Chapter 4 : The Journey

Mulai dari awal
                                    

Sekitar lima menit, dia berlari dengan kecepatannya yang bahkan lebih cepat dari Vampire, akhirnya dia sampai di bagian timur. Dirinya langsung menghampiri seseorang yang memang sudah menunggu di sana sejak tadi.

“Semuanya sudah siap?” tanya Clementine pada orang itu yang ternyata merupakan orang yang menyewakan kapal pada dirinya.

“Sudah, Princess.” jawab orang itu, Clementine menganggukkan kepalanya, lalu naik ke atas kapal yang sudah siap di hadapannya ini.

Ukuran kapalnya bisa dibilang cukup besar, atau terlalu besar hanya untuk dirinya sendiri. Tidak ada siapapun yang akan menemaninya nanti dan dirinya memang tidak mau ada yang menemaninya, karena dia butuh kebebasan dan tidak mau ada gangguan sama sekali.

“Terima kasih, ini bayaranmu dan ingat jangan katakan pada siapapun tentang hal ini!” peringat Clementine tegas, orang itu langsung menganggukkan kepalanya. Clementine lalu melempar sebuah kantung kecil yang berisi ratusan koin emas di dalamnya.

Clementine membalikkan badannya dan mengeluarkan kekuatannya untuk menarik jangkar kapalnya ke atas. Setelah itu dia menuju ke arah kemudi kapalnya dan menggerakkannya ke arah yang berlawanan, sehingga kapalnya berlayar menuju ke arah laut lepas.

Ikuti arah angin.

Dia terus mengingat ketiga kata itu di dalam kepalanya, yang harus dia lakukan adalah mengikuti arah angin. Kapalnya sudah berlayar cukup jauh dari daratan, dia menoleh ke belakang dan menghela napasnya. Semoga saja tidak ada yang mengkhawatirkannya, ini adalah keputusannya dan dia juga harus menanggung konsekuensinya.

Dia kembali menggerakkan kemudinya, menuju ke arah laut lepas yang dia yakini di bawah sana dihuni oleh sekelompok kaum Mermaid. Dia berharap mereka tidak akan mengatakan apapun nantinya, karena jarang sekali ada kaumnya yang menggunakan kapal menyebrangi laut lepas yang pada kenyataannya entah menuju ke mana.

🌷🌷🌷

Tak terasa dua hari sudah berlalu, dirinya sudah sangat lama mengemudikan kapalnya ini, tanpa diketahuinya dia juga sudah keluar dari laut lepas, lebih cepat dari yang dibayangkannya, karena dirinya berhasil melewati jalan pintas, yang artinya dia juga sudah sampai di samudra. Clementine melepaskan tangannya dari kemudi dan memilih untuk beristirahat sejenak, dia mengeluarkan kekuatannya pada kemudi itu, agar benda itu bergerak dengan sendirinya, mengikuti arah angin.

Dia berjalan ke arah pojok kapal dan memilih untuk duduk di sana selama beberapa saat, sambil menatap lautan luas yang ada di hadapannya, hari sudah mulai terang, matahari sudah menampakkan dirinya. Clementine memejamkan matanya, sebenarnya dia tidak lelah, karena memang dirinya tidak bisa merasakan hal itu. Setidaknya dalam beberapa keadaan tertentu.

Dia menghirup udara yang ada di sekitarnya dalam–dalam, membiarkan air laut yang cukup kencang menerpa wajahnya. Dia kembali membuka matanya yang sangat terang, akibat terkena sinar matahari. Lautan ini sangat indah, tapi sayangnya sepertinya tidak ada kehidupan sama sekali di sini.

BYYUURR...

Clementine langsung terkejut saat mendengar suara yang cukup keras dari arah belakang kapalnya, seperti ada sesuatu yang terjatuh ke dalam air. Dia langsung bangkit dari duduknya dan berlari kecil ke arah belakang kapalnya.

Dirinya langsung melihat ke arah bawah kapalnya, dan matanya seketika membulat sempurna, terkejut melihat apa yang ada di bawah sana.

“FRANK, KAUKAH ITU??!” tanya Clementine setengah berteriak, matanya tidak salah melihat, orang yang dipanggilnya itu terlihat basah kuyup dan bersandar di tepi kapalnya.

