|~•Ketujuh•~|

Start from the beginning
                                        

"Sama saja tak ada rasa"

Taehyung kembali menunduk, tatapannya menyendu seperti ingin menangis, Jimin yang melihat itu pun tak tega

"Beda Tae, bubur yang akan ku beli ini enak, akan ada rasanya, kau tau kemarena aku sempat membeli bubur untuk sarapan disebuah tempat dekat sini dan rasanya sangat enak, waktu itu aku ingin mengajak mu makan disana tetapi dirimu malah terbaring disini, jadi mau ya aku belikan bubur itu?" Ucap Jimin sambil mengelus rambut Taehyung

"Janji jika buburnya enak?" Tanya Taehyung memastikan

"Iya adikku tersayang" ucap Jimin sambil menyubiti pipi Taehyung hingga memerah

"Ish.. Sakit"

"Ulululu mian ne. Yaudah chim beli buburnya dulu ya" Taehyung mengangguk pelan lalu menatap punggung bidang jimin yang kian menjauh dan menghilang di ambang pintu.

Setelah kepergian jimin,  semuanya kembali sunyi seperti semula.

"Aku menyayangimu chim. Tetaplah seperti ini"

Taehyung tersenyum, setelah itu ia menatap sekeliling kamarnya, dan ia tak menemukan satu pun orang disana kecuali dirinya

Tiba-tiba senyum dibibirnya pun memudar, raut wajahnya berubah menyendu

Ia berharap jika ada keluarganya yang lain untuk menemaninya disini namun kenyataanya tidak, ruangan ini hanya diisi dirinya.

"Apakah aku ini memang anak yang tak berguna dan hanya bisa menyusahkan kalian? Jika memang begitu,  maafkan aku appa,  hyungdeul"

Cairan bening itu menetes begitu saja tanpa di inginkan. 

Sakit.

Hanya itu yang terselip di benak Taehyung. Namja itu kesakitan bukan karena penyakit yang bersarang di tubuhnya. Tapi karena hal lain.

Hatinya. Iya hatinya begitu terluka saat dengan jelas ia mendengar semua yang appa nya katakan kemarin malam. Bahkan kata kata itu terus terngiang di kepalanya dan enggan untuk menghilang.

"Taehyung kenapa kau menangis saeng?" Namja berdimple itu berlari tergesa menuju ranjang pesakitan Taehyung.

Taehyung yang mendengar suara berat khas hyung keduanya itu langsung menghapus air matanya kasar, ia tak ingin hyung tiang listriknya itu mengetahui dia menangis.

"Ah.. Aku tak apa hyung"
Namjoon melihat adik bungsunya itu penuh selidik. Seakan akan
mencari kebohongan di wajah Taehyung. 

"Kau menyembunyikan sesuatu?"

Taehyung menggelengkan kepalanya pelan lalu tersenyum pada hyungnya itu "ani... Aku hanya kelilipan. Disini banyak debu hyung aku tak suka" 

Namjoon mengerutkan dahinya. Menurutnya pernyataan dari Taehyung sangat tidak masuk akal.
"Yaa! Bodoh,  mana ada rumah sakit yang penuh debu! Apa gara gara pingsan tadi malam membuat otakmu bergeser juga eoh?"

"Aishh saat kau masuk ada banyak debu yang terbawa kemari hyung jadi aku kelilipan gara-gara kau!" Ucap Taehyung pura-pura kesal

"Terserah kau sajalah bocah! Aku tak tau lagi dengan cara berpikirmu! Kau sama menyebalkannya seperti kembaranmu" ucap Namjoon sambil mendengus kesal

"Hyung ak—"

Ceklek

Suara pintu terbuka, membuat Taehyung mengehentikan ucapannya

"Ada apa ribut-ribut? Kalian tau dari kejauhan suara kalian Sudah terdengar! Jika ada suster yang lewat pasti kalian akan dimarahi!" Jimin datang dengan membawa bungkusan ditangannya.

I'M FINE-{VMin} END  Where stories live. Discover now