Kak Luke bakal mati nggak, ya?

Nggak, kan?

Kak Cal kemudian diam; tidak lagi bersenandung.

Kami berdua terdiam.

Kakak lagi apa ya, sekarang?

Kalo aku pulang ke rumah sakit, dia tau gak aku bolos?

Kak Cal melempar batu lagi; suaranya kembali nyaring terdengar.

Tuk!

Aku menoleh; mendapati batu putih sekepalan tangan tiba tiba berada di sebelah sepatuku. Kayaknya, kak Cal baru aja menggelindingkannya padaku.

Pandangannya berpindah dari batu putih tersebut ke  sungai; mungkin isyarat menyuruhku melemparnya.

"Goblok!" Serunya; kembali melempar batu lain. Kali ini, lemparannya tidak begitu nyaring, karena dia melemparnya jauh ke tengah sungai.

"Kenapa?" Ia menatapku lagi. "Luke ngga bolehin lu ngomong kasar?"

Aku nggak menjawab; masih menatap batu yang diberikan kak Cal.

"Whatevs." Sergahnya, mengambil batu lain, kemudian kembali melemparnya. "Tolol!"

Coba aja kali, ya? Siapa tau aku nggak sedih lagi, kalo teriak...

"Bego!" Aku memberanikan diri berseru sekeras mungkin; melemparkan batu tersebut sejauh jauhnya.

Kak Cal tersenyum singkat menatapku, memberikan dua batu lain padaku.

Aku melemparkan batu pertama; kemudian berteriak sekeras kerasnya.

Sedangkan batu kedua, kusimpan di saku. Nggak, aku ngga mau nyerang orang pake ini, kok. Aku cuma... Siapa tau aku kesal lagi, mungkin bisa kubuang nanti. Gak di rumah sakit kok ngebuangnya, tenang aja.

Paling di ruang kamar kakak.

Nggak deng.

"Are you having a hard time?" Tanyaku hati hati pada kak Cal.

"We all do." Jawabnya acuh; samasekali tidak menoleh kearahku, kembali melempar batu selanjutnya, namun kali ini tanpa makian.

"I know you hate me, so bad." Lirihku. "But i just wanted you to know that... You have a friend in me. if you need a friend to talk to, or you have a bad day and no one listens to your words, i'll do it."

Kak Cal menoleh, menatapku kali ini.

"I'm having a hard time, and so do you." Aku bangkit dari posisiku sekarang. "Everybody else does."

"Im off to the hospital." Sahutku singkat, menggendong tas; kemudian berjalan memunggunginya.

"I aint got a friend on you." Ujarnya; membuatku berhenti berjalan. "You're my fucking sister."

Apa tadi dia bilang?

Aku ngga salah denger, kan?

Dia masih nganggep aku adiknya?

"If you say so." Lirihku, yang lanjut berjalan. Dia pasti main main; karena kalau aku adiknya, dia gak bakalan mukulin aku sampai segitunya.

Kak Luke kakakku,

Bukan kak Cal.

***

"Kak?"

Kosong; kak Luke nggak ada di tempat tidur.

Dia kemana?

"Om?" Panggilku lagi. Nihil, satu ruangan ini kosong; nggak ada orang samasekali.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now