0 2 0

1.4K 185 46
                                    

"Hyung, kenapa kau harus minta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apapun!" Seru Sehun panik. Ia membalikkan tubuhnya, lalu menatap Chanyeol yang kini sedang mengusap airmatanya. Bahu lebarnya bergerak naik turun, seiring dengan suara tarikan ingus yang menyebalkan itu. Sehun benci melihat orang yang disayanginya menangis, terlebih ia tidak tahu mengapa Chanyeol bisa menangis secara tiba-tiba seperti itu.

"Hyung, berhentilah menangis." Kata Sehun lembut sambil mengelus pundak Chanyeol.

"Hyuung, kumohon berhentilah menangis!" Rengek Sehun. Chanyeol mendongakkan kepalanya lalu ia menatap Sehun dengan matanya yang memerah.

"Apa yang kau pikirkan, Hyung? Kenapa kau menangis seperti itu?" Tanya Sehun sambil memiringkan kepalanya. Jika tidak dalam perasaan bersalah, Chanyeol pasti akan mencubit gemas pipi tembam kekasihnya itu karena tingkah menggemaskannya.

"Hyung ha-hanya," Chanyeol merasakan sesuatu mencekiknya. Sudah berapa banyak kata-kata kebohongan yang ia lontarkan?

"Hyung hanya merasa ingin meminta maaf kepadamu. Selama ini Hyung tidak banyak bersifat layaknya kekasihmu, Hyung tidak baik untukmu." Bohong. Bukan itu yang ingin Chanyeol sampaikan.

"Apa yang kau katakan, kau yang terbaik, Hyung! Bagiku kau adalah satu-satunya yang bisa membuatku bahagia, kau yang mencintaiku lebih dari siapapun!" Sanggah Sehun sambil menatap tajam mata Chanyeol. Chanyeol tahu Sehun akan mengatakan itu, tetapi ia tetap tidak pantas mendengarnya. Faktanya memang dirinya tidak baik untuk Sehun. Ia hanyalah manusia bodoh yang terjebak semakin dalam kepada dua pilihannya.

"Hyung, bukankah kau mencintaiku? Katakan kalau kau mencintaiku, Hyung! Aku benci mendengarkan omong kosong seperti tadi."

Chanyeol hanya menatap mata Sehun. Tangannya terasa kaku, ia tidak bisa menggapai wajah cantik kekasihnya itu untuk sekedar mengelusnya pelan.

"Hyung mencintaimu, Sehun-ah."

Sehun tersenyum bangga. Ia menarik handuk yang tergantung, melilitnya dibagian privatenya, lalu berkedip manja kepada Chanyeol.

"Aku akan menunggumu di ranjang, Hyung."

Chanyeol tersenyum lemah sebagai balasannya. Setelah apa yang terjadi, seks menjadi hal terakhir yang ada dikepalanya.

*

Jaemin berlari tersengal-sengal, lalu ia mendorong pintu café sedikit lebih keras. Semua pengunjung menolehkan kepala mereka kearahnya, tetapi ia tidak memiliki waktu untuk peduli.

"Hyung!" Jaemin melipat kedua tangannya. Kesal, ia menatap tajam kedua manik hitam yang melihatnya penuh harap itu.

"Aku sudah tidak ingin berurusan denganmu dan Sehun Hyung, kenapa kau masih saja mencariku? Bisakah kau anggap aku tidak mendengar apapun malam itu?" Semprot Jaemin kesal.

"Nana, setidaknya duduklah dulu. Bukankah kau suka espresso? Aku sudah memesankan satu untukmu. Extra shot."

Jaemin menarik kursi, tepat didepan kursi Chanyeol, merebut plastic cup berisi kopi kesukaannya, lalu meminumnya dengan rakus. Setelah tenaganya yang habis secara paksa, kopi menyegarkan kembali tubuhnya.

"Pelan-pelan, kita masih memiliki banyak waktu." Sahut Chanyeol sambil menyodorkan tissue kepada Jaemin.

"Oh, berhentilah bersikap sok manis didepanku, Hyung. Itu sangat menjijikkan." Ucap Jaemin sambil mengambil selembar tissue.

"Maafkan Hyung, Nana-ya. Selama ini Hyung bersikap tidak baik kepadamu, maka dari itu Hyung ingin memperbaiki semua itu." Jelas Chanyeol.

Jaemin menatap sedih kepada pria dewasa didepannya itu. Chanyeol dan Jeno memang lahir ditahun yang sama, tetapi mereka sangatlah berbeda. Jeno selalu memiliki aura muda yang menyenangkan, sedangkan Chanyeol selalu terlihat lelah sepanjang waktu, yang menyebabkannya terlihat jauh lebih tua dari usianya. Hitam disekitar mata dan garis halus dibeberapa bagian pada wajahnya jelas terlihat sangat mengganggu apalagi ia masih berumur dua puluhan. Jaemin mengernyitkan dahinya, kenapa Sehun Hyung tidak memberikan perawatan mahal kepada pria dihadapannya ini?

You Know We Can't Go Back (A Chanhun Fanfiction)Where stories live. Discover now