"Abang!" Aurora meloncat memeluk laki-laki tinggi di depannya yang terkejut dengan. Kedatangannya, bahkan laki-laki itu sempat terhuyung ke belakang karena menerima pelukan Aurora yang tiba-tiba.

"Ya Allah, dek. Kamu pulang?" Lelaki itu memeluk adiknya erat, dan segera membawa gadis itu masuk bersama koper berukuran sedang bawaan  Aurora.

"Abang, Rara kangen." Aurora menangis masih memeluk kakaknya yang hanya di balas gumaman.

"Mama, ayah! Aurora pulang!" Teriak Alwi dengan keras berusaha membangunkan penghuni rumah yang lain.

Aurora melepaskan pelukannya dan segera berlari memeluk ibunya yang baru saja keluar dari kamar bersama ayahnya.

"Mama!"

"Kamu pulang, nak?" Mita memeluk erat putrinya dengan tangis rindu yang tidak bisa lagi di tahan, begitupun Iskandar uang berdiri di samping Mita kini juga ikut memeluk putrinya.

"Ayo, duduk dulu." Iskandar mengajak mereka untuk duduk di sofa depan televisi yang masih menyala karena Alwi memang masih terjaga sejak tadi.

Aurora yang duduk di apit oleh ibu dan kakaknya langsung memeluk Mita dari samping dan menyandarkan kepalanya pada bahu ibunya.

"Interogasinya besok aja ya, Rara udah ngantuk."

Alwi yang hendak bersuara kembali menutup mulutnya saat melihat wajah lelah adiknya.

"Ya udah, tidur sana! Siapkan jawaban buat besok pagi!" Ucap Alwi menarik tangan Aurora agar berdiri dan menuntun adiknya yang sudah berjalan dalam kantuk itu menuju kamar yang bersebelahan dengan kamarnya. Sementara itu, Mita dan Iskandar memilih untuk kembali ke kamar, mereka membiarkan Aurora untuk beristirahat terlebih dahulu dan menunda sejuta pertanyaan yang siap di lontarkan.

"Dek, cuci tangan, cuci kaki, basuh muka, gosok gigi dan ganti baju dulu sebelum tidur." Omel Alwi melihat Aurora yang sudah merebahkan diri di atas kasurnya.

"Besok aja." Gumam Aurora setengah sadar hingga detik berikutnya gadis itu sudah benar-benar terlelap masih dengan pakaian lengkap yang ia kenakan sejak dari Jakarta.

Alwi menggelengkan kepalanya, ia mengangkat tubuh Aurora ke tengah ranjang, membenarkan posisi tidur adiknya lalu menyelimuti Aurora dengan sayang.

"Mimpi indah, dek." Alwi mengusap pucuk kepala Aurora sebelum mematikan lampu utama kamar di gantikan dengan lampu tidur  dan keluar dari sana.

***

Suara ketukan pintu kamar membuat Aurora mau tidak mau membuka matanya, ia melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul lima pagi. Dengan langkah malas, Aurora berjalan menuju pintu lalu membukanya.

"Apa, bang?"

"Subuh, dek." Ucap Alwi yang sudah terlihat segar di pagi buta seperti ini.

"Nanti dulu, masih ngantuk."

Aurora yang hendak kembali masuk kedalam kamar di cegah oleh Alwi, lelaki itu menarik lengan adiknya lalu mengangguk kedua pindah Aurora agar menghadapnya.

"Sholat dulu! Kalau habis itu mau tidur lagi boleh."

Mendengar gumaman Aurora yang berarti setuju dengan ucapannya, Alwi membiarkan adiknya itu untuk masuk kedalam kamar, menatap Aurora yang memasuki kamar mandi dengan malas.

"Adikmu sudah bangun?"

Alwi menoleh melihat ayahnya yang baru saja keluar dari ruang sholat.

"Sudah, yah. Dia di kamar mandi."

"Ayah dan mama tidak akan menanyakan apapun pada Aurora, kamu sebagai abangnya bersikaplah yang baik, tanyakan apapun itu tanpa membuatnya merasa diintimidasi."

My Boss!Where stories live. Discover now