10. Mangsa

16.3K 1.2K 7
                                    

Setelah kembali dari halaman Pangeran Yixing, Huang Lianyue yang sudah menebak misinya duduk merenung di dalam kamar.

Jika misinya adalah keinginan pemilik aslu untuk membuat pangeran Yixing bertekuk lutut di hadapannya, maka dia harus memikirkan cara untum mendekatinya dan membuatnya tertarik padanya.

Huang Lianyue sudah berpengalaman membaca novel transmigrasi tak terhitung jumlahnya dan memiliki modal sebagai 'peramal cinta' di Kampusnya. Jadi kali ini dia memiliki kepercayaan diri penuh untuk menaklukkan Pangeran Yixing dan membuat lelaki itu bertekuk lutut di hadapannya.

Duduk di depan cermin, Huang Lianyue mulai merencanakan hal-hal yang dia perlukan untuk mendekati Pangeran Yixing. Menurut apa yang dia baca di dalam novel-novel transmigrasi, kebanyakan dari pemimpin utama lelaki menyukai pemimpin utama wanita karena mereka berbeda dari wanita kebanyakan. Mereka memiliki keahlian khusus, seperti diantaranya merupakan seorang dokter ilahi, seorang ahli dalam racun, seni beladiri tinggi, atau bahkan tipe Marrysue yang berbakat dalam segala bidang.

Tapi....

Huang Lianyue menggeleng, mengacak rambutnya kesal. Sebagai seorang mahasiswi manajemen, dia jelas tidak memiliki keahlian semacam itu! Ah!

Lalu, apa yang harus dia lakukan untuk membedakan dirinya dengan wanita lain? Terlebih di Rui Wangfu memiliki empat selir yang tidak kalah cantik darinya. Ah!

Ketika Huang Lianyue masih terbenam dalam pikirannya, saat itulah Xiao Ning memasuki kamar.

"Wangfei!"

Huang Lianyue mengangguk. "Kemari, tidak perlu sopan-santun."

Xiao Ning mengangguk, lalu berjalan mendekati Huang Lianyue. "Ada apa wangfei memanggil nubi?" Selama ini, semenjak wanitanya terbangun dari sakit beberapa waktu lalu, wanitanya menjadi sangat berbeda dari di masalalu.

Huang Lianyue menatap Xiao Ning sejenak. "Bantu aku berganti pakaian."

"Baik. Tapi, jika wangfei tidak keberatan, pelayan berani bertanya, kemana wangfei ingin pergi?"

Dahi Huang Lianyue berkerut sejenak, "Xin Lan road." Jawabnya dengan senyum ringan.

Xin Lan road merupakan pusat keramaian di Ibu kota. Disini menjual berbagai macam jenis pakaian dan kain dengan kualitas terbaik, berbagai peralatan berhias, aksesoris, perhiasan, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Mungkin, jika ini di jaman modern tempat ini bisa dikatakan setara dengan pasar swalayan. Xiao Ning mengangguk, lalu mengundurkan diri untuk mempersiapkan segalanya setelah dia mengintruksikan Xiao Shi membantu Huang Lianyue bersiap.

Setengah sichen kemudian, Huang Lianyue dan ke dua gadis pelayannya telah berada diantara kerumunan di Xin Lan Road. Menuruti instruksi Pangeran Yixing, mereka diikuti penjaga Rui wangfu untuk menjaga keselamatan.

"Apa yang ingin Wangfei beli?" Xiao Shi aktif bertanya.

Huang Lianyue menggeleng. "Hanya melihat-lihat," lalu melirik Xiao Ning dan Xiao Shi di sampingnya. "Kalian masih mengingat barang-barang yang aku ingin kalian beli beberapa waktu lalu?"

Beberapa hari lalu dia memibta kedua gadis pelayannya keluar membeli kertas dan pewarna.

Xiao Ning mengangguk. "Pelayan ini mengingatnya!"

"Ya, ya. Shi'er juga ingat kalau wangfei membuat banyak gambar perhiasan yang indah di sana!"

Huang Lianyue mengangguk. "Apa menurut kalian itu bagus?"

Xiaoshi langsung menganggun sambil mengacungkan dua jempol. "Wangfei yang terbaik!"

Sementara Xiaoning tampak merenung. "Meskipun pelayan ini berpengetahuan dangkal dan belum melihat banyak keindahan di dunia ini, tapi pelayan ini yakin gambar Wangfei adalah salah satu yang terbaik."

"Bagus kalau kalian menyukainya." Huang Lianyue mengangguk. "Sekarang tolong bantu aku menemukan toko perhiasan paling bagus di sini."

