L5

2K 258 3
                                    

"Yang mau bareng gue gak?" Suara menyebalkan dari Arsen mengintrupsi pikiran Zoey. Saat ini Zoey memang sedang sendirian menunggu jemputan Aaron di depan gerbang sekolah, sedangkan Khansa sudah pergi dari tadi entah kenapa dengan temannya satu itu. nenangin pikiran, Ucap Khansa tadi.

"Yang yang pala mu peyang ampas kopi!!" Balas Zoey tak terima. Perempuan berponi itu menatap Arsen kesal yang dibalas dengan cengiran konyolnya. "Jadi mau gak nih?" Tawar Arsen sekali lagi. Arsen duduk di atas motor besarnya dengan sabar, menghadapi perempuan super galak kayak Zoey itu harus elus dada setiap saat.

"Enggak! Udah pergi sana!" Usir Zoey, tangannya memberi isyarat agar Arsen menyuruh cepat cepat pergi dari hadapannya. Arsen memberengut kesal, melirik Zoey yang sedari tadi tersenyum tipis.

"Ya udah, kalo ada apa apa handphone gue selalu siap buat lo." Arsen menampilkan senyuman ear to earnya. Zoey berdecak malas, menatap Arsen dengan tatapan jengah yang kentara, Arsen menggaruk tengkuknya lalu tersenyum sebelum berlalu dari hadapan Zoey. Tepat dengan motor Arsen yang hilang di tikungan sebuah mobil sedan hitam berhenti di depannya.

"Maaf saya lama." Zoey tersenyum saat Aaron berada di depannya. Aaron mengedarkan pandangannya saat tidak menemukan Khansa di dekat Zoey. "Khansa kemana?" Tanya Aaron saat tidak menemukan Khansa di mana pun.

"Khansa udah duluan, gue gak enak sama lo kalo gue ikut Khansa, takutnya lo jemput gak ada siapa siapa." Ucap Zoey. Aaron tersenyum canggung, adiknya pasti belum siap untuk bertemu dengannya pasal masalah tadi pagi. Aaron mengulum bibirnya yang terasa kering, merasa bersalah atas sedikit meregangnya hubungan pertemanan Zoey dan Khansa.

"Gak papa kan gue aja yang ikut?" Zoey menelengkan kepalanya. Aaron mengangguk antusias, terlepas dari rasa bersalahnya Aaron tetap senang kini mereka mempunyai waktu berdua lagi.

"Saya sedang mau makan pasta." Aaron memecahkan keheningan saat mereka sudah duduk nyaman di dalam mobil. Zoey mengelihkan tatapannya, lantas mengerutkan keningnya tidak paham. Aaron tersenyum canggung.

"Kamu mau makan pasta dengan saya?" Aaron mencengkram kemudi erat. Merasa sangat malu sekarang, bisa dipastikan kulit wajah Aaron memerah. Zoey menaikan satu alisnya kemudian mengangguk setuju. Zoey menggigit bibirnya, kenapa mereka jadi canggung seperti ini.

"Emm gue gak tau kalo lo kakaknya Khansa." Kali ini Zoey yang memecahkan keheningan, mengalihkan seluruh perhatiannya pada Aaron.

"Saya memang jarang di Bandung, setelah keluarga saya pindah ke sini, saya menetap di Jakarta. Baru dua tahun ini saya di Bandung." Jelas Aaron panjang. Zoey yang mendengar penjelasan panjang Aaron tidak menutupi bahwa terkesima dengan Aaron yang baru kali ini berbicara sangat panjang dengannya. Zoey juga merutuki dirinya saat retinanya terjebak untuk terus menatap wajah tampan Aaron dari samping.

His eyes, his noise, his lips, all about Aaron fell so perfect.

"Apa ada yang aneh dari wajah saya?" Tanya Aaron sambil menahan tawanya. Zoey gelagapan sendiri sampai sampai kepala belakangnya terantuk jendela mobil, Zoey meringis saat merasakan kepalanya sedikit berdenyut.

"Hahahaha..." Dan yeah, Aaron tidak tahan untuk tidak tertawa. Zoey memberengut kesal, tangannya mengusap bagian belakang kepalanya. Sialan, paman tua sialan Batin Zoey merutuki Aaron yang tampak puas tertawa.

"Apa sakit?" Aaron melepaskan tangan kirinya dari kemudi, Zoey melihat ke depan ternyata sedang lampu merah. Tangan Aaron menarik Zoey mendekat, lalu menaruh kepala Zoey di bahu lebar Aaron. Zoey tertegun, jantungnya terasa akan meloncat dari rongga dadanya saat merasakan tangan Aaron mengelus lembut bagian terantuk tadi.

LIEBEWhere stories live. Discover now