Chapter 3. Ketika penakut ditakutin

Start from the beginning
                                    

Oke, aku punya dua orang kakak dan tak satupun menanyai aku? Yang satu menanyai Gilang dan satu lagi Lilla.

"emang kenapa lo tiba-tiba nanya Lilla?" 

"gue Cuma pengen di ramal aja. Berapa no handphone nya?" aku menyebutkan no lilla yang memang sudah ku hapal di luar kepala.

Lalu benar-benar kembali ke kamar.

Christo sedang duduk manis di teras kamarku. Kamarku tak ada jendelanya karena berada di tengah. Tapi satu dinding ke teras, semuanya merupakan kaca. Jadi sekali buka gorden, mama langsung bisa membangunkanku. Karena tepat menghadap matahari terbit. Seperti sekarang, gorden kamar belum kututup. Tapi aku belum berniat menutupnya.

Aku menghempaskan diri ke atas tempat tidur.

Pacar? Dipikir-pikir... kenapa aku belum punya pacar? 

Rasa-rasanya, aku cukup lumayan. Kalau kata Lil, karena aku yang memang menutup pintu jodoh. Dimana pintu itupun aku tak tahu, jadi bagaimana mungkin aku yang menutupnya? Tapi terserah Lilla lah. Aku tak percaya ada orang yang dengan suka rela minta di ramal Lilla.

"Christo, masuk dong. Dingin loh diluar." Aku menggendong Christo masuk. Dan meletakkannya diatas sofa. Menutup gorden dan mematikan lampu. "Good night."

Baru beberapa saat memejam mata, panas! Aku jarang sekali menghidupkan AC. Terlalu dingin. Tapi sekarang panas. Aku bangun dan menyalakan lampu.

Begitu lampu dinyalakan, Christo langsung bangun dan mengeong sedikit kesal. Sepertinya dia sudah tidur nyenyak.

"sorry, panas banget." Aku melepas piyama. Memakai kaos dalam transparan dan celana pendek, aku berhenti didepan kaca. hmmm, "gue seksi gak?"

Christo hanya diam. Dia mana mengerti apa itu seksi.

Aku berpose sebentar. sebelum memutuskan untuk kembali tidur.

"tidur lagi yuk." Aku mematikan lampu. G'night.


"Kay... Kayla..."

Ada yang memanggilku... Siapa?

Itu....... Orangnya ada dibalik gedung perpustakaan. Siapa?

"Kayla............!"

"siapa?"

"ini mama! Dan kalau dalam 5 menit lagi kamu gak bangun. Mama pastikan kamu bakal telat!" Sebagai jawaban, aku menarik selimut hingga menutupi kepalaku. Aku masih ngantuk!!!

"KAYLAAA!!"

"Argh. Ma... gak usah pake teriak."

Mama bahkan meneriaki ku sampai aku sepenuhnya bangun dan sesudah memastikan kalau aku benar-benar sudah menghidupkan shower.

"aku udah mandi ma! Gak usah ditungguin depan pintu!"

Baru jam setengah 5 dan mama sudah membangunkanku? Luar biasa sekali mama. Banyaakkkk sekali aturan yang dibuatnya! Jangan jajan sembarangan! Jangan makan makanan yang gak higienis! Kecuali makanan produksi di rumah ini, tak ada satupun tempat yang dianggap higienis oleh mama!

Sambil berlilit handuk, aku keluar dari kamar mandi. Dan menjadi kebiasaanku untuk berdiri di teras kamar yang berada dilantai 2 ini setiap pagi. Pemandangan pagi yang masih gelap itu entah kenapa menurutku indah. Dingin sih. Tapi indah.

Another EngagementWhere stories live. Discover now