Orang yang dipanggilnya itu langsung mendonggakkan kepalanya, dan benar saja, dia adalah Frank. Clementine tidak habis pikir, bagaimana bisa pria ini mengikutinya dan dia tidak sadar sama sekali akan hal itu. Dua hari sudah berlalu dan pria ini dapat bertahan di sana selama itu.

“Apa yang sedang kau lakukan di sana? Cepat naik!” pinta Clementine, tersirat nada kesal di dalam kalimatnya.

Setiap melakukan perjalanan, dia tidak suka diikuti oleh siapapun termasuk Frank, dan pria ini secara diam–diam mengikutinya dari belakang. Tak berapa lama kemudian, akhirnya Frank naik ke atas dengan kondisinya yang basah kuyup dan sedang memeluk sebuah tas di depan dadanya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau mengikutiku?” tanya Clementine sambil memerhatikan penampilan Frank dari atas sampai bawah, cukup berantakan.

“Aku hanya ingin menemanimu, dear, kau tidak mungkin berada di samudra ini sendirian, apalagi ketika malam datang, akan sangat bahaya bagi dirimu.” jelas Frank, yang membuat Clementine bingung mendengarnya.

“Samudra? Maksudmu ini, kita sudah berada di samudra?” tanya Clementine dengan nada terkejut dan Frank menganggukkan kepalanya. “Secepat itukah? Ini baru dua hari,” tanya Clementine sambil membalikkan badannya menghadap ke arah hamparan laut lepas yang ada di hadapannya.

“Kau mengambil jalan pintas, dear, tentu saja hanya dalam dua hari kau sudah sampai di sini, tempat yang paling berbahaya menurutku.” jelas Frank lagi dan sepertinya Clementine tidak terlalu memedulikan ucapannya.

Clementine berjalan menuju ke tepi kapalnya dan menatap ke arah laut yang ada di hadapannya dengan mata berbinar–binar. “AKHIRNYA!” serunya antusias. Dia tidak membawa peta, jadi dirinya tidak tahu kalau ini adalah samudra, kalau saja Frank tidak memberitahunya.

Frank terkejut melihat reaksi Clementine yang berada di luar dugaannya, kalau saja dia tahu, dia tidak akan memberitahu Clementine. Niatnya mengikuti Clementine untuk menjaganya, kalau memungkinkan dia akan mengajaknya pulang dan membuatnya membatalkan rencananya ini.

“Sebentar lagi aku akan sampai ke sana, itu pastilah tempatnya, aku tidak pernah salah selama ini.” kata Clementine dengan antusias, dia kembali menuju ke arah kemudinya dan berjalan melewati Frank yang masih mematung di tempatnya.

“Seharusnya aku tahu kalau reaksinya akan seperti ini,” gumam Frank yang masih berdiri di tempatnya.

Sementara, disisi lain Clementine merasa antusias, berbeda dengan Frank yang sudah was–was memikirkan apa saja hal buruk yang akan mereka hadapi di depan sana. Ini bukanlah hal yang baik bagi Frank, tapi hal yang baik bagi Clementine.

Clementine bukannya tidak mengerti dengan peringatan yang diberikan padanya, malah dia sangat mengerti. Hanya saja, dia merasa tidak takut sebelum tahu seberapa besar bahaya yang dimaksud mereka. Dia benar–benar perempuan yang nekat, tidak heran kalau dia sering menemukan tempat–tempat baru yang perjalanannya tidak semulus jalanan datar.

Frank menghela napasnya melihat Clementine yang sangat fokus pada kemudinya, dia kemudian mengambil tempat duduk yang ada di sana dengan keadaannya yang masih basah kuyup, dia tidak berniat mengeringkan pakaiannya, karena dia yakin pasti sebentar lagi akan kering karena angin laut yang menerpanya dengan kencang.

Perasaan Frank masih terselimuti oleh rasa was–was, dia berharap tidak akan ada bahaya yang dapat membahayakan nyawa mereka berdua. Dia juga menyesal dengan keputusannya yang menyusul Clementine ke sini, seharusnya dia di rumah saja dan beristirahat dengan tenang.

🌷🌷🌷

Please vomment and share 😊(sorry #typo)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please vomment and share 😊
(sorry #typo)

Jadwal up: dalam seminggu bisa 6–5 hari (author libur 1–2 hari tergantung)

Ig : @angels_968

Queen Of Storm
©2019 Angel Hwang
All rights reserved.

Queen Of Storm {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang