enam ㅡ memory lane, shinjuku.

4.2K 1K 116
                                    

//

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

//

"are we going to kabukicho?"

"heh!" sentak changbin, berhenti berjalan kaki. "kabukicho, kabukicho, mau ngapain hah? bocah jangan banyak tingkah."

felix tertawa lebar melihat yang lebih tua mengomel, mendelik dengan mata sipitnya.

bukan salah felix kalau ia menyebut nama red light district* terkenal di tokyo itu, salahkan respon changbin yang menggemaskan kalau digoda.

felix selalu dianggap anak kecil oleh changbin meski faktanya ia sudah legal tahun ini.

"abisnya ini kan shinjuku, kak," ujar felix, berbalik badan menunjuk stasiun shinjuku yang baru mereka lewati.

mobil mereka terparkir beberapa meter dari tempat mereka berdiri, felix mengikuti changbin yang membawanya jalan kaki.

"apalagi kalo bukan kabukicho, coba? temen gue aja ngomongin itu mulu kalo sangkut paut soal shinjuku."

"temen lo tuh orang jepang bukan deh? mainnya kurang jauh, dikira isi shinjuku itu doang," gerutu changbin, cemberut sendiri.

"apa sih kok malah ngomel," cibir felix. "jiwa aki-akinya keluar ya."

"laper kan lo?" changbin mengalihkan topik.

felix mengangguk.

"nah mantap, pas banget."

changbin berhenti, pas di depan sebuah jalan sempit yang menjorok ke dalam.

dari sini, felix bisa melihat lentera-lentera merah menggantung.

felix mengernyit.

jemari changbin menuding gang itu, berucap,

"lee felix, welcome to omoide yokocho, one of the best secret alley-ways in shinjuku, also known as tokyo hidden gem."

mulut felix membuka, spontan melongok ke dalam. changbin meraih tangannya, membawanya masuk.

felix pikir gang sempit itu bukan apa-apa. nyatanya, berderet toko berdiri di dalamnya.

mini bar, rumah makan kecil, kafe-kafe mini, berdesakan jadi satu, tapi menimbulkan kesan retro yang menenangkan, membawa tampilan jepang masa lampau

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

mini bar, rumah makan kecil, kafe-kafe mini, berdesakan jadi satu, tapi menimbulkan kesan retro yang menenangkan, membawa tampilan jepang masa lampau.

lampion merah kuning bergelantungan, daun-daun kemerahan tertimpa salju.

ada asap-asap membumbung dari beberapa izakaya**, felix bisa lihat itu hasil panggangan yokitori***.

gerai-gerai itu seluruhnya terbuat dari kayu dan dipisahkan memakai pintu geser khas jepang.

ada toko yang sudah tutup dengan rolling door terkunci, tapi tidak sedikit yang masih buka meski jam nyaris menunjuk pukul satu pagi.

di bar-bar yang felix lewati, beberapa gerombol orang berpakaian kantoran nampaknya sedang melaksanakan nomikai**** dan bercengkrama seru.

changbin membawa felix jauh ke dalam, berhenti dan duduk di penjual ramen.

dari lima kursi, hanya dua yang terisi.

felix dan changbin mengambil bangku tepat di depan sang penjual.

"mau yang mana?" tanya changbin, menunjukkan menu pada felix.

"terserah, tapi jangan yang pedes."

tersenyum ramah, changbin memesan menggunakan bahasa jepang.

"kenapa diem?"

"disini sempit banget jalannya, tapi bagus," sahut felix.

"ini udah ada dari jaman perang dulu, tahun 1940-an," balas changbin. "pelanggannya para korban perang yang kesusahan cari makan. tapi dulu katanya tempat ini lebih luas. sekarang cuma 80 meter panjangnya, efek pembangunan."

"bener-bener bakat jadi tour guide," komentar felix, lantas tercengir.

changbin tersenyum, "tau gak omoide yokocho kalo diartiin secara literal ke bahasa inggris jadi apa?"

"memory lane, bukan?"

"iya, jalur kenangan." seo changbin mengangguk.

"nggak salah, sih. japanese feels nostalgic to see this smoke-filled alley and small-wooden stalls with red-lit lanterns," ujar felix.

kepalanya mendongak, memerhatikan deret lampion.

"makanya cocok kan sama namanya?"

"hmp." felix mengangguk.

"mau ngisi tempat ini sama memori kita juga gak?"

mengernyit, felix menoleh. "hah? gimana, kak?"

"gini."

tangan felix yang menganggur di atas meja diraih changbin.

dibawanya telapak felix pada tautan erat dengan jemarinya. masih bergandengan, dua tangan itu masuk dalam kantung mantel changbin.

ada elusan pelan yang felix terima berulang kali di ibu jarinya.

felix memejamkan mata, menghela napas.

tangan changbin agak kasar, tapi felix justru merasa terlindungi.

rasanya hangat.

genggaman changbin hangat.

usapan changbin hangat.

hati felix ikut menghangat.

changbin berbisik, "gue sayang lo, fel. sayang banget."

felix diam. menunduk, tidak membalas.

tapi changbin merasakan felix membalas tautan tangannya tak kalah erat.

//

(*) red light district : pusat hiburan malam serta lingkungan prostitusi komersil di suatu negara.

(**) izakaya : kedai menyerupai angkringan yang berbentuk bar dan banyak ditemukan di pinggir jalan.

(***) yokitori : sate ayam dari jepang, biasa sebagai teman minum sake.

(****) nomikai : acara minum-minum yang dilakukan sepulang kerja dengan tujuan untuk mengakrabkan diri dan melepas penat.

//

empat chapter lagi bakal tamat hshshshhshshshs aku excited!!

btw aku liat ada yang promosiin ini di base changlix di twitter huhu siapapun kamu, kalo kamu baca ini, makasih yaaaa aku senang😭💙

counting stars.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt