Sweet

166 62 1
                                    

Note : Belum direvisi. Jadi, klo ada kesalahan kata atau typo mohon ditandai yaaa :)

***

Hanzel berdecih dalam hati saat mendengar ucapan bernada sombong itu sebelum mengambil posisi duduk di dekat Ucok.

"Cok, orang in—"

"Namanya Geore Setra Aldebaran, Single alias belum punya pacar dan yang paling penting dia serumah dengan Vano alias dia adalah abangnya Vano," jelas Ucok tanpa diminta.

Hanzel berdecak, "Gue cuma nanya materi njr."

"Eh jangan ngales lo, pasti lo juga sama kayak Dina, Virza, Citra, Fitra, Tria, Puspa, yang tadi pada serobot nyari info si Alumni ke gue." Ucok melirik cewek-cewek yang duduk di barisan depan  seolah mengisyaratkan kepada Hanzel bahwa merekalah pelakunya.

Hanzel tidak lagi membalas dan lebih memilih diam, tapi walaupun begitu otaknya masih memproses atas info yang diutarakan Ucok tadi. Dia kepikiran satu hal, yaitu laki-laki yang tengah presentasi ini adalah abangnya Vano? Tapi kok dia baru tahu?

***

Sifa berhenti menatap ponselnya saat terdengar suara deru motor khas Bima.

"Fa, naik!" ujar Bima membuat teman-teman Sifa bercuit-cuit menggoda gadis itu. Lalu Sifa naik di jok belakang motor.

"Sekarang beli bonekanya?" bisik Sifa di samping telinga Bima agar tidak kedengaran oleh teman-temannya. Namun, aksi itu justru disalah artikan oleh orang-orang di sekitar sana membuat siswa siswi yang lain juga ikut menggoda Sifa.
Dan suasana yang sudah terlanjur heboh itu kembali tambah riuh atas aksi Bima.

"Apa? Gue nggk dengar." Bima sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Sifa membuat pipi gadis itu memerah, malu.
"Apa ih!" Bima tersenyum miring saat mengetahui gadisnya tersipu.

***

Setelah beberapa menit mengendara. Bima dan Sifa berhenti di sebuah restoran yang tampak sepi?

Keduanya turun dari atas motor.

"Tapi mau beli boneka, kenapa justru mampir ke restoran?" Sifa memiringkan kepalanya, menatap tanya ke arah Bima. Bima yang disuguhi ekspresi bingung Sifa yang terlihat menggemaskan hanya menatap lama wajah gadis itu dengan tersenyum tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan tadi.

Sifa yang diperhatikan begitu seketika merona. "Yaelah malah senyum ni anak," komentarnya walaupun dia juga tak urung ikut tersenyum juga.

"Widih, sok kegedean anda panggil-panggil anak, mau buat anak ente?" balas Bima tidak nyambung membuat Sifa mencubit pinggang laki-laki itu yang malah dibalas dengan kekehan lalu keduanya tertawa.

Beberapa pengurus restoran yang tidak sengaja melihat pemandangan dua sejoli itu, sedikit terbesit rasa iri terutama yang statusnya masih jomblo, tapi demi keprofesionalan, mereka tetap harus tampak biasa saja agar tidak terlihat ngenes sendirian.

"Kita makan dulu baru ke toko boneka." Bima menggenggam tangan Sifa sembari memasuki ruangan eksklusif restoran yang berada di lantai tiga.

Sifa sedikit mengernyit saat baru menyadari bahwa tempat yang di pilih Bima ini lebih sedikit berbeda dengan spot-spot resto lainnya. Hampir semua dekor bewarna pink merupakan warna kesukaan gadis itu. Ini seolah sudah dipersiapkan.

Posisi mereka duduk yang sedikit dekat dengan jendela kaca membuat Sifa bebas menikmati pemandangan di luar sana.

Tangan hangat Bima terangkat melingkupi tangannya yang berada di atas meja membuat gadis si empunya tangan kaget. Sifa menoleh dan mendapati Bima tengah memerhatikannya dalam membuat wajah Sifa kembali memerah.

Ten-Hanzel (Crazy Up)Where stories live. Discover now