Telat

112 30 20
                                    

Pagi ini tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Matahari masih saja enggan untuk muncul, gumpalan awan hitam mulai mewarnai langit . Rintik-rintik air hujan yang mulai turun ke bumi menciptakan udara yang menyejukan membuat siapa saja enggan untuk meninggalkan tempat tidur.
Termasuk Luna yang kini tengah asik meringkukkan tubuhnya diatas kasur empuk dengan selimut yang tebal.

Tok! Tok! Tok!

"Kak, bangun udah jam 6 loh. Nanti kamu telat."Ucap Ratih sambil menggedor-gedor pintu kamar anaknya.

"Bentar bun, 5 menit lagi!"Teriak Luna.

Setelah mendengar jawaban dari Luna, Ratih turun ke lantai bawah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya.

"Pagi bunda,"Ucap Lala dengan wajah ceria.

"Pagi sayang, anak bunda cantik banget hari ini." Ratih mencium pucuk kepala anaknya dengan sayang.

Lala melirik kursi disebelahnya, "Iya dong bun, loh kok kak Lulun belum turun bun?" Tanyanya.

"Paling lagi mandi La. Udah, kamu makan terus berangkat ya."

"Lala masih kenyang bun, bunda bungkusin aja nanti Lala makan di sekolah."

"Ya, udah kalau gitu. Bunda ambilin tempat makan dulu ya." Ratih berjalan ke arah dapur untuk mengambil tempat makan dan botol minuman.

"Ni, kamu berangkat gih. Udah jam 6 lebih loh. Pak Hendra juga udah di depan,"Ratih menyodorka tempat makan yang sudah ia isi dengan roti bakar dan botol minuman.

"Okey bun, Lala berangkat."

Jam menunjukan pukul 6 lebih 10 menit, Ratih berjalan ke kamar Luna. Untuk membangunkanya.

Tok! Tok! Tok!

"Kak, udah jam 6 lebih loh. Kamu mau sekolah gak," Teriak Ratih lantang.

Luna yang mendengar teriakkan Ratih langsung saja membuka matanya, dia melirik jam yang bertengger diatas nakas sebelah tempat tidur.

"BUNDA! aku telat. Kok gak bangunin aku sih." Luna langsung bergegas mandi.

"Udah bunda bangunin dari tadi, kamu aja yang gak dengar." Ratih berjalan menuruni tangga menuju ke dapur berniat menyiapkan sarapan untuk Luna.

20 menit berlalu, kini Luna sudah siap dengan seragam putih abu-abu, dasi, tas punggung dan payung hitam. Luna berjalan cepat menuruni anak tangga.

"BUNDA!, Luna berangakat ya. Asalamualaikum,"Teriak Luna lantang sambil bergegas keluar rumah.

"Walaikumsalam, gak sarapan dulu?"

"Gak bun,"

***

Luna menepuk jidatnya, "Mampus gue mau naik apa ni," Ucapnya lirih sambil berjalan pelan.

Luna berhenti sebentar, berpikir bagaimana dia bisa sampai ke sekolah.

Tin! tin!

Tiba-tiba sebuah klakson motor membuyarkan lamunanya. Sebuah motor vespa merah berhenti didepannya. Seorang cowok dengan helm bogo turun dari motor.

"Lo telat ya,"Tanya cowok itu sambil melepaskan helmnya.

"Loh, lo Dika?" Luna menatap cowok itu dari bawah sampai atas, tak salah lagi dia Dika tetangga samping rumahnya.

Dika menyengir, "Yo'i gue Dika. Lo telat kan mending nebeng aja sama gue," Tawar Dika.

Luna bingung, " Lo sekolah di Brawijaya juga?"Tanyanya kaget sambil melirik logo SMA Brawijaya yang ada diseragamnya.

Dika mengangguk, " Udah jam 7 kurang 10 menit, mau nebeng gak lo?"

"Hah, tinggal 10 menit lagi? Ya udah gue nebeng lo aja." Luna segera bergegas menaiki motor vespa milik Dika.

"Pegangan nanti jatuh, kalau jatuh kan sakit. Apalagi jatuh sambil cium aspal."

"Iya-iya, udah cepet jalan." Tangan kanan Luna berpegangan pada bahu dika, dan tangan satunya lagi memegangi payung hitam miliknya.

Jangan lupa vote and comment

Tekan bintangnya dan lihat apa yang akan terjadi 🌟

FOSFOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang