Part 10

22 12 3
                                    

"Assalamu'alaikum." Ucap seseorang itu kepada putry.

Putry menoleh dan mendapati seseorang di belakannya dengan tidak percaya.

"Wa..Wa'alaikumsalam. Ka..kamu."

Seseorang itu hanya menunduk tak berani menatap putry. Sedangkan putry masih tak percaya dengan kehadiran seseorang yang kini sudah berada dihadapannya.

"Kenapa kamu disini?" Tanya putry.

"Aku memang sudah disini sejak dua tahun yang lalu." Jawab Deti, anak dari ibu tirinya yang kejam.

"Kenapa kamu bisa disini?" Tanya putry monoton.

"Aku kabur dari rumah."

"Kenapa bisa?"

"Sebenarnya aku juga diperlakukan sama seperti dirimu, namun ibuku selalu menutupinya dan yang kamu lihat aku bahagia kan?"

"I..iya."

"Aku minta maaf ya, dulu aku jahat sama kamu."

"Iya kak,aku sudah memaafkannya. Lalu selama kakak disini,siapa yang membiayai keperluan kakak?" Tanya putry.

"Aku bekerja put,jadi kalau siang aku tidak di pesantren,pulang sore. Aku bekerja di toko buku depan mushola al-islah." Jawab Deti.

Jadi,kak deti bekerja di toko buku yang ada di depan mushola al-islah. Mushola yang dulu pernah aku singgahi hanya untuk mencuci muka selepas menangis?.. jangan-jangan,apa dia juga melihatku waktu itu? Batin putry berkata,memikirkan kejadian tahun lalu.

"Kenapa selama ini aku ngga pernah lihat kakak? Padahal aku sudah satu tahun disini." Tanya putry lagi.

Ya,moment pertama kali bertemu dengan seseorang itu seperti sesi tanya jawab. Karena mereka ingin tahu bagaimana selama tidak bertemu.

"Emm.. ada kok, cuma aku di asrama santri putri umum. Bukan di asrama tahfidz seperti kamu." Jawab Deti.
"Aku mau ngomong sesuatu ke kamu put." Lanjutnya

"Mau ngomong apa,silahkan kak." Putry penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh kakak tirinya.

Hembusan yang cukup panjang keluar dari mulut deti,entah apa yang akan disampaikannya sehingga membuatnya sedikit tegang.
"Se..Sebenarnya.."

"Putry." Panggilan itu membuat perkataan deti terpotong. Putry geram dengan kedatangan brina yang tadi memanggil nama putry.
"Ini sudah hampir jam lima putryyy, kenapa kamu ngga balik-balik. Kajiannya juga udah mau di mulai dan kamu juga belum makan, kam.. Eh..ini siapa put?" Pertanyaan itu mengakhiri omelannya karena melihat seorang perempuan yang sedang bersama putry. Brina hanya menggaruk tungkaknya,mungkin canggung karena ngomel panjang lebar didepan orang yang belum ia kenal.

"ih, ganggu aja sih kamu. Kalo dateng itu ucapin salam ke,main omel aja.heuh.. Oh iya, ini kak deti kakak tiri ku." Jawab putry dengan sedikit kesal saat memperingati brina yang datang tiba-tiba.

"Deti ananta,salam kenal ya." Sapa deti mengulurkan tangan kepada brina.

"Sa..Sabrina Khoerunnisa kak. Iya salam kenal juga." Jawab brina gugup. Gugup? Kenapa?
Mungkin brina masih ngga enak dengan tingkahnya tadi. Pikir putry.

"Ya sudah kalau kalian mau pergi kajian ngga papa, aku juga mau ngaji sore." Ujar deti.

Brina masih memandangi deti, namun deti yang merasa selalu dilihati menjadi sungkan.

"Heh,kenapa dilihatin terus,naksir ya?" Canda putry agar kakak tirinya tak selalu di pandangi oleh brina, tatapan brina begitu intens seperti mengintimidasi dan mengingat sesuatu.

"Eh enak aja, nggak kok put. Nggak kak.. hhe maaf. Tapii.. aku kayak nggak asing aja lihat kak deti,kayak pernah lihat. Tapi dimana ya..?" Kata brina dengan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke dagu dan melihat ke atas.

"Aku kan santri disini juga dek, jadi mungkin adek pernah lihat aku." Jawab deti dengan senyumannya.

"Emm.. iya kali ya."

"Ya udah, ayok put. Nanti kita terlambat lagi, malu tauk." Ajak brina.

"Tapi.. kakak kan tadi belum nerusin ngomongnya". Pinta putry kepada deti.

"Besok saja put, sekarang kamu ngaji dulu ya. Nanti terlambat loh."

"He'em tuh." Timbal brina.

"Ha'am He'em Ha'am He'em." Kata putry menyahut persetujuan brina dengan kesal.

"Jangan manyun gitu, jelek banget deh." Brina merayu putry.

"Au ah gelap." Timbal putry. Lebih-lebih memanyunkan bibirnya. Gemas sekali jika melihatnya.

"Sudah-sudah, kok malah jadi berantem." Deti terkekeh sejenak melihat tingkah adik tirinya dengan sang sahabat.
"itu nanti kajiannya makin telat loh." Lanjutnya.

"Eh iya nih put, ayoook cepetan. Di pending dulu ya ngambeknya, ya ya." Rengek brina sambil menggoyang-goyangkan lengan putry.

Putry tak menghiraukannya melainkan ia menengok ke arah deti.
"Iya iya. Aku pamit dulu ya kak, kapan-kapan kalau ada waktu senggang kita ngobrol lagi ya."

"Iya dek, kapan-kapan lagi aja kita ngobrolnya ya." Ucap deti lembut.

"Oke kak,jangan lupa ya"

"Assalamu'alaikum." Ucap putry dan brina serempak.

"Wa'alaikumsalam." Jawab deti. Ia tersenyum melihat kepergian adik tirinya, namun sebuah buliran bening meluncur di pipi tirusnya sedikit demi sedikit.

Hatinya tersayat melihat keceriaan yang putry tampakkan.
Tapi setelah ia membicarakan hal yang tadi sempat tertunda kepada putry, entah bagaimana hati putry setelah itu.

Semoga putry dapat berlapang dada dan memaafkan kesalahan itu. Kesalahan yang mungkin tak pantas untuk di maafkan.

Batin deti meronta hingga suara sesenggukan terdengar. Ia menangis dalam diam yang hanya di saksikan oleh keheningan.Namun tak luput dari pemgawasan Sang Maha Penyayang.

Astaghfirullohal'adzim..
Hanya lafadz itu yang terucap dari bibir mungil deti.

'Sesungguhnya sebaik-baik tempat kembali adalah kepada Sang Ilahi Rabbi'.

☆☆☆☆☆

Maaf atas segala typo nya 😊😊

Semangat .. Semangat .. Semangat..
(Yaa,menyemangati diri sendiri aja.. miris sekalii😁😁)

#See You..
(Ngalimah_Banjarsari)

TuesDay In The Holy PrisonDär berättelser lever. Upptäck nu