Perpisahan

163 50 0
                                    

Hanzel terbangun setelah tidur siangnya yang cukup panjang. Bagaimana tidak, suhu yang dingin karena hujan membuat tubuh enak sekali berada di dalam selimut.

Hanzel menatap pakaiannya yang sudah berganti, lalu menatap sekitar dan syukurlah ini adalah kamar kosnya.

Hanzel berjalan keluar menuju dapur.

Di sana ada Sifa, Mairian dan Amor.

"Azizizi diantar gebetan," celetuk Amor.

"Diantar?" Memori tadi pagi seketika berputar di kepala Hanzel. "Astaga gue ketiduran di mobil dan"

"—Bang Setra menggendong kamu ke kosan," ujar Sifa santai dan yang lainnya kini mulai menggoda Hanzel membuat gadis itu tidak bisa menghindar dari pipinya yang memerah malu. Ditambah lagi anak kosan lainnya juga ikut nimbrung menggodanya membuat Hanzel pening antara malu sekaligus kesal.

Teringat sesuatu. "Tapi tunggu, yang ganti pakaian gue siapa?" Tanya Hanzel was-was dengan pipi merah saga.

"Gue," jawab Yanti sembari memakan keripik kentang yang barusan Amor ambil dari lemari makan, " gue yang pertama keluar membuka pintu gerbang. Saat itu kami lagi siap-siap berangkat ke masjid, kebetulan gue sudah siap duluan dan sedang berada di teras lalu ketika mendengar suara klakson mobil dan ketika bang Aldebaran keluar dari mobil gue cukup terkejut ditambah lagi dia menggendong lo masuk ke kosan. Dia juga yang mengintruksi gue untuk menukar pakaian lo." Yanti meneguk teh Sifa membuat gadis itu sedikit bersungut.

"Satu hal yang gue petik dari penjelasan Yanti," Herna mengetuk dagunya seperti tengah berpikir,"Aha! dia laki-laki yang gentle Han!" Amor dengan wajah sumringahnya mencoba menggoda Hanzel.

"HEI astaga hentikan!. Dengar ya yang kemarin itu tidak disengaja gue ha—"

"Nah berarti kalian jodoh." Juliet memotong dengan telak membuat Hanzel merengek kesal.

"Bukan begitu ... ya sudahlah apapun spekulasi kalian yang jelas dengan keyakinan sempurna gue tidak akan menyukainya karena dia itu PLAYBOY."

"O ya!" Reiza yang sedari tadi asik join tertawa menjentikkan jari "bang Aldebaran itu kan mantan pacarnya banyak banget dan bisa jadi ... " Reiza melirik tidak enak ke arah Hanzel.

"Santai aja kali Rei"

"Bisa jadi Lo mau dijadikan pacar mainannya juga sama seperti mantan pacarnya yang lain."

Hanzel membuang napas kasar, "kalo ada yang mau pesan mie spesial gue join satu ya." Putus Hanzel mengalihkan pembicaraan saat sekilas melihat tampilan ponsel Gempi yang menampilkan gambar mie spesial di sana.

"Wah, gue juga mau!" Ujar Maisila antusias dan langsung naik ke lantai atas, kamarnya, untuk mengambil uangnya.


****

Malamnya, di ruang tamu.

Reiza menatap snap Instagram.
Banyak sekali yang memasang status happy Sunday dan beberapa berlatar tempat ibadah.
"Haduh ... sepertinya kita sudah berdosa banget," Hanzel menatap Reiza. Dia tahu arah pembicaraan ini pasti tentang pergi ke gereja. "Sudah tiga Minggu berturut-turut ini kita tidak ke gereja."

Ini bukan pertama kalinya Reiza menyinggung soal ini. Amor yang memang berada dekat dengan posisi Reiza menanggapi, "Iya tu kalian gimana sih ke gereja sono. Kamu Mai, Han jangan malas-malas."

Kalo sudah ketua berbicara tidak ada yang bisa membantah.
"Iyalah-iyalah, Minggu depan kami ke gereja." Maisila berujar menatap sekilas ke arah Reiza dan Hanzel.

"Oh ya Ju, Sifa sudah selesai solat?" Tanya Reiza lalu tidak lama Sifa muncul dengan masih memakai mukena."Cepat gih, ganti baju selesai itu kita berangkat."

***

Mereka tiba di salah satu restoran Korea.
Di dalamnya sudah ada sepuluh wanita paruh baya.

"Kami sudah memutuskan bahwa kalian tidak lagi ngekos, karena dari pantauan kami kalian sudah cukup mandiri dan bisa mengatasi kesulitan selama belajar sendiri.  Ditambah lagi beberapa orangtua juga mengeluh kangen ke anak-anak." Bu Rere menatap mereka semua serius. "Jadi, mulai besok anak-anak pindah ke rumah masing-masing."

Kesepuluhnya tampak terkejud dan tidak menyangka hal ini akan terjadi secepat ini. Perasaan baru satu tahun kemarin mereka bersama tapi rasanya ini sangat cepat.

Gempy menatap ke arah teman-temannya terutama Mairian. Tiba-tiba tangis keduanya pecah. "Mairiii, pasti aku akan sangat merindukanmu." Gempy langsung memeluk Mairian sambil menangis.

Awalnya mereka tidak saling menyukai satu sama lain. Sifat Gempy yang begitu manja sangat bertolak belakang dengan Mairian si gigih. Tetapi, lama kelamaan mereka saling dekat, saling melengkapi satu sama lain dan akhirnya terjalinlah hubungan seperti kakak—adik.

Begitupun dengan yang lainnya tampak berkaca-kaca. Mengingat bagaimana mereka lapar bersama karena lupa masak, ngerjain PR bersama, pergi belanja bersama, jahilin orang bersama. Sungguh kenangan unik yang pasti tidak akan terlupakan.

"Sepertinya kita membuat keputusan yang salah," bisik Nerian di telinga Rere.

"Ini hanya efek dari mereka sudah terlalu lama bersama," balas Rere.

Ibu-ibu yang lain terlihat terharu menatap anak-anak tampak sudah berubah, lebih nampak rasa persaudaraanya.

"Ya sudah kita semua makan dulu." Bu Rere memanggil waiters lalu memesan beberapa jenis makanan dan minuman yang ada dalam buku menu.




Bocoran chapter selanjutnya...

Juliet : Dia siapa?
Hanzel : Teoshiki, pindahan dari Jepang.

Vina : Wah, sekarang aku ingat. DIA ADALAH SI JENIUS SHIKI!!!...Gawat, gawat sungguh saingan berat dia itu Ju

Ten-Hanzel (Crazy Up)Where stories live. Discover now