Xiaoning mengangguk, sementara Xiaoshi terlihat antusias. "Apa Wangfei ingin membuat gambar itu menjadi perhiasan yang nyata?"

"En."

"Bagus! Wangfei! Aku tahu dimana letak toko perhiasan paling bagus di sini! Ayo aku tunjukkan!" Lalu menyeret Huang Lianyee menyusuri Xin Lan road.

Mereka berhenti di depan sebuah toko perhiasan yang terletak di pusat keramaian di tempat itu. Tempat itu terlihat elegan dan meaah dengan plaket "Pavillion Meijiao" di pintu masuknya.

Huang Lianyue mengangguk, cukup puas dengan saran Xiaoshi dan desain pavilliun sebelum memutuskan berjalan masuk.

Sementara itu, di dalam ruang belajar Pangeran Yixing.

Seorang lelaki duduk tegak tanpa ekspresi mendengar laporan penjaga bayangannya. Jubah hitam lelaki itu memperkuam aura mendominasi yang memancar dari dirinya, membuatnya terlihat seolah makhluk immortal yang jatuh ke dunia fana. Kulit lelaki itu memiliki warna gandum yang sehat dengan bibir merah alami, alis hitam tebal, bulu mata tebal dan lentik, garis hidung tinggi, serta rahang tegas yang membuatnya seolah tidak nyata. Itu Zhang Yixing.

Di hadapannya, duduk di kursi di seberang meja, seorang lelaki yang tak kalah mempesona dengan senyum standar di bibirnya. Lelaki itu mengenakan jubah putih yang membuatnya terlihat seolah malaikat yang turun ke alam fana. Bibir lelaki itu melengkung dari waktu ke waktu ketika ia mendengar laporan penjaga bayangan di sampingnya. Lelaki itu, Zhang Xuwen, putra ke-empat Kaisar saat ini.

Kedua putra naga, duduk bersama di satu tempat dengan penampilan yang kontras. Itu seolah membandingkan gunung es dengan matahari di musim semi. Dingin dan hangat. Membuat seseorang tidak bisa melepas pandangan sedetik pun dari ke-duanya.

"En, kamu bisa pergi!"

Zhang Yixing melambaikan tangan setelah penjaga bayangan itu menyelesaikan tugasnya.

"Apa kamu menyukainya, kakak kekaisaran?" Zhang Xuwen bertanya dengan senyum ambigu.

Zhang Yixing mengangkat kepalanya, mengalihkan perhatian dari dokumen dan menatap Zhang Xuwen dengan alis terangkat.

"Kakak ipar kekaisaran, Nona Huang, apa kamu menyukainya?"

"...."

"Kamu terlihat sangat perduli padanya. Ini pertama kalinya aku melihat kamu bersikap seperti itu pada wanita."

"Aku tidak," Zhang Yixing menjawab samar.

Alis Zhang Xuwen terangkat saat dia menatap Zhang Yixing dengan raut tak percaya. "Benarkah? Tapi kau benar-benar terlihat perduli padanya."

"Sangat?"

Zhang Xuwen mengangguk. "Ya."

Meletakkan pena di tangannya, Zhang Yixing menegakkan posisi duduk, jari telunjuknya mengetuk sandaran kursi saat dia menjawab tanpa terburu-buru.

"En, dia memang banyak berubah dan terlihat sedikit menarik saat ini. Dia membuatku penasaran, jadi apa yang salah dengan mengawasi mangsaku sendiri?" Selesai. Dia meraih cangkir teh dan menyesapnya perlahan. Gerakannya anggun dan elegan, membuat orang tidak bisa tidak terpesona.

Zhang Xuwen nyaris tersedak teh yang disesapnya, mendongak, dia menatap ngeri lelaki di hadapannya. "Mangasamu?" tanya nya setelah menenangkan diri.

Zhang Yixing mengangguk. "Jika perubahannya baik, aku tidak akan melakukan apa-apa padanya, tapi jika itu berbahaya ...." Ia terkekeh samar, lalu meminum secangkir kopi di tangannya.

Sementara itu disisi lain, Zhang Xuwen yang akrab dengan sikap sang kakak bergidik ngeri.

Kakaknya ini -sangat- jarang memiliki ketertarikan minat terhadap hal apapun, tapi jika sesuatu menangkap matanya—

Dia hanya berharap itu tidak berakhir dengan tragis!

Zhang Xuwen menghela napas. Dia hanya secara acak menanyakan sesuatu, kenapa dia mendengar jawaban mengejutkan seperti ini? Zhang Xuwen menggeleng, mungkin, hidupnya tidak akan setenang ini lagi.

To be Beloved WifeWhere stories live. Discover now