Hukuman

43 5 1
                                    

Setelah sampai di sekolah ternyata gerbang sudah ditutup dari lima menit yang lalu.

"Udah di tutup gerbangnya gimana ni?" Luna turu dari motor vespa milik Dika. Lalu melihat sekitar. Sepi.

Dika melepas helmnya, " Pak Mugik mana ni," ucapnya sambil berjalan menuju gerbang.

"Pak Mugik? Siapa?" Luna mengikuti arah pandang Dika.

"Satpam sekolah."

"Pak mugik," Teriak Dika lantang.

Seorang pria paruh baya muncul dari balik pintu post satpam, ia berjalan menuju pintu gerbang.

"Loh, Den Dika telat?" tanya Pak Mugik terkejut.

"Iya ni pak, bukain dong gerbangnya." ujar Dika memelas, sementara Luna masih menyimak pembicaraan mereka.

Pak Mugik berpikir sebentar, "Gak bisa Den, nanti kalau ketahuan kepala sekolah bisa-bisa saya di pecat." jawabnya tak enak.

"Ya elah Pak gak bakalan di pecat deh. percaya sama saya, saya kan anak organisasi, ini aja kali pertama saya telat." ucap Dika meyakinkan.

Pak Mugik mengangguk, " Ya sudah cepetan masuk, sebelum ketahuan kepala sekolah. Didorong aja Den motornya, takut guru-guru pada dengar." Pak Mugik mulai membuka kunci gerbang.

Luna terkejut bukan main, melihat Dika dengan lihainya merayu Pak Mugik. "Asiyapp." Dika mendorong motornya masuk ke sekolah di ikuti Luna dibelakangnya.

Setelah sampai diparkiran Dika meletakan motor vespa miliknya dibawah pohon mangga.

"Emang baru kali ini lo telat?"tanya Luna sambil menatap Dika yang sedang melepaskan hlem.

Dika tertawa kecil, "Ya enggak lah,"

"Berarti lo bohong dong,"

"Sekali-kali lah orang ganteng bohong, mah gak papa." ujar Dika ke-pedean.

"Idih, lo juga bohong soal anak organisasi?" Tanya luna lagi.

Dika memandang luna lekat-lekat. "Kalau yang itu mah, gue gak bohong." Jawab Dika seadanya.

Luna sempat terdiam, " Mana ada organisasi yang mau nampung orang kayak lo,"cibir Luna.

Tanpa mereka sadari dari arah belakang ada seorang guru yang memandangi mereka dengan tatapan tajam.

"Enak ya, udah telat malah pacaran lagi." Ujar guru itu santai.

Luna dan Dika seponta berbalik badan, "Mampus," gumam Dika lirih.

Luna yang tidak tahu siapa guru itu hanya diam, sementara Dika dengan santainya merapikan jambul rambut. " Eh ada bu Cempluk," Dika tersenyum lebar.

"Dari mana kalian?" tanya Bu Cempluk sambil melirik tajam Dika dan Luna.

"Dari tadi," jawab Dika acuh.

Luna menyengol lengan Dika bermaksud memberitahu bahwa ucapanya tadi salah. Dia melirik Dika yang masih saja enggan untuk berbicara, "Maaf Bu, saya sama Dika telat." Luna hanya tertunduk tidak berani menatap Bu Cempluk.

"Ikut saya ke ruang BK,"ucap Bu Cempluk tajam sambil berlalu.

Keduanya menghelai nafas berat, "Ayo, jalan." Luna melirik Dika yang masih saja enggan untuk beranjak.

"Malas gue,"Ucap Dika acuh.

"Sabodo teuing lah, kalau lo mau dihukum lebih berat ya silakan. Gue mah ogah," Luna berlalu berjalan menuju ruang BK.

Dengan malas Dika berlari mengejar Luna yang semakin menjauh. Sesampai di ruang BK Luna sempat ingin mengetuk pintu tapi ia urungkan.

"Kenapa gak diketuk? Takut?"cibir Dika.

"Siapa juga yang takut? Lo sendiri, katanya malas. Malas apa takut?" Ejek Luna tak mau kalah.

Dika sempat terdiam, " Udah sana lo ketuk pintunya,"Ujarnya santai.

Dengan hati-hati Luna mengetuk pintu kayu yang ada didepanya sekarang ini.

Tok! Tok! Tok!

Setelah beberapa saat pintu itu terbuka menampilkan Bu Cempluk dengan muka garangnya.

"Masuk,"Ucap Bu Cempluk singkat.

Luna dan Dika mulai berjalan masuk, mereka duduk di kursi yang bersebelahan. Sementara Bu Cempluk duduk dikursi depan mereka yang terhalang meja panjang.

"Kalian tahu kesalahan kalian?" Tanya Bu Cempluk santai.

Luna memandang Dika sebentar sebelum akhirnya mereka berdua mengangguk.

Bu Cempluk membuang nafasnya perlahan, "Bagus kalau kalian tahu. Andika Herlambang kamu ini anak organisasi bahkan kamu ketuanya, ketua macam apa kamu ini gak disiplin, kerjaanya cuma pacaran."

Bu Cempluk memalingkan pandanganya beralih ke luna, "Dan kamu Luna Rinjani Putri anak baru pindahan dari Bandung. Kamu tahu kan ini sekolah paling disiplin. Pagi-pagi bukanya balajar malah pacaran sama Dika."

Luna yang tidak suka kalimat terakhir Bu Cempluk angkat bicara, "Maaf Bu semua ini salah paham saya gak pacaran sama Dika dia tetangga baru saya Bu." Ucap Luna mencoba menjelaskan.

"Yak betul, tapi siapa tahu setelah ini saya pacaran sama dia. Kan gak ada yang tahu," Ujar Dika sambil menaik turunkan asilnya.

Luna melongo mendengar penuturan Dika, dengan gemas Luna mencubit perut Dika.

Seketika suara Dika melengking memenuhi sudut ruangan, "Aduhh," Jeritnya menahan sakit.

Bu Cempluk yang mendengar teriakan Dika langsung melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Dika tertawa sumbang, "He... He... He, maaf bu." Ujarnya pelan.

"Hukuman buat kalian, nanti pulang sekolah bersihin kamar mandi belakang,"

Dika seketika melotot, "What the..., gak saya gak mau buk,"

Bu Cempluk menatap Dika sinis, "Oh, kalian gak mau? Mau saya tambahin lagi hukumanya?" Ujar Bu Cempluk dengan geram.

"Gak-gak Bu itu aja udah cukup, makasih bu saya sama Dika kembali ke kelas ya bu," Luna menarik tangan Dika menyeretnya agar keluar dari ruang BK.

Setelah keluar dari ruangan itu Luna menghempaskan tangan Dika, " Lo kelewat bego apa gimana sih?" Luna menatap Dika penuh amarah.

"Lo yang bego, lo gak tahu kan kamar mandi belakang tu horor banyak setanya!"

Luna tersenyum miring, "Oh lo takut? Cemen banget sih lo," Cibir Luna.

"Gak ada sejarahnya keluarga Herlambang takut." Ucap Dika bangga.

luna mengendikan bahunya, tiba-tiba sebuah ide muncul, " Dik dibelakang lo ada pocong" Luna pura-pura kaget.

Dika yang kaget sekaligus takut tanpa aba-aba langsung lari terbirit-birit. Sementara Luna yang menahan tawanya dari tadi akhirnya pecah.

"Ha... Ha... Ha, apaan katanya gak takut kok lari." Teriak Luna.

Dika yang menyadari bahwa dia dibohongi akhirnya berhenti berlari. Dan berbalik arah mengejar Luna yang sedang berlari sambil tertawa terbahak-bahak, terjadilah aksi kejar-kejaran antara keduanya.

Karena bell istirahat baru saja berdering banyak pasang mata yang melihat kejadian itu termasuk cewek yang sedang bersandar ditembok sambil menatap sinis keduanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FOSFOURWhere stories live. Discover now