13. Tell Him

4K 525 176
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ella, mau kemana?" tanya Wendie sambil memegang lengan Trella.

"Hah?" Trella menyahut kaget dan menghentikan langkahnya.

"La, duduk dulu deh kita." Putus Judith sambil menarik kedua sahabatnya ke bangku terdekat di rumah sakit.

Trella terdiam sementara Wendie dan Judith saling berpandangan ke arah satu sama lain. Mereka tau, sahabatnya itu sejak tadi melamun, atau setidaknya pikirannya melayang entah kemana, yang pasti tidak ada disini.

"Ella, mau ngobrol gak?" tanya Wendie membuka pembicaraan.

"Ngobrol apa?" Trella menjawab seperti orang bodoh.

"Tentang ini." lanjut Wendie lagi.

"La, ayahnya masih orang yang sama kan?" tanya Judith berhati-hati.

Trella terdiam dengan tatapan kosong sampai akhirnya ia menutup seluruh wajahnya dengan tangan dan menangis tergugu. Wendie dan Judith mengerti jawaban atas pertanyaan mereka tadi hanya lewat respon yang diberikan Trella. Sahabatnya itu pasti kebingungan sekarang.

Wendie dan Judith memeluk Trella yang masih menangis. "Selamat, La. Lo harus bahagia dong. Kan sehat." Lirih Judih sambil menepuk pelan punggung Trella.

"La, lo sekarang tau, dan dia ada. Lo seneng kan?" lanjut Wendie kali ini.

"G-Gimana.." ucap Trella tergagu.

"Bilang Ale ya?" bujuk Wendie.

Trella menggeleng keras. "Jangan.."

"Kenapa, La?" tanya Judith cukup frustasi.

"Gue sama Ale.. We just agreed to be friends."

"Ya terus gimana dong, La? Itu anaknya Ale! Lo mau biarin anak lo gak tau bapaknya?!" sambar Judith kesal.

"Dith ih!" tegur Wendie berbisik.

Trella mengusap air mata yang menggenang di pelupuk matanya dan menghela napas panjang. "Gue sekarang cuma butuh waktu buat kasih tau keluarga gue."

"Gila! Lo mau nyembunyiin keturunannya Lazuardi?!" pekik Wendie kaget.

Trella menggeleng. "Bukan gitu..."

"Gimana dong, La.." keluh Judith. "Anak lo sehat, sangat baik-baik aja. Satu hal yang kurang cuma dia nggak dikenalin sama bapaknya." Lanjut perempuan itu.

"Gue sih yakin kakak lo bakal bunuh Ale pas lo ngasih tau dia kalau lo hamil." Gumam Wendie sambil mengangguk-angguk—setuju dengan ucapannya sendiri.

"Gue juga bisa bayangin Mama dan Papa lo sih, La. Gue yakin.. Mereka pasti tau keluarga Lazuardi kan?"

Trella terdiam tidak menanggapi. "Gue pusing." Keluhnya jujur.

Lingua FrancaWhere stories live. Discover now