What Should We Do?

Start from the beginning
                                    

Wajib militer ini yang membuatnya mengajak Sooyoung untuk berlibur bersama dan mereka memilih Bali. Untuk mengecoh wartawan dan fans, mereka berangkat dengan penerbangan yang berbeda. Sungjae bahkan harus transit di Jakarta sebelum melanjutkan ke Denpasar, membuatnya baru tiba di villa ini tengah malam tadi. Mereka belum sempat kemana-mana tapi manajernya sudah memberi kabar yang membuatnya pusing.

ting!

Ponselnya berbunyi lagi. Kali ini Sungjae meraihnya dengan cepat. Manajernya mengirimkan sebuah link yang buru-buru dibuka oleh Sungjae. Tampak sebuah foto dari sosial media yang sedikit buram namun menampakkan wajah Sooyoung dengan jelas, gadis itu tidak menggunakan masker atau alat penyamaran apapun, di sebelahnya ada seorang wanita paruh baya yang sangat dikenali Sungjae. Pemilik akun yang mengunggah foto tersebut dengan caption "Aku melihat Joy dan Ibu Yook Sungjae di Insa-dong, ada apa ini?"

Sooyoung memang dekat dengan Ibunda Sungjae, sama seperti Sungjae yang akrab dengan Tuan Park. Kedua wanita itu sering menghabiskan waktu bersama, dengan atau tanpa Sungjae. Biasanya ibunya selalu berhati-hati memilih tempat, seringkali hanya menghabiskan waktu di rumah, di spa hotel berbintang lima atau ruang pribadi restoran kelas atas yang menjamin privasi, entah dalam rangka apa kedua wanita itu bisa berada di Insa-dong.

Sungjae menebak orang yang mengambil foto tersebut adalah fansnya karena bisa mengenali wajah ibunda Sungjae padahal sudah lama sekali sejak ia mengunggah foto ibunya. Ia membaca satu persatu komentar yang muncul, sepertinya sirkulasi foto tersebut belum luas dan sejauh ini tidak ada yang membuatnya mengerutkan dahi. Salah satu komentar bahkan berbunyi "Bagaimana kau bisa tau itu bukan ibunya Joy sendiri, mereka terlihat mirip sekali di mataku?"

Setelah merasa cukup, Sungjae kembali melempar ponselnya ke sembarang tempat. Ia menghembuskan napas panjang. Lamunannya terpecah saat merasakan kepala Sooyoung meringsek naik ke bahunya. Gadis itu masih terlelap damai, jadwal yang lumayan padat akhir-akhir ini menjadikan liburan ini sebagai kesempatan untuknya tidur sepuasnya.

Sungjae mengecup kening Sooyoung yang berada tak jauh dari bibirnya. Dalam dan lama. Saat ia melepaskan diri, matanya menangkap senyuman di wajah Sooyoung.

"Tidak mau bangun?" bisik Sungjae.

Sooyoung menggelengkan kepala.

Sungjae tersenyum kecil. "Kurasa kau sudah bangun, Park Sooyoung"

Sooyoung menggeleng dan menyurukkan kepalanya ke lengan Sungjae, sebelah lengannya tersampir di perut lelaki itu. "Kajima, aku masih rindu"

Sungjae terkekeh. Gadisnya yang manja. Delapan tahun bersama tidak merubah Sooyoung sama sekali. Perlahan ia membalikkan tubuh Sooyoung sehingga punggungnya bertemu dengan dada Sungjae. Mengabaikan protes dari gadis itu, Sungjae menyelipkan lengannya melingkari pinggang ramping Sooyoung. Ia menyurukkan wajah di lekukan bahu Sooyoung dan mengecup lembut sisi kepalanya. "Seperti ini saja, aku juga rindu padamu"

Sooyoung terkekeh dan mengangguk setuju. Sebelah tangannya memainkan jemari Sungjae yang berada di depan perutnya. Ia berdecak kagum melihat pemandangan yang disuguhkan di depan mata.

Private villa yang mereka tempati berada di daerah salah satu resorts di daerah Ubud. Dari balik pintu kaca mereka bisa melihat kolam renang pribadi yang berhadapan langsung dengan hutan hijau yang asri. Suara alam meningkahi pagi mereka, sebuah rileksasi dibanding deru kendaraan di sekitaran Apgujeong yang biasa mereka nikmati.

Mata Sooyoung membelalak ketika menangkap gerakan seekor monyet kecil bergelantungan dari dahan ke dahan. "Wah, ada monyet!"

Sungjae tertawa tanpa suara melihat reaksi Sooyoung. "Eoh, ada monyet besar"

Cerita Pendek (SungJoy)Where stories live. Discover now