delapan ㅡ hachiko statue, shibuya.

4K 1K 236
                                    

//

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

//

[⚠] trigger warning, sensitive issues.

//

suara nyaring kaleng bertabrakan dengan besi terdengar disusul langkah kaki yang mendekat.

felix mendongak bersamaan dengan mendaratnya satu kaleng minuman soda di pangkuan.

"adaw, sakit kak!" seru felix.

changbin terkekeh, berhenti di depan felix seraya membuka kaleng minumnya sendiri. "maaf maaf."

satu tegukan, changbin berjalan. duduk berdekatan dengan yang lebih muda dan sedang sibuk menelan minum banyak-banyak.

felix menoleh, mendapati changbin memandanginya. lekat sekali. seolah takut felix lari.

"kak? kenapa?"

"jam berapa sekarang?"

"ha?" membulatkan bibir, felix mengeluarkan ponsel dari saku, disodorkan di hadapan changbin.

angka menunjukkan pukul 2:41.

nyaris jam tiga pagi, tiga jam tersisa untuk changbin membuat felix mengubah pikirannya.

netra changbin bersibobrok langsung dengan patung hachiko ketika ia mendongakkan kepala.

kalau ini siang hari atau jam-jam sibuk, changbin yakin sekitar patung hachiko ini sudah penuh.

tapi siapa yang mau berkunjung kesini pada dini hari kalau bukan changbin dan segala ide gilanya?

patung hachiko, dibuat untuk menghargai kesetiaan anjing hachiko yang menunggu tuannya pulang hingga sembilan tahun, terletak dekat dengan shibuya crossing.

ratusan orang menjadikan ini tempat atau patokan untuk bertemu.

ratusan orang menjadikan ini tempat atau patokan untuk bertemu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"felix, waktu gue beneran tinggal tiga jam," celetuk changbin. "berapa persen lagi kemungkinan gue berhasil?"

"0,99%."

"gue serius."

"gue juga."

menghela napas, changbin menatap felix yang duduk di sebelahnya lekat-lekat. "kenapa lo nolak gue mulu? seenggaknya kalo nanti gue gagal, gue tau alasan gue apa."

"gue gak bisa bilang, kak." felix menggeleng kuat. "maaf banget, gue gak bisa."

"lo gak percaya sama gue ya, fel?"

sorot mata changbin dibalas felix.

binar yang sejak dua tahun lalu jarang luput dari perhatiannya itu dibaca felix semudah membaca majalah mode.

penuh putus asa, tapi kesungguhan turut bersarang disana. felix goyah, berantakan.

menelen ludah kuat-kuat, felix berusaha mengeluarkan balasan, "bukan, bukan gitu, cumaㅡ"

"felix," changbin menyela, menghela napas. "stop it right there. suara lo putus-putus, jangan dilanjutin kalo gak bisa. biar gue yang lanjutin."

"loㅡ" tergagap. felix membeku. "maksudnya apa? lo yang lanjutin?"

anggukan kecil, changbin menepuk puncak kepala felix. kaleng digeletakkan, fokus pada felix sepenuhnya.

felix gelagapan, panik sendiri. wajahnya nampak pucat diciprati lelehan salju dan pantulan lampu.

"gue tau, kok, lix."

"tau...apa?"

"alasan lo nolak gue," jawab changbin. "tapi gue selalu yakin kalo lo percaya sama gue, jadi lo bakal ngasih tau itu lebih dulu tanpa gue perlu tanya atau gue paksa. gue salah banget, ya?"

"kakㅡ"

changbin meraih tangan felix. mulut felix terkatup seketika, menunduk.

tangan itu ditarik, mendarat di paha changbin.

mata felix membelalak bersamaan dengan changbin yang menyingkap kain lengan mantel kecoklatannya.

disana.

disana pusat masalahnya.

goresan-goresan bekas luka yang mulai mengering, terukir dari bawah telapak tangan hingga mendekati siku.

raut changbin datar.

mengalihkan pandangan, changbin memindai felix dan wajah penuh keterkejutannya.

ada benteng besar yang felix bumbung tinggi-tinggi di dalam hati.

benteng itu makin naik saat felix merasakan kelopaknya berat dipenuhi air yang merengsek turun bagai bendungan bocor.

kak changbin tau, kak changbin tau. felix mengulangnya dalam hati. kak changbin tau.

dia pasti anggep gue berlebihan.

dia pasti anggep gue gila.

dia pasti ninggalin gue habis ini.

tapi bukan ini, bukan ini perpisahan yang gue mau. bukan.

changbin diam, menyadari lelehan tangis yang felix timbun.

changbin mengecup tiap sayatan itu, berujar serak, "i will stay by your side as hachiko did to its owner, even with all your scars, flaws, anxiety, insecurities, and your depression. don't worry."

benteng felix gugur berceceran.

//

so, yes, felix has mental disorder: anxiety and depression. it's not an easy things to deal with, fyi.

btw, apakah aku berhasil menjabarkan perasaan felix disini? apakah feel-nya dapet? tolong jawab yaaa aku sedang berusaha perbaikin tulisanku :>

penjelasan selanjutnya di chapter depan, tolong tetep tunggu akuuu💚

counting stars.Where stories live. Discover now