Mestinya kita tidak bersua di dahan mimpi yang teramat jauh hingga ke luar negeri, tapi perasaan selalu menghancurkan alasan apalagi sebuah alibi jarak.
Mula-mula kau bilang aku bunga jeruk yang indah dalam karya, dan aku bersikap seperti bungkus permen kiss yang hanya dicari tulisan belakangnya saja. Tak lama berselang kau mengaku mencintai caraku mencintai metafora; kau puja puji aku seperti ending prosa yang tak terduga.
Aku mau tak mau harus mendengarkan dan memperhatikanmu terang-terangan. Ketika sesuatu yang lebih sesuai dengan definisi cumbu menawarkan pendar remang-remang kamar, terbalik aku memujamu, memujimu dengan cara-cara keliru dan sepihak aku mengatakan rindu. Katamu, apa itu perlu?
Setelah setangkai bunga bangkai mekar di hutan jantanku, kau menjelma kumbang uring-uringan mengintai madu. Aku mulai memakai topengku, kau mulai mengatakan hidupku sungguh palsu. Kita mulai berselisih, mulai berbeda dalam memilih. Kau bilang aku binatang belang-belang paling tabu, kuanggap kau kupu-kupu bersayap kelambu.
Segala yang di luar batas menetas, telur kemarahanmu menjadi buas, sepasang kaki naga lengkap dengan cakarnya hinggap sebagai mitos api di dada sebelah kiri, kau menjelma bajingan di tahi mataku yang muncul tiap picing, aku tak lebih celana dalam koyak didarahi noda waktu. Begitulah riwayat mengunci keningku dari benang merah sepasang bibir yang candu.
2019
![](https://img.wattpad.com/cover/175262554-288-k741557.jpg)
YOU ARE READING
Lubang Merah Jambu
Romance#7 in Kehidupan (Jan, 18th of 2019) #77 in Puisi (Jan, 29th of 2019) #14 in Hati (Jan, 29th of 2019) #48 in Kenangan (Feb, 6th of 2019) #39 in Kenangan (Feb, 20th of 2019) #73 in Tragedi (Feb, 22th of 2019) #76 in Tragedi (Feb, 27th of 2019) #75 in...