Part 5

31 11 0
                                    

"Kerinduan tak selamanya berarti tentang jarak."

♡♡♡♡

Air mata adalah sebuah  ungkapan, Dimana kita tak mampu berkata, tak sanggup mengucap.
Ketika mulut tak mampu menjelaskan perasaan, air matalah yang akan berbicara.

Hampa..
Disaat semua orang tak mengerti.
Disaat semua orang tak memihak kepada diri ini.
Disaat semua orang hanya peduli dengan kepentingannya sendiri.

Beribu puing yang sudah terkeping, menuturkan lelapnya angin berkelana. Membuat diri ini tak mampu memaknai arti hidup yang sebenarnya.

♡♡♡♡

Tetes demi tetes menghujani pipi tirus seorang gadis remaja. Isakan pun tak urung ikut beriringan dengannya.

Putry berlari kembali menuju kamarnya. Air matanya jatuh tak henti seteleh melihat seorang wanita yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.

Flesback On

"Putry." Suara lembut itu terdengar ketika putry sudah berada di ambang pintu dan  berhadapan dengan seorang  wanita yang lebih tua darinya.

"Nak." Lanjutnya.

Mata putry mulai berkaca-kaca. Mulutnya bungkam tak sanggup menjawab setiap pertanyaan dari seseorang yang telah begitu lama meninggalkannya.

Hatinya menggebu.
Entah apa yang dirasakan oleh putry sekarang.
Benci kah? Marah kah? Sedih kah? Bahagia kah?
Atau apa.. Putry tak mampu menjabarkannya.

Isakan kecil mulai terdengar dari bibir mungilnya.
Cairan bening itu telah lolos dari persembunyiannya.
Putry tak tau harus berbuat apa sekarang.

Flesback Off

Putry bersembunyi di balik selimut nya setelah berlari menjauhi wanita itu.

Ia menangis dalam diam.

Tak selang beberapa lama. Sebuah tangan mengusap lembut  kepala putry dari balik selimut.

Putry hanya menebak dalam hati siapa pemilik tangan itu. Dan putry sama sekali tak membuka selimut tebalnya.
Ia menyembunyikan diri dari seseorang itu.

"Nak, maafkan Bunda." Suara lembut terdengar oleh putry. Ya, Dia Bunda Shinta. Ibu kandung Putry.

Putry merasa sakit, Tapi juga dia  rindu terhadap sosok yang sedang berada di sampingnya saat ini.
Kenapa ia meninggalkannya?
Kenapa ia merelakan putry jatuh asuh kepada ayahnya yang tak pernah peduli dengan anaknya?
Pertanyaan itulah yang selalu muncul ketika rasa sakit itu hinggap dalam hati putry.
Putry bingung harus bersikap bagaimana sekarang.
Ia hanya mengikuti kata hati nya yang terluka.

"Nak." Suara itu masih lembut namun ada nada getar di sana.
Apa mungkin Bunda Shinta juga menahan tangisnya.

Hati nurani putry berkata, ia ingin sekali memeluk erat bundanya.  Menumpahkan rasa rindu yang selalu menggebu dalam jiwanya.
Namun, Rasa sakit itu jauh lebih besar di bandingkan keinginannya.

Perlahan tapi pasti, Putry membuka selimut yang menutupi tubuhnya yang bergetar menahan tangis.
Putry duduk di samping bundanya dengan menundukkan pandangannya.

"Nak, Maafkan bunda."
Kata Bunda shinta dengan suara seperti menangis.

Putry menengok kesamping kanannya. Dengan tatapan acuh. Ternyata benar. Bundanya menangis.
Putry pun juga menangis. Tapi ia kembali memalingkan wajahnya dari Sang Bunda.

TuesDay In The Holy PrisonWhere stories live. Discover now