L10

1.3K 212 2
                                    


Two moons later...

"Gak mau." Sudah berapa kali Zoey mengatakan hal yang sama, tapi pria di depannya yang sayangnya menjabat sebagai pacar Zoey tetap dengan pendiriannya. Aaron menggelengkan kepalanya melihat Zoey benar benar sangat keras kepala.

"Dari tadi siang kamu belum makan nasi Zoey." Ucap Aaron pelan, mencoba tetap bersabar dengan tingkah laku Zoey yang sangat bebal. Zoey memberengut kesal, merasa sia sia Zoey sudah berdandan dan memakai dress yang menurut Zoey sangat ribet jika mereka berhenti di tempat makan CFC, padahal Zoey sedang ingin makan makanan italia.

"Gak, gue lagi gak mau makan ayam, titik." Final Zoey. Sebenarnya di CFC bukan tempat yang buruk tapi Zoey merasa sia sia dengan berdandan seperti ini. Aaron yang memang tidak mengerti, mengerutkan dahinya bingung pasalnya Zoey itu tidak pernah memilih untuk tempat makan. Rasanya Zoey mau manjambak rambut Khansa karena perempuan itu yang menyarankan Zoey untuk berdandan dan berdress. Aaron memijat pelipisnya, sebenarnya hari ini pekerjaannya menumpuk, tapi karena Zoey yang meminta akhirnya Aaron menurut saja.

"Lo capek banget ya hari ini?" Zoey merasa bersalah saat melihat Aaron tampak sangat lelah. Wajahnya menunjukan raut kecewa, bukan untuk Aaron tapi lebih ditujukan untuk dirinya sendiri. Aaron menghela napasnya pelan, ayolah mereka masih ada di dalam mobil dan lebih parahnya lagi masih di parkiran CFC.

"Enggak Zoey." Aaron menarik tangan Zoey, mengelusnya di sana. Zoey menunduk, sebenarnya mereka sudah tidak bertemu selama satu minggu karena Aaron yang sangat sibuk, namun hari ini nampaknya Zoey salah meminta bertemu.

"Maaf, ya udah kita makan di sini aja." Zoey bersiap siap membuka pintu sebelum Aaron menghentikan Zoey dengan cara memegang pundak Zoey.

"Kita pergi ke restoran yang kamu mau." Tukas Aaron lembut. Aaron merasakan jika Zoey merasa bersalah dengan dirinya. Aaron tersenyum, satu tangannya menggenggam tangan Zoey sedangkan tangan kirinya menyetir.

"Saya Cuma gak mau kamu sakit, kata Mama kamu belum makan nasi dari tadi siang." Aaron mnegeratkan genggamannya saat mereka sudah sampai di restoran itali yang sudah terkenal. "Zoey maafkan saya." Aaron menangkup wajah Zoey, melihat mata Zoey sudah berkaca kaca dengan hidung yang memerah.

Aaron bergerak mendekat, mengecup kedua kelopak mata Zoey yang tertutup. Selama dua bulan lebih mengenal Zoey, sudah banyak yang Aaron ketahui tentang Zoey. Salah satunya, cengeng, penakut dan keras kepala. Zoey sangat mudah menangis apa lagi saat periodenya.

"Ayo."

"Gue udah make dress, udah dandan mangkanya gue marah!" Cerca Zoey masih dengan kedua mata yang berkabut. Aaron menoleh, nampak terkejut dengan pengakuan Zoey, rasanya Aaron mau tertawa saja, tapi melihat wajah masam Zoey, Aaron hanya bisa mengulum bibirnya.

"Kamu jelek." Aaron tersenyum, kembali menangkup wajah Zoey dengan kedua tangannya. Zoey berdecak malas, dalam keadaan seperti ini Aaron masih bisa meledeknya.

"Saya gak suka, kamu cantik di depan orang lain." Lanjut Aaron, pria itu terkekeh melihat kedua pipi Zoey yang memerah. Sisi Aaron yang baru Zoey ketahui yaitu perayu ulung, receh dan jahil, semua itu tidak sesuai dengan wajah datar sekaligus serius yang ditampilkan Aaron.

Zoey menjauhkan wajahnya lalu menepuk kuat lengan Aaron sampai pria itu meringis merasakan tepukan tidak main main yang dilayangkan Zoey.

"Receh tau gak." Zoey mendorong wajah Aaron yang kembali mendekat lalu keluar dari mobil, berjalan menghentak meninggalkan Aaron yang tertawa di belakangnya.

Langkah Zoey terhenti saat merasakan Aaron tidak mengkutinya lagi, perempuan dengan dress biru laut itu berbalik, melihat Aaron tengah mengobrol dengan seorang wanita berpakaian sedikit terbuka?

LIEBEWhere stories live. Discover now