0 0 2

2.9K 263 20
                                    

Chanyeol merenggangkan tangannya, lalu duduk bersandar dikursinya. Pekerjaan hari ini di studio memang cukup melelahkan.

"Pak, saya pamit." Kata Yixing, rekannya. Chanyeol menganggukkan kepalanya, lalu kembali duduk bersandar sambil menghidupkan laptopnya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi ia masih sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan kecil yang tersisa.

Tepat pukul setengah sepuluh malam, Chanyeol meninggalkan ruangannya.

"Pak Chanyeol! Pak Direktur memanggil Anda." Seru seseorang dengan suara ngos-ngosan —Kim Jongdae. Chanyeol mengerutkan dahinya. Apa yang diinginkan Direktur Wu itu dimalam hari seperti ini? Ia melangkahkan kakinya menuju ruang Direktur dilantai enam.

Chanyeol mengetuk pelan pintu ruang Direktur, lalu melongokkan kepalanya. Ia bisa melihat Wu Sehun sedang berdiri menatap jendela besar yang berada di ruangannya.

"Kau sudah datang." Kata Sehun, lalu ia duduk di kursinya. "Kukira kau sudah pulang." Lanjutnya.

"Ada apa, Tuan? Saya memang sudah ingin pulang tadi, jam kerja saya sudah selesai." Balas Chanyeol sambil melipat tangannya didepan dadanya.

Sehun terkekeh, lalu ia berdiri mendekatkan tubuhnya kepada Chanyeol. Chanyeol refleks mundur, sampai bokongnya menabrak sebuah meja. Sial, batin Chanyeol.

"Jangan sombong seperti itu, Chan. Aku memanggilmu karena aku ingin melihat keadaanmu." Kata Sehun sambil menyentuh pipi Chanyeol. Chanyeol memalingkan wajahnya, sambil mendorong tubuh Sehun yang hampir sama besarnya dengan tubuhnya itu. Tetapi Sehun malah semakin mendekatkan tubuhnya, sehingga kini Chanyeol terduduk diatas meja.

"Tuan, tolong jangan macam-macam." Kata Chanyeol. Pipinya benar-benar terasa terbakar saking malunya. Apa yang dilakukan Sehun dimalam-malam hari seperti ini?!

"Kau terlihat lebih tampan ketika kau diam." Bisik Sehun. Chanyeol menatap mata Sehun yang memerah menahan airmatanya.

"Aku merindukanmu—" Ucapan Sehun terpotong ketika Chanyeol tiba-tiba memeluk tubuh Sehun.

"Bodoh, kau bodoh! Kau bodoh karena sudah membuatku menderita! Kau bodoh karena pergi tanpa satu patah kata pun! Aku selalu merindukanmu setiap saat!" Isak Chanyeol. Sehun mengeratkan pelukannya, lalu ia memaksa Chanyeol untuk menatap matanya.

"Aku tahu, itu semua salahku yang egois. Aku memang selalu egois. Tetapi kau harus tahu bahwa aku selalu menyayangimu." Bisik Sehun. Chanyeol memukul dada Sehun, mencoba untuk menjauhkan badannya.

"Kenapa kau datang ketika aku sudah mulai bisa membuka hatiku untuk orang lain? Tembok yang sudah lebih dari sepuluh tahun kubuat harus runtuh hanya karena ini, Sehun! Ini tidak adil! Kau pasti akan pergi lagi setelah ini, dan aku akan menderita lagi seperti saat aku masih kecil dulu!" Jerit Chanyeol putus asa. Sehun memeluk erat tubuh Chanyeol, mencoba untuk menghentikan isakan dari mantan kekasihnya yang sekaligus cinta pertamanya itu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, Hyung." Kata Sehun sambil menatap manik hitam milik Chanyeol dalam. Chanyeol menghapus airmatanya.

"Aku tidak bisa memercayaimu lagi, Sehun." Chanyeol bergegas berdiri.

"Aku bersungguh-sungguh kali ini, Hyung." Kata Sehun sambil mencengkram pergelangan tangan Chanyeol dengan erat.

"Lepaskan, Tuan. Ini sudah larut malam. Kita harus pulang." Kata Chanyeol sambil melepaskan tangan Sehun dengan kasar.

Chanyeol berlari menuju mobilnya. Ia menangis terisak-isak sambil menyandarkan kepalanya di stir mobil. Selama bertahun-tahun Chanyeol terus saja bertanya-tanya kenapa Sehun pergi meninggalkannya tanpa satu pun kabar, dan kini ia kembali, rasanya begitu menyakitkan. Seolah-olah kadar kesabarannya sedang diuji. Sehun tidak bisa dengan mudah mendapatkannya lagi, batin Chanyeol. Ia mencengkram stir mobil, lalu melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya.

You Know We Can't Go Back (A Chanhun Fanfiction)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz