"LANGIT!"

Ia terbahak mendengar bentakan ku "Bercanda babe," ia menetralkan tawa nya "Tapi kalau serius juga ga apa-apa kok, I love to see you in AP like this"

Aku mengacuhkan ocehannya dan mengaplikasikan Dior Backstage Foundation yang ku beli di duty free Changi kemarin sambil mendengar cerita Langit. Aku merasa gatal di tulang selangka ku dan menggaruknya, menyebabkan bagian depan robe ku sedikit terbuka

"Lagi dong,"

"Apanya?"

"Buka-nya" ia terkekeh

"That's it ya, one more flirtatious dirty talk from you, and no more video call from me" aku berusaha tegas kepada pria yang otaknya sepertinya sedang berada di dalam celana ini. Ia tersenyum kuda dan menguap "Kamu ngantuk? Jam berapa sih sekarang di Hong Kong?"

"Lumayan," ia mengecek jam di pergelangan tangannya "Udah jam dua belas malam ternyata"

"Ya udah tidur gih, aku mau dinner juga. Sweet dream, Sky"

Ia mengangguk "Sure I will, sebelum tidur soalnya pemandangannya kaya gini. See you in my dream, Babe" Belum sempat aku mengoceh tentang dirty talk-nya Langit sudah mematikan panggilan kami. Aku hanya bisa mendesah pasrah, entah lah, aku sendiri bingung mengapa sampai sekarang aku masih bertahan dengan pria ini.

Maybe, I start realizing what I actually want with him.

Dan mungkin saja, aku butuh sosok Langit yang mampu mewarnai hidupku yang cenderung monoton ini.

...

"Putri," aku berbisik memanggil asistenku "Psst! Putri!"

Putri yang daritadi sibuk dengan ponselnya gelagapan menanggapi ku"Eh, iya Mbak? Kenapa?"

"Saya lapar, tapi mau makanan Indonesia. Kamu tau ga dimana?" Perut ku sudah bosan dengan pasta, rissoto, dan lasagna yang beberapa hari ini masuk. Aku ingin sesuatu seperti bebek goreng atau pun rawon, malah kalau bisa aku membawa bebek sinjay atau rawon setan sekalian kesini.

"Aduh, kalau di Milan saya kurang tau Mbak"

Aku berdecak kesal "Ah gimana sih kamu ini, katanya kamu sekolah lama di Milan! Terus kamu tau-nya apa?"

"Kalau Prada yang di Vittorio Emanuele lagi sale, saya tau Mbak" ia tersenyum sumringah menunjukkan email berisi info diskon tersebut kepada ku.

"Kamu mau kesana?" Putri mengangguk "Ok, bareng ya."

Putri memang sering membuatku naik darah, tapi bila sedang perjalanan dinas ke luar negeri kami akan kompak saat akan shopping seperti ini. Putri sendiri sebenarnya merupakan anak dari salah satu direktur BUMN dan ibu nya memiliki butik yang cukup terkenal, namun ia harus bekerja dari bawah dulu sebagai asisten ku sebelum mengambil alih butik milik ibu nya

"Eh iya, tadi yang ngobrol waktu coffee break sama Mbak Kayra siapa?" Aku mengernyit bingung, yang mana? "Yang rambut nya strawberry blonde itu loh Mbak, terus pakai Dior head-to-toe"

Aku baru teringat siapa yang dimaksud Putri "Oh, itu delegasi dari Prancis. Bagus ya baju nya? Gaji nya dia juga besar sih Put, antara $50.000-100.000 setahun, jadi wajar bisa beli designer dress kaya gitu walaupun kondisi ekonomi Uni Eropa lagi ga bagus"

Ia mengangguk "Iya Mbak, bagus. Kenapa Mbak Kayra ga blow-up ke publik biar gaji-nya bisa kaya delegasi Prancis itu tadi Mbak?"

"Ga perlu lah Put, saya gaji segini juga sebenarnya udah lumayan banyak kok untuk standar Indonesia. Rasanya malu kalau minta gaji naik hingga kisaran $75.000 setahun kalau upah buruh di Indonesia bahkan naik-nya susah."

Anomali Hati (Completed)Where stories live. Discover now