Part 14

10 2 0
                                    

Hari ini putry akan pergi berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk kakaknya. Sudah hampir tiga minggu kakaknya berada disana. Jika ia yang membayar semua biaya pengobatan itu, putry pasti tak akan sanggup. Untung saja keluarga Kyai Yusuf sangat berbaik hati padanya dan kakaknya.

Mentari baru saja muncul, putry sudah bersiap menuju rumah sakit. Namun, lagi lagi kendala datang padanya.
Dengan apa ia akan pergi ke sana?
Uang saja ia tak punya, bagaimana untuk membayar angkutan umum.

Teman temannya sedang mengikuti kajian pagi. Tak mungkin jika ia meminjam uang pada temannya. Sedangkan teman dekatnya tak ada satu pun  yang berada di asrama.
Lalu, bagaimana ini?

Putry hanya berdiri didepan gerbang asrama. Bingung akan situasinya saat ini. Jika berjalan kaki, pasti lama dan melelahkan. Karena jaraknya yang lumayan jauh dari pesantren ini.

Tak berselang lama, sebuah motor astrea hitam dengan pengendaranya yang memakai helm putih  datang. Berhenti tepat didepan putry. Motor yang dinaiki nya terlihat sudah cukup tua dan suara yang sedikit rombeng.

Putry masih bergeming. Ia belum tahu siapa pengendaran motor tersebut.
Dari perawakannya terlihat seperti laki laki, menggunakan baju kemeja berwarna navy dengan celana jeans hitam yang terdapat robekan dibagian lututnya.

"Hai." Sapa seseorang tersebut seraya membuka penutup helmnya dan kemudian terlihatlah sebagian wajahnya.

Oh Alloh, ternyata dia adalah Gus Teguh. Putry sedikit tak percaya. Karena gus teguh menghampirinya dengan penampilan yang terlihat tak seperti biasanya. Tak mengenakan sarung, bahkan celananya saja robek robek.

"Ka...Kamu, eh gus." Putry menunduk malu, setelah mengucapkan kata yang terdengar gagap itu.

"Assalamu'alaikum." Kata gus teguh dengan tersenyum, mungkin.

"Wa'alaikumsalam Warohmatulloh." Jawab putry dengan suara pelan.

"Putry, kamu mau kemana? pagi pagi sudah ada didepan gerbang." Tanya gus teguh yang masih duduk dijok motornya.

"Saya mau ke rumah sakit menjenguk kak deti." Jawab putry dengan memilin ujung jilbabnya karena gugup.

"Oh ya udah, Ayo"

"Ha, eh maksudnya apa gus?" Bingung dengan kata 'Ayo' yang diucapkan gus teguh.

"Ayo bareng. Saya juga mau kesana mengantar titipan untuk mba illa." Ya, mba illa itu menantu kyai yusuf.

"Tapi saya bisa sendiri gus, terimakasih." Apa ia tak salah dengar? apa pendengaran putry sedang ada gangguan ya? Seorang gus mengajak ia membonceng dimotornya.

"Beneran?" Tanya gus teguh meyakinkan.

"I..iya gus. '(Oh Alloh, aku malah jadi bohong. Tapi gapapa kali ya.  Malu lah kalau bareng dia, secara dia itu gus. Apa kata santri yang lain nanti.  Padahal uang aja gak punya. Gimana bisa berangkat sendiri, bisa sih kalau jalan kaki. Tapi kan capek)'." Jawab putry yang dilanjutkan dengan membatin dihatinya.

"Ayo bareng saja. Gapapa, nanti kamu jalan saja dulu sampai jalanan besar itu supaya gak ada santri yang lihat, gimana?" Ujar gus teguh. Mungkin karena ia tak tega membiarkan seorang wanita pergi sendirian.

Putry seperti sedang menimang nimang sebuah keputusan. Jawaban gus teguh tepat seperti apa yang dibimbangkan putry.
"Emm.. gimana ya. Saya gak enak gus."

"Udah gapapa. Biar lebih hemat."

"I..iya sih gus."

"Saya tunggu didepan sana ya."

"Iya gus."

"Assalamu'alaikum."

"I..iya gus"

TuesDay In The Holy PrisonWhere stories live. Discover now