tiga ㅡ roppongi, minato.

4.9K 1.1K 128
                                    

//

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

//

felix mendapat informasi bahwa ia disetujui sebagai penerima beasiswa di university of tokyo, mengambil department of chemical system engineering alias teknik kimia, sekitar tiga bulan lalu.

niat felix kala itu cukup buruk.

mengejar beasiswa, selain karena ingin, juga untuk menghindari changbin.

bukan ia membenci kakak kelasnya yang satu itu.

tidak, tidak sama sekali. malah ia kelewat dekat dan bergantung pada changbin.

hanya saja, changbin berulang kali menyatakan perasaannya.

dan felix juga berulang kali menolak.

meski tak banyak yang berubah dari rutinitas mereka, bukan berarti rasa sungkan sekaligus risih tidak merayapi hati felix.

changbin, lelaki itu sama kerasnya dengan baja. ditolak berkali-kali malah membuatnya terbiasa.

felix lari ke tokyo? dia leluasa datang bermodal student exchange.

jelas changbin diterima, isi rapot dan hasil tes menampilkan huruf A dengan tanda + di belakangnya. A+ untuk semua mata pelajaran.

kadang felix merasa gigihnya seo changbin menggoyahkan hatinya. tapi dipikir lagi, felix kembali pada keputusan awal.

jangan jatuh pada seo changbin.

jangan pernah, sekalipun.

"maaf ya, omongan gue tadi bikin canggung."

felix menoleh, mengerjapkan mata berulang kali.

setir dikendalikan oleh changbin, pemuda bersurai gelap itu menghela napas.

"tadi di tokyo tower lo cerewet. sekarang mendadak diem, gara-gara omongan gue tadi?"

"oh?" melongo sejenak. "gak. gak apa-apa. gue cuma gak tau mau ngomong apaan."

"apa kek, biasanya temen lo ada yang mirip kodok zuma juga lo ceritain ke gue," ceplos changbin. felix terkekeh.

"maaf banget gue bikin kita canggung. tapi lo ngerti, kan, gue gak bisa gak frontal kalo masalah perasaan?"

mengangguk, felix menjawab, "iya. gue sebenernya gak masalah kalo lo suka sama gue. tapi jangan terlalu kejar gue, kak. makanya gue waktu itu marah sama lo."

"kenapa?"

"gue takut bikin lo berharap. jangan berharap sama gue."

"gak masalah," sahut changbin.

"no, you don't understand," gelengan felix nampak frustasi.

"buat gue ngerti."

tatapan tajam changbin menyoroti felix untuk sepersekian detik.

felix menunduk, raut tertekan, mencubit-cubit jari-jarinya sendiri. "kita gak akan bisa sama-sama, gue udah sering bilang juga."

"kenapa? gue juga udah sering tanya."

"ya pokoknya gak bisa!" pekik felix, lantas cemberut.

"bocah," celetuk changbin.

delikan dari felix dibalas ekspresi malas changbin oleh changbin.

tenang, changbin berkata, "lo selalu bilang kita gak bisa sama-sama, tapi lo gak pernah bilang kalo lo gak cinta sama gue. bahkan lo gak pernah cerita soal gebetan ke gue."

"selama lo belum akuin alasan kenapa lo tolak gue atau lo belum bilang kalo lo gak cinta sama gue, jangan berharap juga kalo gue bakalan mundur," papar changbin panjang lebar.

"don't you tired of waiting?" lirih, felix berujar.

lampu jalanan daerah roppongi terdiri dari banyak spektrum warna, menerobos asal menabrak jendela mobil.

remang-remang, cahaya dan bayang-bayang yang menyilaukan wajah changbin nyatanya tak mampu menyembunyikan gurat keseriusan yang terpampang disana.

"felix, i'm always tired but never of you."

andai changbin tau betapa felix, sejak dulu, selalu ingin membiarkan hatinya jatuh.

//

intinya, changbin suka felix, udah confess, ditolak mulu sama felix tanpa alasan, tapi changbin tetep ngejar.

kenapa felix nolak? kenapa felix gak mau cinta sama changbin?

itu yang bakal dijelasin nanti hehehe, jangan bosen-bosen sama aku yaa💙

counting stars.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora