Chapter 10. Ketika kamu menginap di tempat asing

6 0 0
                                    


10. Ketika kamu menginap di tempat asing

Aku belum pernah diundang ke istana Negara manapun. Tapi aku pernah melihat foto-fotonya. Kebanyakan ada meja kayu besar disana dan itulah yang pertama kali menangkap mataku. Ada meja kayu besar yang sepertinya berasal dari satu batang pohon yang dibelah. Diatasnya sudah penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman.

"hayuk. Silakan dinikmati." Kata tante Cheryl. Dia membuat kami menemukan kursi masing-masing dengan mudah. Ada 2 keluarga yang akan makan dan ruang makan ini masih terlihat sangat luas.

Tak banyak dekorasi selain beberapa lukisan besar dan beberapa vas besar disudut ruangan dengan bunga indahnya yang kuyakin asli. Sungguh...

"bikin mau foto ya." Komen Anko pelan disebelahku. Kapan dia pindah kesebelahku?

Yang sama adalah, lukisannya masih hitam putih. Kontras dengan dinding putih dan lantai gelapnya. Rumah ini sepertinya tak perlu memasang lampu. Selain sebagian besar dindingnya kaca dan entah mataku yang sudah lelah dengan semua kekayaan ini, dindingnya terlihat memancarkan sinar sendiri. rumah ini glowing.

Aku menarik kursi paling sudut dan paling jauh dari oma morticia. Eh maksudku, Oma Gilang tapi sialnya, Gilang lah yang duduk disampingku. Aku memberikannya kode yang sangat jelas dengan menahan kaki kursinya tapi dia melindas kakiku.

Tante Cheryl berbasa-basi tentang dia harap masakkannya sesuai dengan lidah kami. Mama menjawab, anaknya besar dengan makan apapun dan makanan tidak akan pernah menjadi masalah. Yang membuatku kagum adalah, semua makanan itu sudah diset perorang. Aku melihat dihadapanku dan dihadapan Gilang. Kami punya jenis makanan yang berbeda dan begitu juga dengan semua orang. Tak ada acara perlu minta tolong diambilkan tempe goreng yang semisal ada di tengah meja.

Apa semua orang kaya makan seperti ini?

Makanan favoritku... tongseng daging. Melihatnya saja aku sudah hampir meneteskan air ludah. Ada setumpuk anggur disebelahnya. Buah favoritku. Ada 2 jenis minuman, air mineral dan jus jambu. Jus favoritku. Ada juga cemilan kecil disebelahnya. Dan semuanya untukku. Dari tempat dudukku, aku bisa mendengar suara Alex menelan air liurnya melihat steak berasap dihadapannya. Tanpa sadar, aku menoleh pada Gilang.

Dari matanya, aku melihat bayanganku yang melotot takjub.

Elo makan begini setiap hari dan tetap bisa makan cimol di sekolah?!!!

Gilang yang baru memasukan sesuap nasi terbatuk. Dia memberiku pelototan yang jauh berbeda sambil menegak minum. Jelas melihatku sebagai makhluk paling norak.

Tongsengnya bahkan enak sekali. Dagingnya sangat empuk dan kuahnya penuh kaldu nikmat. Aku menambahkan sambal dan yang bisa kulakukan kemudian adalah mengunyah dalam bahagia. Enak sekali ya tuhan.

Tangan Anko mencengkram sendok dengan sangat kuat. Dia berusaha keras untuk menolak godaan tongseng dihadapannya tapi melihatku dia hampir menangis. Tidak Anko. Kamu tidak bisa diet didepan makanan seenak ini. Kita bisa mati besok dan tak punya penyesalan.

Ya. Aku dan Anko punya makanan favorit yang sama.

Pembicaraan diatas meja berputar seputar mama yang mengultimatum kami agar tidak merepotkan dan meminta tante Cheryl memberikan tugas rumah seperti yang biasa dia lakukan tapi jawaban tante Cheryl membuatku kami bertiga sangat senang. Disini tidak ada pekerjaan rumah yang perlu dilakukan dan kami tidak akan pernah merepotkan.

Aku dan Alex tos digroup WA keluarga.

"elo gak makan pedes ya?" komentarku pelan melihat menu Gilang. Semuanya tidak pedas dan aku tidak melihat dia menambahkan sambal. Dengan malas Gilang menoleh. Sebelah alisnya terangkat dengan ekspresi kurang suka. "kok bisa orang kayak lo gak makan pedes?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 30, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Another EngagementWhere stories live. Discover now