21. Boy or Girl

5.5K 557 103
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ugh. Stupid Trella." Gumam perempuan itu pada dirinya sendiri.

Trella melirik Ale yang masih tertidur di tempat tidur mereka. Masih jam dua pagi dan seperti biasa dirinya akan terbangun. Kadang sebentar, kadang cukup lama. Bedanya untuk malam ini, Trella bosan berada di kamar dan ia ingin berdiam di halaman belakang rumah mereka. Berniat mengambil jaket Ale yang tersampir di lengan sofa, Trella malah menjatuhkan beberapa barang Ale dari dalam tasnya ke atas sofa.

Padahal biasanya pria itu akan dengan apik menyimpan tas kerjanya di ruang kerja, tapi tadi sore Ale menyimpannya disana bahkan tanpa menutupnya telebih dahulu.

Trella menggerutu sambil merapihkannya. Berdoa semoga tidak ada satupun benda yang hilang atau tertinggal.

Perempuan itu kembali menatap Ale yang masih terlelap tidur kemudian mendengus. Trella begitu peka setiap Ale menghilang dari tempat tidur mereka, tapi pria itu santai-santai saja bermimpi bahkan ketika dirinya sudah lima belas menit meninggalkan ranjang.

"Papa kalian emang gitu.. Setengah-setengah aja sayangnya sama kita.." lirih Trella mengobrol pada anak-anak dalam perutnya.

"Yuk ah kita ngadem.. Hmm.. Kalian mau coklat anget gak? Mama bikin dulu ya.." lanjutnya bermonolog setelah berhasil memakai jaket besar milik Ale.

Trella melangkah pergi keluar kamar dan langsung menuju dapur mereka. Tanpa bisa ditahan dirinya menghela napas mengingat kelas memasak yang ia ambil di rumah. Sulit. Trella tidak tau bahwa dirinya tidak begitu pintar untuk menangkap semua ajaran juru masak rumah Ale. Dapur jadi terlihat sedikit menyebalkan baginya.

Ditariknya sebuah cangkir yang kemudian ia masukan bubuk coklat. Trella tersenyum. Coklat ternyata tidak buruk walaupun kenyataannya ia merindukan kopinya. Bersama macaroons rasa red velvet yang membuat ia mengelus perutnya sendiri.

"Yang suka macaroons kan Mama, kalian gak usah aneh-aneh ya.."

Trella melangkah dengan santai menuju halaman belakang rumah mereka. tubuhnya terduduk di kursi malas yang ada disana sambil menatap langit-langit. Sepi.

"Kalau Papa kalian percaya kalian bukan anaknya gimana ya.." lirih Trella tiba-tiba.

"Mana kalian datengnya barengan.. Mama gimana dong?"

"Ah.. Mama takut sebenernya.." ucap Trella lagi setelah menyesap coklat hangatnya.

Selanjutnya, yang perempuan itu lakukan hanya melamun sambil menghabiskan coklat hangat di cangkir miliknya. Ale sama sekali tidak bangun membuat Trella tidak bisa menahan rasa sedih.

"Kalian cewek apa cowok sih? Gampang banget bolak-balikin perasaan Mama ke Papa.." keluh Trella mengelus perutnya kemudian beranjak kembali ke dalam rumah.

Trella kembali ke dapur dan matanya menangkap tumpukan mie instan yang memang ia sediakan di rumah. Otaknya berpikir beberapa saat. Bosan, kesal, dan sedih kini bercampur menjadi satu dalam perasaannya. Ia ingin Ale terbangun dan menemaninya. Tapi tidak ingin membangunkan pria itu juga. Ia ingin Ale yang inisiatif menemaninya.

Lingua FrancaWhere stories live. Discover now