banyak, kalo inget lo tegas nolak gue dalam dua tahun." changbin mengendikkan bahu. "sekarang lo ragu-ragu, berarti lo mulai lumer."

"lumer-lumer dikira gue kapur barus?"

"kapur barus bukannya menyublim?"

"APA SIH KOK GAK JELAS," pekik felix.

changbin terkekeh, tapi senyumnya hilang secepat cahaya. "tapi fel, gue serius."

"hng?"

"felix, apa lo pernah sekali aja mempertimbangkan gue?"

entah sudah berapa kali felix kehilangan suaranya karena changbin.

changbin dan nada tegas menuntutnya.

changbin dan lantunan seraknya.

changbin dan kata-katanya.

aspek-aspek dalam diri changbin berulang kali melemahkan felix.

membuat felix selalu jatuh, tidak berdaya. berulang kali bangkit tapi tak menghasilkan apa-apa. semua pertahanan sama dengan sia-sia.

kalau ibarat jerat, changbin sudah lilit felix habis-habisan.

felix bagai diperangkap dalam jaring laba-laba. semakin felix mencoba lepas, semakin kuat ikatannya.

"kakㅡ"

"please say you did."

"i did." felix mengangguk, getir.

atmosfirnya berubah. changbin belum pernah menggunakan suara sedalam itu, seputus asa itu.

felix yang sakit hati mendengarnya. menarik napas, mati-matian felix mengembalikan akal sehat. "tapi gue selalu balik ke keputusan awal, kita gak bisa sama-sama."

"lo gak pernah jelasin," gelengan changbin. "tolong jelasin dimana salahnya kita, fel."

"gue gak bisa. gak." felix menggeleng kuat. "kenapa, kak? lo capek sama gue? lo mau pergi?"

changbin membiarkan pertanyaan felix menggantung.

penyebrangan shibuya yang sepi pukul jam dua pagi membuat changbin asal memarkirkan mobil di tepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

penyebrangan shibuya yang sepi pukul jam dua pagi membuat changbin asal memarkirkan mobil di tepi.

tidak ada ribuan orang berlalu lalang dari segala penjuru seperti saat jam sibuk. satu dua kendaraan yang melintas memilih tak acuh.

reklame dan televisi iklan raksasa dua puluh empat jam yang terpasang pada gedung tinggi jadi saksi, bagaimana changbin menangkup tangannya di wajah felix, di dua pipi.

menelusur binar coklat felix dengan miliknya yang lebih gelap.

mengagumi bintik-bintik manis yang berkilau di antara remang-remang.

"felix," panggil changbin. serak. "kata-kata i love you emang bukan pertanyaan, tapi rasanya sakit kalo gak dapet jawaban."

"lo mau nyerah, kan, kak?" mata felix menyipit. "gapapa, kok. gue tau tiap orang bakal ninggalin gue. gue bisa terima kalo malem ini yang berubah pikiran itu lo, bukan gue."

"who said so?" satu alis changbin naik.

poni lembut diusak manis dengan ekspresi datar, felix membulatkan mata.

"kalo itu buat lo, buat felix lee, gue bakal tetep bilang meskipun setelah ribuan kali gue ucapin, gue tetep gak dapet balasan."

//

disini ada clue kenapa felix nolak changbin mulu heu apakah kodeku gak jelas :( kalo gak jelas, YA BAGUS DONG HEHEHEHEHHEHEHE

tolong tunggu aku untuk chapter berikutnya yaaaa💙

counting stars.Where stories live. Discover now