17. Moersjid

5.6K 580 139
                                    

"Mr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Mr. Ailean, the car is ready."

Ale mengangguk sambil mendorong kursi roda yang Trella pakai. Akhirnya setelah tujuh hari mendekam di rumah sakit, Trella diperbolehkan pulang hari ini. Sebenarnya Trella sudah boleh pulang sejak dua hari yang lalu, tapi Ale memaksa agar dokter melakukan pemeriksaan rutin sebelum Trella pulang ke Indonesia. Jadilah ia gagal untuk keluar rumah sakit lebih cepat.

"La, are you sure? Kita bisa tinggal lebih lama disini sampai kamu jauh lebih baik."

Trella menggeleng. "I wanna go home."

Ale akhirnya menghembuskan napas pasrah. "Okay, we'll take tomorrow's flight. Hari ini kamu isitrahat satu hari di hotel."

Trella hanya terdiam pasrah selama di perjalanan. Otaknya buntu. Kebingungan bagaimana harus bertindak kali ini. Ale—entah mengapa begitu optimis dan tidak tergoyahkan walaupun berkali-kali ia berkata bahwa ini bukan anaknya. Ale seolah-olah tuli dan tidak peduli. Masih dengan penuh keyakinan akan menikahinya.

Trella mengelus perutnya pelan, dalam hati meminta maaf karena ia mungkin menyakiti anaknya dengan berkata bahwa ia bukan anak Ale.

"Kenapa, La?"

"Hah?" tanya Trella kaget.

Ale menyimpan tangannya diatas tangan Trella yang tadi sibuk mengelus perutnya. "Kenapa? Bayinya mau apa? Apa Maminya?"

Kening Trella berkerut bingung. "Gak mau apa-apa."

Ale menolehkan kepala Trella menuju arahnya kemudian menciumnya pelan. "Aku gak ngerti sih, La. Tapi kalau ngidam itu beneran ada, please tell me."

Trella tanpa sadar mengangguk dan membiarkan tubuhnya lebih rileks menyandar pada tubuh Ale. Selama diawal perjalanan tadi, Ale tetap menariknya untuk duduk menyandar pada pria itu, tapi Trella menolak dan memutuskan untuk duduk dengan tegap. Sampai akhirnya ia sadar bahwa punggungnya pegal.

Trella diam-diam menyentuh bibirnya. Ia dan Ale berciuman begitu sering, apalagi dulu. Tapi kenapa jantungnya berdetak begitu kencang hanya karena pria itu mengecup bibirnya pelan? Trella menggelengkan kepala, dalam hati benar-benar yakin anaknya akan berpihak dengan penuh kepada Ale nanti.

"Le, biar aku aja yang bilang sama Mama dan Papa."

Ale langsung menoleh pada Trella. "Why?"

"Mereka bisa terlalu kaget kalau kamu yang bilang."

"Okay, gimana kamu aja. Tapi segera ya."

Trella mengangguk. "Tapi, Le. Ini bukan anak kamu." lirih Trella pelan.

"Oh gitu.." jawab Ale tidak peduli.

Trella mendelik kesal. "Beneran!"

Ale menarik kepala Trella agar bersandar di dadanya. "I don't remember you being this stubborn."

Lingua FrancaWhere stories live. Discover now